Chap17

24 6 0
                                    


Happy reading!
.
.
.
.

........

Sesuai perkataan Alivia, hari itu Lathan pulang kerumahnya. Lelaki itu sama sekali tidak terlihat seperti sedang sakit. Ia melakukan hal-hal seperti biasa, tidak bisa diam dan menganggu orang-orang di sekitarnya.

"Than bisa diem nggak sih?!" Rain menatap lelaki itu kesal saat Lathan terus memainkan ujung rambutnya. Masalahnya terkadang tangan besar lelaki itu menarik rambut Rain hingga ia sedikit tertarik ke belakang.

Mereka duduk di sofa ruang tamu, disana juga ada Alivia dan Hendery. Kakak Rain itu memainkan ponselnya sedangkan Alivia bersandar di bahu pacarnya itu sambil terkadang memandang kesal ke arah Lathan.

"Eh btw awalnya kenapa sih? Tangan lo bisa cidera parah gitu?" Hendery menatap orang di depannya membuat kami ikut menatap si objek.

Lathan meringis, "Nggak tau bang."

"Palingan juga dia gelantungan di ring basket." Alivia mendelik kesal dengan ketus.

"Apa susahnya sih bilang karena apa jadi cidera? Kan bukan pertanyaan yang rumit dan mengusik privasi." Rain berujar datar membuat seluruh orang di ruangan terdiam, jujur saja ia juga penasaran dari tadi.

Rain sudah pernah bilang kan? Bahwa rasa penasarannya sering membuatnya frustasi.

"Udah la jangan serius, kan emang cuma masalah basket, atlet ya wajar la gitu."

Hendery berujar dan mengusap rambut adiknya sekilas sebelum berlalu ke arah dapur.

Setelah itu hanya keterdiaman yang terjadi di antara mereka, Alivia juga bangkit menyusul Kak Dery di dapur, lelaki itu belum kembali sejak tadi.

Rain menghela nafas, "Setelah dipikir-pikir kita udah lumayan lama kayak gini, tapi gue sama sekali nggak tau sedikitpun tentang lo."

"Rain..."

Gadis itu tersenyum tipis, "Gue pulang dulu, lo istirahat."

Rain bangkit dari sofa membuat lelaki dengan Jersey hitam merah itu ikut bangkit. Seperkian detik kemudian Hendery dan Alivia juga menghampiri mereka.

"Dek pulang bareng kakak nggak?"

"Iya." Rain menghampiri Kakaknya lalu menoleh ke arah pacarnya, "Aku pulang kak."

"Iya hati-hati ya."

Hendery mengusap rambut Alivia dan membisikkan sesuatu. Gadis mahasiswa itu hanya tersenyum dan mencubit pelan pinggang pacarnya. Aku berdeham keras dan Lathan terbatuk-batuk dengan sengaja.

"Yang lain transparannnnn." Ucap lelaki itu membuat keduanya terkekeh dan Rain tersenyum tipis, hanya tersenyum karena pikirannya berkecamuk tidak bisa diajak bercanda.

........

"Mau jalan-jalan dulu?" Hendery menoleh ke arah Rain yang terus menatap keluar jendela mobil.

Gadis itu melihat jam di ponselnya yang menunjukkan pukul 2 siang, masih siang tapi sama sekali tidak berselera untuk jalan-jalan.

"Nggak deh."

Lelaki itu hanya tersenyum menanggapi, "Tapi kakak mau beli es krim deh kayaknya, kamu tunggu di mobil aja ya."

"Aku mau juga kalo gitu."

Lelaki itu menoleh dengan tatapan usil, "Lah? Tadi nggak mau."

"Bukan nggak mau, tapi nggak mood."

"Yaudah mood-nya ditinggal dulu di mobil, nanti baru bawa pulang lagi."

Rain mendengus dengan lawakan garing itu, "Apaan sih, hahahaha lucu."

Langit Untuk Semestanya ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang