01 | Saat Ini

759 46 7
                                    

"Akhirnya kau jawab juga teleponku, Tuan Putri! Aku sudah menghubungimu berkali-kali! Ada apa denganmu? Seolah kau adalah orang yang paling sibuk di dunia ini."

Kata-kata itu menusuk ke telinga Oci sebelum ia benar-benar sempat berkata Halo dan bahkan ponsel belum tertempel di telinganya dengan sempurna. Oci tentu mengenali siapa pemilik suara ini.

"Selamat pagi juga Ema. Aku tahu kamu merindukanku, tapi apa kamu bisa mengecilkan suaramu? Ini masih terlalu pagi untuk membuat orang-orang disekitarku terganggu, kamu tahu?" Ucap Oci dengan senyum tipis.

Ema tertawa mengejek, "Maafkan aku. Hanya saja kamu sangat susah untuk dihubungi belakangan ini."

Oci mengubah posisi duduknya menghadap ke arah lapangan di depan. Sederet pesawat tersusun rapi di sana, siap untuk membawa penumpang terbang ke tempat tujuan mereka.

Di Swiss saat ini masih sangat pagi dan ia sedang menunggu jadwal pesawat yang akan membawanya kembali ke Indonesia.

Entah apa yang ada dipikiran Oci saat itu, sehingga ia memilih untuk meninggalkan Indonesia dan tinggal di salah satu Desa kecil bernama Lauterbrunen di Swiss. Pasti ada satu alasan yang membuatnya melakukan itu sembilan bulan yang lalu.

Alasan yang membuat ia terlalu sakit untuk memikirkan atau bahkan membayangkannya.

Sesuatu yang membuat gadis bernama lengkap Orchidea Tiara Indrizar itu meninggalkan orang-orang tersayang

"Aku masih berbicara denganmu Orchidea??" kesal Ema dari seberang telepon.

"Sebenarnya... Aku tahu kamu menghubungiku," ujar Orchid menghela napas. "Dan aku minta maaf karena gak membalas panggilanmu. Kamu sendiri pasti sibuk dengan pekerjaan sekarang, kan? Jadi kamu tentu tahu bagaimana rasanya jadwal kerja yang begitu padat, sampai kamu bahkan gak punya waktu untuk memikirkan hidup."

"Memangnya kamu bekerja di sana, hah? Kupikir kamu hanya menghabiskan waktu dengan para duda tampan!"

Oci tertawa kecil, "Aku akan berangkat ke Indonesia pagi ini. Dan aku harap kamu gak memberitahu yang lainnya. Apa aku bisa mempercayaimu?"

"Hei, aku tahu itu. Tapi kenapa kamu gak pernah balas Line-ku? Aku tahu kamu pasti sibuk, entah apapun yang kamu kerjakan di sana atau mungkin hanya berpura-pura sibuk. Tapi seenggaknya kamu gak menyakiti dirimu, kan?" Ema mengambil napasnya pendek. "Karena itulah aku terus menghubungimu. Semua karena aku peduli."

Orchid hanya tersenyum kecil mendengar temannya mengomel seperti itu. Ia lalu memandang ke arah jendela besar didepannya.

Tak lama lamunannya terbuyarkan oleh suara yang mengatakan bahwa pesawat akan segera berangkat.

"Baiklah, aku rasa kamu bisa menceramahiku saat aku tiba di Indonesia dengan selamat. Sampai jumpa." Tanpa menunggu jawaban Ema, ia segera memutuskan panggilannya.

"Itu kakak-mu?" tanya Will, sahabat terbaik Orchid selama di Swiss.

"Bukan, dia sahabatku."

William mengangguk dan menatap gadis didepannya itu. Gadis yang ia temui pertama kali di salah satu klinik kesehatan di desa kecil nan indah, Lauterbrunen. Gadis dengan wajah pribumi yang sangat cantik dan ramah. Tetapi sering terlihat murung.

Sejak bertemu dengan Orchidea sembilan bulan yang lalu hingga sekarang, Will sama sekali tidak mengetahui apa alasan pasti gadis itu datang ke Swiss dan menawarkan diri untuk menjadi seorang perawat. Yang ia ketahui hanya Orchidea yang ingin mencari suasana baru untuk dirinya. Dan beberapa hari lalu, gadis itu memutuskan untuk ikut bersama Will kembali ke Indonesia.

[Sweet] RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang