🎶🎶
"I feel so unsure"
"As i take your hand"
"And lead you to the dance floor"
"As the music dies"
"Something in your eyes"
"Calls to mind a silver screen"
"And all it's sad good byes"
Dewata menoleh kearah dinding kaca yang kini di basahi air hujan. Langit gelap di atas sana, namun ramai cahaya lampu jelas terlihat di bawahnya. Lelaki itu duduk di sofa tunggal sembari memegang gitar berwarna hitam di pangkuan.
Wajahnya memang selalu tidak menampilkan ekspresi apapun. Namun, kali ini berbeda. Ada rinai kesedihan dan bimbang di bola mata lelaki itu. Rambutnya tetap berantakan. Kakinya terangkat bersandar di atas meja.
"Im never gonna dance again"
"Guilty feet have got no rhythm"
"Though its easy to pretend"
"I know you're not a fool"
"I should've known better than to cheat a friend"
"And wasted the chance that i've been given"
"So im never gonna dance again"
"The way i danced with you"
Petikan jari Dewata pada senar gitar berhenti, suara serak nan berat itu juga kembali menghilang. Tidak ada cahaya di kamar luas itu. Hanya sinar bulan, dan juga lampu kecil di atas nakas dekat tempat tidurnya.
"I know you there."
Ada dua alasan mengapa Dewata meredam suaranya kembali. Pertama karena ia kehilangan selera untuk bagian berikutnya. Kedua, karena seseorang sudah mendengarnya.
Teguran itu membuat Jelena yang sejak tadi berada di dekat pintu akhirnya membuka daun pintu tersebut dan menghampiri putranya. Ia berniat menyalakan lampu ketika sebagian wajah Dewata terlihat dari balik sofa tunggal. Tanda lelaki itu tidak ingin ada yang mengganggu wilayah nyamannya.
Dewata memang duduk membelakangi pintu masuk. Wanita dengan rambut putih panjang bergelombang, menggunakan dress yang melekat pas di tubuh, serta high heels itu berjalan mendekati sang putra. Berdiri di belakangnya. Tampak Dewata masih memegang gitar hitam tersebut.
"Dua hari sebelum Acara Besarmu," Jelena ikut menatap pemandangan di depannya. "Kamu baik-baik saja?"
"Memangnya apa yang harus saya pikirkan?" Dewata tampak menunduk untuk memperbaiki senarnya. Rambut lelaki itu turun menutupi kening
"Sena akan hadir malam itu. Semua orang penting bagi perusahaan dan keluarga kita pun akan hadir. Mom harap, kamu bisa hadir diantara kita, Dewata."
"Saya gak pernah suka hal seperti itu."
Jelena merendahkan pandangan agar bisa menatap puncak kepala putranya. "Tidak sampai-"
"Lanjutkan saja acara itu dengan atau tanpa kehadiran saya, Mom."
"Lalu bagaimana denganmu?"
"Bersama Helios, sama seperti biasanya."
"Kalau begitu, hadirlah saat makan malam bersama."
"Saya akan memikirkannya."
Seperti tak bisa diganggu gugat, Jelena hanya mampu menghela napasnya pasrah. Bahkan suaminya sendiri tidak bisa melawan keputusan anaknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Sweet] Revenge
Teen FictionDipertemukan oleh malam, dipisahkan oleh Senja. April, 21 Untuk kamu, teman kecil ku..