08 | Easy On Me

88 13 2
                                    

PAST

"Raskal,"

Sang pemilik nama, menaruh sumpitnya dan menarik mangkuk milik gadis yang sejak awal datang itu duduk bersampingan dengannya. Raskal, seperti sudah terbiasa, mulai menyendok bawang goreng dan potongan telur rebus yang berada di mangkok gadis itu.

"Apa, Neng?" tanya Raskal ketika tak mendapati Orchid berbicara.

"Bentar minum," ujar Orchid meneguk Es tehnya.

"Yha, sok we," cuek Raskal menaruh bawang goreng tersebut pada mangkoknya sendiri. [silakan aja]

"Dha, kamu beneran udah putus sama Kak Nara? Bukannya baru sebentar, yah?"

Raskal menggindikkan bahu tak peduli. "Gak tahu, ya, Neng. Dia yang minta putus."

Orchid menyipitkan matanya. Menodong Raskal dengan sumpitnya. "Kamu gak lagi jadiin Kak Nara sebagai bantar, kan?" maksudnya bahan taruhan, istilah yang di pakai geng Raskal.

"Nteu, ih. Sembarangan we!" bantah Raskal menarik pelan sumpit Orchid dan menggantinya dengan garpu yang sudah ia lap terlebih dahulu. "Dia yang marah-marah, eh, minta putus. Yaudah sama aku diiyain aja daripada ngamuk anak orang." [Enggak, ih]

"Terus kenapa dipacarin kalo begitu?" tanya Orchid kepo. Mendekatkan lengannya dengan Raskal sembari mulai menyuap mie-nya.

Raskal menahan pundak Orchid agar tak terlalu berdekatan dengan meja. Takut seragam putih itu akan terkena noda dari kuah mie ayam. Ia melebarkan senyumnya.

"Dia yang ngajak. Enggak boleh menolak rejeki.  Abah yang ajarin, loh."

"Itu, sih kamu emang gak bakalan nolak!" balas Orchid tak puas dengan jawaban Raskal.

Yang di marahi hanya tertawa dan mendorong mangkuk Orchid mendekat. "Makan... makan."

Orchid ganas menarik mangkoknya dan mulai melahap Mie ayam kesukaannya itu. Raskal hanya tertawa. Sesekali menahan anak rambut Orchid agar tak mengenai bibir gadis mungil itu.

"Kamu lagi deket sama cowok, neng?" tanya Raskal setelah beberapa saat berbicara hal-hal aneh dengan Orchid.

Keduanya sudah berada di motor saat ini, bersiap untuk pulang. Sejak tadi pun, Raskal sudah memakai tas Orchid agar gadis itu tak terlalu lelah.

"Jalan dulu boleh, gak? Gamau pulang cepet, ah," ajak Orchid. Mengalihkan pembicaraan.

"Mbung, udah senja. Lagian kamu pasti cape banget."  [Gak,]

"Engga, tuh."

"Kata aku enggak, ya, enggak, neng," Raskal menyalakan vespa, memastikan Orchid sudah duduk dengan nyaman diboncengan. "Aku tadi tanya, kamu lagi deket sama cowok, yha?"

Orchid mendorong kaca helm-nya naik dan membiarkan wajahnya berada di atas pundak Raskal. "Enggak,"

"Bohong banget," Raskal berusaha memperbaiki kaca spionnya dan mengarahkan pada Orchid. "Udah berani bohong sama Aa, ya, sekarang?"

"Apa banget, sih, Kal?"  balas Orchid tak terima. "Kapan-kapan aku bohong?!"

"Yha, gak tahu. Pokoknya, siapapun yang mau deketin kamu, neng, harus berhadapan dulu sama aku."

"Cih, terus gimana sama cewe yang deketin kamu, hah? Tau-tau pacaran aja."

Raskal menyengir mendengar gerutuan Orchid yang menyinggungnya. "Itu mah beda cerita."

Orchid enggan menanggapi lagi ucapan Raskal. Tahu jika itu hanya akan mengundang lebih banyak emosi daripada keseruan bercerita. Raskal juga tidak memperpanjangnya. Ia memilih membicarakan hal lain, yang sekiranya bisa memancing perhatian Orchid kembali padanya. Lelaki itu juga tak benar-benar langsung mengantarkan Orchid pulang. Seperti keinginan gadis itu.

[Sweet] RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang