Lampu sorot terlihat dari motor yang baru saja tiba memasuki pagar di bagian depan halaman. Sinarnya segera mengenai beberapa orang yang tengah duduk di sebuah Gazebo. Seluruh mata jelas tertuju pada dua orang tersebut. Salah satu mata memandang gadis yang menjadi penumpang malam ini. Menunggu hingga sang puan turun dengan aman.
"Dea..."
Orchid menoleh mendengar panggilan Raskal. Cowok itu memang sejak awal derum motor terdengar sudah berdiri untuk menunggu.
Belum saja sempat membalas, Raskal sudah maju lebih dulu dan menarik kerah Arkasa kasar. Lantas melayangkan satu bogem mentah pada sahabatnya itu. Hal tersebut jelas menarik perhatian dengan cepat. Namun, sebelum mereka bisa menahan, Raskal masih sempat memberikan lebih banyak pukulan mematikan.
"BANGSAT LO, ARKASA!" amuk Raskal.
"Cukup, Kal! Apa-apaan lo!" Bentak Nazeem segera pasang badan, mengunci tubuh berontak Raskal dari belakang.
Saqeel segera menengahi, sementara Javas menarik mundur Arkasa yang kini terbatuk mengeluarkan sedikit darah. Pukulan Raskal tak main-main.
Dalam kuncian Nazeem, Raskal masih setia mengamuk. Ada banyak alasan bagi Raskal mengapa ia bisa lepas kendali saat ini. Terlebih saat melihat kondisi Orchidea, sekalipun Raskal tahu, bukan Arkasa penyebab luka tersebut.
"Bajingan lo, Arkas! NGAPAIN LO BAWA DEA, HAH!"
"LO TAU DIA DIMANA SELAMA INI! TAPI LO TETAP BUNGKAM!! SEMENTARA GUE KAYA ORANG GILA NYARIIN DIA!"
"ANJING, LO!"
Plak...
Teriakan penuh amarah itu terhenti, kala sebuah tangan pedas menampar wajahnya. Pandangan Raskal turun menatap gadis bertubuh sedikit lebih pendek itu. Bahkan ia menampar dengan tangan yang sangat gemetaran. Wajah Raskal yang merah berangsur normal, dengan napas masih berderu.
"Jaga sikap kamu, Kal!"
Raskal menarik lepas tubuhnya dari kuncian Nazeem yang juga membiarkannya. Raskal tidak akan mengamuk lebih lama jika Dea dihadapannya. Tetapi, sepertinya emosi cowok itu masih belum mereda sepenuhnya. Ia menghadapi Orchid, tanpa menurunkan emosi.
"Menurut lo, gue bakal diam aja setelah apa yang dia lakuin?" Sebelah tangan Raskal terangkat menunjuk Arkasa, dengan tetapan masih setia beradu pada Orchid dihadapannya. "Sementara dia tahu lo ada di mana?"
Kekehan sinis terdengar. "Lo bahkan berlindung di belakang dia, alih-alih ngasih tau gue sedikit aja kabar tentang lo yang tiba-tiba menghilang hari ini!"
"Aku gak hilang, Raskal!"
"YA!" bentak Raskal tanpa sadar. "Tapi dengan kondisi lo yang begini?" Raskal menggeleng tak percaya, ia kehilangan kata-katanya.
"Maksud lo apa sih, Kas?" Tanya Raskal kembali menoleh pada Arkasa. Ia baru saja hendak maju dan berbicara dengan Arkasa, ketika Orchid menahan tubuhnya. "Minggir dulu, Dey."
"Udah, Raskal! Yang salah itu gue!!"
"Terus gue harus pukul lo?"
"Sebab itu lo mukul Arkasa?" Balas Orchid tak percaya.
Cengiran tajam pada Raskal membuat Orchid menutup mulutnya rapat. Raskal memang sudah di batas amarahnya. Sekuat tenaga Gadis itu menarik tangan Raskal untuk berhenti.
"Lo bahkan gak angkat telpon gue malem itu, Kal!"
Langkah Raskal sempat berhenti, menatap kembali Orchidea disampingnya. "Telpon?"
"Elona bilang lo gak bisa diganggu. Apa lo bisa protes ke Elona sekarang, kalo dia gak nyampaikan pesan gue?"
Kini Raskal benar-benar terdiam. Membuat hati Orchidea semakin memanas. "Gak semua yang gue jalanin harus berhubungan sama lo, Raskal. Lebih baik lo minta maaf ke Arkasa, atau gue bener-bener muak bicara sama lo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[Sweet] Revenge
Teen FictionDipertemukan oleh malam, dipisahkan oleh Senja. April, 21 Untuk kamu, teman kecil ku..