28 | Losing Us

64 10 3
                                    

Orchid tidak langsung kembali ke rumah dan memutuskan untuk tetap berada di hotel terlebih dahulu.

Terhitung dari tanggal ia mendarat di Bandara terbaru Samarinda, kota lahirnya, ini adalah hari kedua dan ia belum mengabari orang rumah jika ia berada di kota tersebut. Setahu mereka, Orchid masih berada di Balikpapan karena urusan pekerjaan.

Arkasa berniat untuk menemani Orchid kembali ke Samarinda bersama, namun lelaki itu perlu untuk keluar kota dan menyelesaikan pekerjaannya.

Gadis dengan tubuh mungil yang kini terlihat jenjang itu memasukan ponselnya dalam tas jinjing ketika panggilan baru saja tertutup. Ia tersenyum senang. Suasana hatinya selalu membaik ketika Askara menghubunginya di waktu senggang.

Berniat menghabiskan waktunya di Samarinda, Orchid memutuskan menerima beberapa pekerjaan di Rumah Sakit bekas ia bekerja sebelum memutuskan pindah ke Swiss. Lagipula, ia memiliki beberapa pertemuan dengan dokter besar di kota ini.

"Pergi untuk makan siang, Dokter?"

Orchid mengangkat pandangannya dan bertemu tatap dengan perawat yang baru saja keluar dari salah satu kamar. Wanita itu tersenyum manis. "Iya, kamu sudah melakukannya?"

"Anda terlambat lima belas menit, dokter,"

"Benarkah?" Orchid menatap arlojinya dan tertawa. "Sepertinya aku terlalu larut dalam pekerjaan baru."

"Dokter Orchidea beruntung tidak ditempatkan di UGD. Hanya akan berada di ruangan itu seharian penuh, dan memakan roti kemasan saja," gurang si perawat. "Saya permisi, Dokter."

"Tentu, silakan."

Selepasnya, Orchid berniat meneruskan langkah, ketika pintu ruangan disebelahnya terbuka. Tepat ketika ia sedang memasukan ponsel ke dalam tas tangannya.

"— tunggulah di sini, Elona. Aku segera kembali."

Seorang pria muncul sembari mendorong kursi roda dihadapannya. Suara pria tersebut terdengar sangat lembut dan memperhatikan sang wanita yang ia bawa.

Orchid, mendengar nada suara itu sedikit bergeming. Ia sudah lebih dulu melihat sang empunya suara saat pintu terbuka tadi. Melihat sepasang suami istri yang terlihat penuh kasih sayang.

Sang Pria mengangkat pandangannya setelah memperbaiki selimut kecil yang menutupi kaki si wanita. Lantas, ikut membeku kala terhadang oleh sosok yang juga menatapnya. Terlebih ketika sosok tersebut tersenyum manis.

"Lama tidak bertemu, Raskal."

"Dea..."

Orchid masih menyunggingkan senyumnya. Segera memutuskan pandangan dan turun mengarah pada wanita yang ikut menatap keduanya. Mata sipit itu masih setia melengkung ramah.

"Anda terlihat semakin baik, Nyonya Irham."

Elona mengulurkan tangan dan menjabat tangan Orchidea penuh kesenangan. "Anda di sini? Kapan tiba di Indonesia, Dok?"

Sekilas tampak kerutan di kening Raskal ketika mendengar pertanyaan Elona. Lebihnya, wanita itu memanggil Orchidea dengan sebutan Dokter.

"Dokter?" wajah Raskal berpaling pada Orchid. Berusaha menatap mata cokelat itu. "Kamu seorang Dokter, Dea?"

"Apa maksudnya, sayang? Orchidea adalah Dokter yang merawatku selama di Eropa. Aku membaik berkat bantuannya." Elona menggenggam tangan Orchid kembali penuh harapan. "Terima kasih banyak, Dea. Berkat kamu, dokter di sini bilang kalau aku hanya memerlukan beberapa terapi lagi."

Orchid jelas membalas genggaman tangan Elona dan mengusapnya hangat. "Anda terlalu berlebihan, Nyonya. Keinginan anda untuk sembuh yang membuat anda membaik. Saya hanya membantu sedikit saja."

[Sweet] RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang