"Apa kabar di sana, Neng? Kapan balik ke Samarinda?"
"Bentar lagi. Habis tahun baru, besoknya pulang."
"Lama pisan. Aku sendirian."
"Kan Abah sama Bunda sudah datang? Gimana beberesnya? Udah pada rapi gak?"
"Udah. Tinggal bagian lantai dua aja."
Orchid memperbaiki letak ponsel. Saat ini ia sedang berada di kota kelahiran Ibunya, empat jam dari Samarinda.
Orchid juga sedang berada pada masa libur sekolah, liburan semester dua. Kali ini ia hanya berangkat dengan keluarganya, sedangkan Raskal terpaksa harus berdiam diri di Samarinda karena keluarganya juga baru saja datang dan sedang sibuk menata rumah yang akan mereka tinggali.
Rumah Raskal yang baru berada cukup jauh dari rumah Orchid. Karena menurut Abah, rumah sebelumnya terbilang sedikit kecil dan tidak ada aksen Sunda. Abah adalah orang Sunda asli, itu sebabnya keluarga Raskal sangat kental dengan tanah daerahnya itu.
"Lantai dua nanti bakal jadi kamar aku sendiri."
"Maksudnya? Satu lantai itu?"
"Enggak sih, sebagian besar lah."
"Udah jadi?"
"Masih tahap renovasi, Neng. Banyakan yang diubah. Nanti kamar aku ada wc-nya sendiri loh!!"
Orchid tertawa saat mendengar ucapan Raskal yang menggebu itu.
"Supaya gak rebutan sama orang rumah? Kamu, sih, mandinya lama!"
"Hahaha pokoknya wc aku entar ngadep jendela. Jadi bisa sambil nyantui pas boker."
"Gilaa!!"
Diseberang telepon, Raskal ikut tertawa mendengar pekikan Orchid. Anak lelaki itu bahkan bisa membayangkan bagaimana wajah geli Orchid saat ini.
Ia menjentikkan jarinya pelan, membuang abu di ujung rokok yang berada di sela jarinya.
"Kalo ada apa-apa kabarin aja, Aku mungkin rada sibuk, tapi tetap bisa ada buat Dea. Okey?"
Orchid sedikit menundukkan kepala, mengulum bibirnya, tetapi juga sedikit tersenyum lantas mengangguk, sekalipun Raskal tidak bisa melihat.
"Apa banget siih," hanya itu balasan yang Orchid keluarkan.
Setelah mendengar gurauan Raskal beberapa saat, akhirnya panggilan tersebut berakhir. Raskal memperbaiki letak rambut berantakannya dan baru akan mengisap kembali rokok di tangan, ketika akhirnya Raskal terbatuk karena asapnya sendiri.
"KAAAAALLL!!!"
uhuk.. uhukk..
Raskal nyaris mengumpat marah, tetapi lebih dulu mematikan rokoknya itu dan melemparkaan ke arah lain. Ia segera mengibaskan tangan agar asapnya segera menghilang dari wajah lelaki itu.
"KAAAALLL!!"
"Naon siiihhh!" balas Raskal sedikit menolehkan kepala dan mempercepat kibasan tangannya, "di luar! Raskal diluwaaar!!"
Terdengar derap langkah kaki dari tangga kayu minimalist itu dan semakin mendekat ke Raskal berada.
"Naon atuh Ibunda Ratu?" cengir Raskal kembali duduk santai di kursinya.
Rasyana atau biasa dikenal dengan Bubun Rasya -Bunda Raskal- menatap anak bungsunya itu sedikit menyipit. Apron ditubuhnya sedikit melonggar dengan tali dibagian kiri yang jatuh disisi pundak.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Sweet] Revenge
Teen FictionDipertemukan oleh malam, dipisahkan oleh Senja. April, 21 Untuk kamu, teman kecil ku..