Satu hari sebelum pernikahan berlangsung, Orchidea berdiri didekat pagar pembatas. Menikmati angin laut malam, serta deburan ombak yang tak jauh dari tempatnya berada.
Ia baru saja mematikan panggilan Video oleh sosok yang saat ini masih berdiam diri di tempat asalnya, Swiss. Kini ia menatap penuh senyum foto yang baru saja masuk.
"Miles?"
Orchidea menoleh kala seseorang tiba di dekatnya, wanita itu mengangguk. Senyum masih tersungging di wajah cantik itu. Ia memperlihatkan foto tersebut.
"Aku gak tahu dia setampan itu?"
"Jangan berlebihan," kekeh Orchidea.
"Tapi memang begitu kenyataannya."
"Yha, dia benci jika ada yang memujinya."
Keduanya kembali bersandar pada pagar. Menatap langit yang entah kenapa terlihat terang.
"Elona pernah bilang, kalau kamu sudah menikah. Kesal sekali rasanya karena aku tidak tahu perihal sepenting itu, Dea."
"Begitukah kabarnya?"
Raskal sempat melirik sisi wajah Orchid yang hanya menatap langit. Rasanya ada yang aneh pada Raskal ketika Orchidea tak berusaha untuk menyangkal kabar tersebut.
"Apa kamu masih sempat mencintaiku, Dea? Setelah hari itu?"
Orchidea menunduk beberapa saat, masih tersenyum. Lantas menoleh pada Raskal. "Jika aku masih mencintaimu, hidupku akan habis di sana. Tidak akan bisa berada di titik ini."
"Kamu benar," balas Raskal. Lebih karena ia merasa bersalah karena bertanya hal tersebut. Kini ia memutuskan untuk ikut fokus menatap kedepannya.
"Sudah sejak lama saat kita terakhir kali menatap bintang seperti ini, yah, Kal?" Orchid membuka pembicaraan lain.
Raskal mengangguk. "Dulu bahkan nyaris setiap malam."
"Aku pikir setelah sekian lama, kamu bersama Arkasa pada akhirnya."
Orchid tertawa. Baiklah itu adalah hal yang lucu. "Kenapa berpikiran begitu?"
"Sebab kamu dan dia cukup lama?" heran Raskal, mengapa wanita itu tertawa.
"Kamu benar," angguk Orchid setuju. "Harusnya aku bersama dia."
"Kenapa tidak? Apa dia masih sama seperti dulu?" gurau Raskal. Orchid terkekeh, tau apa maksudnya.
"Entah," wanita itu kini menggeleng. Ia berpaling, "Bagi aku dan Arkas, kemarin adalah bagian dari proses menuju pendewasaan. Jadi kami berpisah untuk mengambil jalan masing-masing terlebih dahulu," sambungnya.
"Lantas, setelah itu kalian akan bersama?"
Orchid menggindikan bahu, menatap Raskal mengejek. "Tak pernah ada yang tahu."
"Apa kamu sudah bisa melepaskan Elona?"
Raskal menggeleng tipis. "Entahlah, Dea. Sejak awal pun, aku tahu jika kami tak akan bertahan lama. Aku mempertaruhkan segalanya pada Elona, lantas, jika ia pergi lebih dulu maka aku gak memiliki apapun lagi."
"Kamu—pasti bisa melepaskan dia, Raskal. Meski perlu waktu, kamu pasti bisa pada akhirnya mengikhlaskan Elona dan melanjutkan hidup."
"Bagaimana kamu yakin, heh?" kekeh Raskal menggeleng kecil.
"I found my final chapter too, Kal." Orchid menatap deburan ombak malam. "Yang dulu selalu mikir 'kayanya mustahil aku bisa lupa'. Ternyata aku cuma butuh ketemu banyak orang dengan berbagai macam karakter untuk sampai ditahap 'Oh ternyata yang kemaren gak ada apa-apanya, masih banyak manusia yang baik'. Ternyata aku cuma tenggelam di lautan kenangan menyebalkan itu. Aku yang salah, mengambil keputusan untuk tetap berada di dasar lautan. Padahal kalau dari awal aku punya niat untuk menarik diri keluar,mungkin aku sudah lama sembuh. Aku bahkan berhasil lupa tanpa melibatkan sosok orang baru, benar-benar hidup dengan pertemanan, ruang lingkup, relasi, dan hobby, juga pengalaman lainnya yang mempertemukan aku dengan manusia-manusia lainnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
[Sweet] Revenge
Fiksi RemajaDipertemukan oleh malam, dipisahkan oleh Senja. April, 21 Untuk kamu, teman kecil ku..