32 | Meant to be

63 13 3
                                    

PAST

"MORNING SAYANGKUUUU!!"

Oci terjingkit kaget ketika seseorang tiba-tiba mengacak rambutnya dan duduk tepat di samping gadis itu. Lengkap dengan senyum pepsodent yang selalu terlihat menawan.

"Apasih?" Tak acuh Oci menjawab.

Arkasa masih setia menyengir. Sepagi ini ia baru saja tiba di sekolah melalui pintu kantin, ketika mendapati Oci tengah duduk menghadap semangkuk bakso panas. Ia celingukan menatap sekitar.

"Tumben sendirian?"

Oci meniup bakso disendoknya, "Belum pada datang."

"Hah? Tumben belum dateng?"

Gadis itu mengerutkan keningnya aneh. "Lo udah liat jam?"

Arkasa menatap jam tangannya dan seketika melebarkan bola mata berbeda warna itu. Pantas saja parkiran MC tampak sepi dan halaman sekolah masih cukup lengang. Ia-lah satu-satunya yang datang terlampau pagi dari biasanya.

"Kesetanan apa lo jadi datang pagi banget?" tanya Oci berbasa-basi.

"Gue baru landing tadi subuh, jadi sekalian ke sekolah, deh."

"Landing? Dari mana lo?" Dengus Oci malas.

Arkasa mendekatkan diri pada Oci yang menyuapinya sesendok bakso yang sudah ia tiup lebih dulu. Lelaki itu ber-hah ria karena masih sedikit panas. Oci bahkan meringis kecil dan tanpa sadar meniup kecil kearah Arkasa yang kini meminum Milo hangat gadis itu.

"Kemarin sore gue ikut nyokap ke Singapore." Tangan Arkasa asal mengambil keripik pangsit. Ia menyodorkan tangan pada Oci yang menggeleng, lantas memakannya sendiri.

"Hah? Serius? Ngapain?"

"Wine. Nyokap gue kan Wine consultant."

"Ah... iya juga." Angguk Oci paham. Arkasa dan Javas memang lahir dari keluarga pebisnis yang kuat. "Seru, gak? Bawa oleh-oleh?"

"Biasa aja, kan udah sering." Cengir Arkasa sombong. Ia mengambil sesuatu dari saku kemeja dan menyerahkan pada gadis itu.

"Apaan nih? Satu doang? Mana kecil lagi!"

Oci menerima sebuah amplop berwarna pink yang berukuran tak lebih dari telapak tangannya yang mungil itu. Meski mengomel, ia tentu saja tetap merasa senang. Sebab Arkasa masih mengingatnya untuk benda ini. Sebuah gantungan kunci berbahan logam itu meluncur keluar dari dalam amplop. Pengaitnya berbentuk bintang, dengan bandul karakter yang sangat Oci sukai sepanjang hidupnya.

"Rapunzel!!" Oci memekik senang. Senyum gadis itu terukir lebar dan tanpa sadar memeluk mainan itu di pipi besarnya. "Terima Kasih!"

"Sama-sama," senyum Arkasa membuat garis yang indah dari mata yang tenggelam itu. "Meskipun cuma satu, tapi jangan salah ya, harganya bisa dapat dua sepeda di sini."

"Hah?" Orchid segera menoleh pada Arkasa yang kini sudah mengambil alih mangkok baksonya. "Masa iya semahal itu, Kas?"

Arkasa menggeleng ringan, kepalanya tertunduk demi memakan sisa bakso Oci. "Enggaklah."

Si gadis hanya bisa memberengut kesal dan kembali memainkan gantungan tersebut. Jika di hitung, ia sudah memiliki tujuh gantungan dari negara yang berbeda. Dan itu semua sudah jelas berasal dari para anggota Sagaras.

"HIDIIIII... asik banget pagi-pagi udah dipojokan kantin aje masnyaah."

Oci mengangkat kepala ketika suara Nazeem terdengar dari pintu masuk Kantin. Sementara Arkasa hanya mendengus malas, enggan menoleh. Sudah jelas ia tahu siapa pemilik suara.

[Sweet] RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang