11 | Wicked Games

72 9 0
                                    

"Oci!!"

Orchid yang sedang berjalan menuju perpustakaan sekolah sembari membawa beban setumpuk buku hanya menoleh kecil, sudah melihat siapa yang mengejarnya.

Arkasa segera mengimbangi langkah kaki Orchid, dan mengambil setengah dari beban yang dibawa gadis itu setelah napasnya teratur sempurna. Orchid jelas tidak ingin jika seseorang membantunya, itu sebabnya Arkasa hanya mengambil setengah saja.

"Kenapa?" tanya Orchid menoleh sesaat, sebelum kembali membalas sapaan adik kelas yang melewatinya.

"Lo mau ke perpus?"

"Iya. Kembalikan buku. Lo sudah?" Arkasa mengangguk sebagai jawaban. "Kenapa manggil gue?"

"Ooh, gue mau cerita," jawab Arkasa membukakan pintu perpus.

"Thanks," Orchid melangkah masuk. Mulai mencari rak-rak yang sesuai dengan buku yang ia bawa. "Mau cerita apa? Perasaan gue mulu yang jadi bahan tempat cerita kalian."

"Ya gimana ya... cuma lo doang temen cewe yang asik di ajak cerita," cengir Arkasa.

"Karena Raskal? Harusnya gue gak berteman sama kalian kalo gitu."

"Satu dapat lima, Ci. Masa nolak? Bujangan sekolah, loh, kami ini."

"Gak ada yang bisa dibanggain," balas Orchid bergurau. "Jadi cerita?"

"Oh iya! Gue baru putus!"

"Sama yang mana?"

"Anjing banget! Oci kek gue punya banyak gebetan aja, anjir!" balas Arkasa kesal.

Orchid tersenyum remeh dan menggindikkan bahu. Mengangkat tangan cukup tinggi untuk menaruh buku. "Fakta. Kali ini putus sama siapa?"

"Zia," jawab Arkasa sembarang. Setidaknya, ia ingat dengan mantannya satu itu.

"Kak Zia? Kelas 12 Perhotelan?"

"Iya, bener."

"Berapa lama emang?"

"Dua minggu? Apa tiga?"

"Yea... lumayan bertahan lama. Tumben. Kenapa bisa putus?"

"Beda agama," jawab Arkasa sedikit meringis. "Tapi rasanya, gue perlu balikan, deh? I mean like... i still want her? Terlepas dari jiwa matrealistis dia?"

Orchid mendengus kecil. "If you already know the ending was sad, why you still continue the journey?"

"Menurut lo, gue gak perlu?"

Kini, Orchid mengambil buku terakhir yang dipegang Arkasa dan menaruhnya di rak terakhir. Ia akhirnya menatap mata lelaki yang jauh lebih tinggi itu. Bibirnya sedikit melengkung turun karena berpikir.

"Pikirin ini, deh, You need her or you want her? Ada perbedaan di antara itu."

"Terus... gimana kalo i have crush on you?" Arkasa menyenderkan tubuh besarnya di rak buku.

Mata Orchid sempat membesar beberapa saat. Sebelum akhirnya gadis itu tersenyum manis. Ia mengulurkan tangan dan mengacak rambut Arkasa gemas.

"Dan gue berhenti jadi teman lo. Dont ruin anything. Selain Raskal, rasa-rasanya gue gak perlu cowo, dalam artian, punya hubungan spesial, saat ini."

Seperkian detik, rasanya jantung Arkasa berhenti berdetak, juga kakinya yang nyaris melemah karena perlakuan Orchid padanya. Ayolah, se-playboy apapun Arkasa, jika gadis manis dengan mata indah itu yang melakukannya, tetap saja Arkasa mleyot karenanya.

Arkasa menggelengkan kepala dan menyusul Orchid kembali.

"Bohong, lo punya cowok, kan? Gebetan."

"Sembarangan."

[Sweet] RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang