Pintu balkon terbuka ketika tanpa sengaja Orchid terbangun. Jam menunjukkan pukul enam pagi. Bahkan matahari belum benar-benar terbit. Langit gelap masih setia terlukis di luar sana.
Dari balik pintu balkon, Dewata tampaknya sudah lebih dulu bangun dan berdiri di luar sana. Gadis itu mendatanginya, ketika Dewata menoleh karena kehadiran Orchid di sisinya.
"Masih jam enam, tidur lagi aja."
Orchid menggeleng, ikut menyandarkan tubuh pada pagar pembatas. "Masih pagi, dan lo sudah ngerokok aja, kak."
Dewata menawarkan kotak rokoknya pada Orchid dan diterima gadis itu. Senyumnya terukir kecil, kembali mengarah pada pemandangan gelap didepannya. Bukannya Dewata mengajarkan hal tidak baik pada Orchid. Tapi ia pun terkejut ketika mengetahui fakta itu. Bahwa Orchid sudah lebih dulu merokok.
Dewata dapat melihat tubuh mungil itu kini sudah ditutupi dengan kemeja putih miliknya. Mungkin Orchid mengambilnya lebih dulu dari lemari sebelum mendatanginya. Sebelah tangan Dewata terulur dan memegang puncak kepala gadis itu. Mengusapnya beberapa kali.
Asap mengepul diatas kepala keduanya. Santai menikmati pagi dengan sebatang rokok, menunggu mentari terbit di sisi kota mereka. Dewata tidak bertanya dan memaksa gadisnya itu bercerita. Jika ingin, Orchid pasti akan mengatakannya sendiri. Kehadirannya hanya untuk mendengarkan dan menemani gadis itu disaat seperti ini.
"Malam ini ikut gue ke acara keluarga, ya?"
Dewata mengambil rokok milik Orchid yang tersisa setengah, sementara miliknya sudah padam di asbak. "Setengah aja. Lo belum sarapan." Ujarnya mengambil alih tembakau bakar itu.
"Kenapa malam ini?"
"Ketemu keluarga gue."
Orchid menatap Dewata aneh. "Lo setress, Kak? Dengan muka dan kondisi menyedihkan gini? Gak, ah." Ia kembali mengalihkan pandangannya. "Lo pergi aja. Gue mau di sini, males pulang."
Mendengar jawaban ketus itu, membuat Dewata benar-benar tersenyum. Tentu saja ia tahu bahwa Orchidea akan menolak ajakannya tanpa menawar lebih dulu. Akhirnya, ia mendekatkan tubuhnya dan bergaya seperti seolah kedinginan disamping gadis itu. Lengan mereka saling menempel, dengan Dewata yang cukup membungkuk agar wajah mereka bisa sejajar.
Dewata menoleh pada Orchid yang juga menoleh padanya. "Hari ini ulang tahun gue."
Ada dua hal yang membuat Orchid terkejut. Wajah imut Dewata yang baru ia lihat, dan juga pernyataan lelaki itu barusan. Hari ini ulang tahun Dewata? Sejak kapan lelaki itu mau mengatakan dan melakukan hal-hal seperti ini.
"Hari ini? Sekarang ini?" tanya Orchid sedikit tak enak. Merasa bersalah karena ia tidak mengetahui fakta yang seharusnya ia tahu itu.
Dewata mengangguk. Menangkap arti wajah Orchid di sampingnya. "Gak usah merasa bersalah. Lo sudah Kasih gue kado semalam."
"Semalam?" ulangnya mengingat.
"Lo datang, dan peluk gue. Tepat tengah malam." Dewata terkekeh kecil. Suatu keajaiban. "Di kondisi yang berbeda, itu hal yang bagus."
Tampaknya wajah Orchidea sedikit memerah karena nya. Ia segera mengalihkan pandangan. "Itu hal yang berbeda."
Masih setia dengan senyumannya, Dewata semakin mendekatkan diri pada kekasihnya itu. "Gimana kalo gue dapat kado yang lain sekarang? Sebagai ganti lo gak tahu ulang tahun gue."
"Lo mau apa?"
"Morning kiss birthday."
"Gak ada permintaan lain, Kak?" Orchid akhirnya menjawab setelah diam beberapa saat. Ia juga menatap langsung mata Dewata yang menggeleng menyesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Sweet] Revenge
Teen FictionDipertemukan oleh malam, dipisahkan oleh Senja. April, 21 Untuk kamu, teman kecil ku..