36 | Use to be

74 13 2
                                        

Sekolah tampaknya tidak mengizinkan para siswa untuk berhenti belajar. Terlebih ujian tengah semester akan segera di mulai. Bukannya diberi waktu untuk beristirahat dan fokus belajar, para guru justru semakin gencar untuk memberikan tugas yang tak kunjung usai.

Seperti siang ini, bangku-meja perpustakaan dan taman yang biasanya sepi kini dipenuhi dengan siswa-siswa yang duduk berkelompok untuk mengerjakan bersama tugas yang menggunung.

Salah satu meja terdapat Oci yang sejak tadi sudah setia membuka bukunya. Sementara tiga temannya memilih untuk membeli makanan demi menunjang amunisi mereka. Saat ini adalah Freeday, siswa di bebaskan untuk melakukan aktivitas apapun. Entah itu ekskul atau mengerjakan study kasus seperti sekarang.

Tadi Sagaras menemaninya pada meja panjang itu. Namun sekarang hanya tersisa buku-buku yang terbuka. Kurang dari sepuluh menit, empat orang lelaki itu sudah menguap dan sekarang memilih untuk bermain basket di lapangan.

Hanya Javas yang masih setia duduk di kursi panjang itu bersama Oci. Pertama, karena ia memang memprioritaskan untuk menyelasaikan sesuatu yang penting terlebih dahulu, lantas yang kedua adalah karena gadis manis itu duduk sendirian dengan wajah super serius.

Rambut hitamnya terkucir tak karuan, sehingga beberapa anak rambut bebas menempel pada pipi berisi itu. Javas duduk menyandar pada Meja. Bersampingan namun dengan hadapan yang berbeda. Karena tugasnya nyaris selesai, ia kini memilih untuk menghabiskan biskuit yang dimiliki Oci sembari menatap Sagaras.

"Are you good in French?"

Javas sedikit menoleh, tangannya mengguncang kotak biskuitnya. "Which one?"

"This—"

"Kiss or Language?"

Mendengar ucapan Javas yang memotongnya dengan wajah santai tanpa beban itu membuat kepala Oci tertoleh dengan cepat. Kening itu mengerut aneh. Sebelah tangannya menggapai kening Javas, memeriksa suhu tubuh lelaki Arab itu.

"Lo sakit?"

Javas menggeleng. Jika orang lain yang melakukannya, mungkin saja sudah berakhir dengan Javas yang menepis tangan itu dengan mata setajam pisau. Tetapi kali ini ia hanya diam dan membiarkannya saja sembari menghabiskan makan.

Ujung jari telunjuk Oci ringan mendorong kening Javas, hal yang membuat Javas sempat membulatkan matanya.

"Gue serius."

Wajah dengan mata bulat itu menatap Javas galak. Kini lelaki itu sedikit memutar tubuh ke belakang untuk melihat buku tugas Orchid.

"Tugas French? Sir Julian atau Madamme Claire?"

"Sir Julian, lo juga?"

Javas mengangguk. Ia mengambil boplen Oci dan menuliskan jawaban yang diperlukan untuk menerjemahkan beberapa kalimat dan memilih jawaban yang tepat. Itu adalah hal yang mudah bagi ia dan Arkasa.

Kini tubuh lelaki itu sudah sepenuhnya berbalik untuk mengerjakan tugas milik Oci yang ternyata lumayan banyak. Ia juga menuliskan beberapa kata terjemahan yang cukup sulit agar Oci bisa mengingatnya.

Sang gadis menidurkan kepalanya di meja, bertumpu pada tangan. Ia menghela napas lelah. Rasa-rasanya kurikulum tahun ini sangat sulit sekali. Lebih banyak soal tanpa penjelasan yang lengkap.

"Tired?" tanya Javas tanpa menoleh.

Siang ini rambut tebal itu terlihat menutupi kening, meski poni sedikit terbelah dua. Wajah tampan itu selalu menyenangkan untuk di lihat.

"Yeah..."

"Being adult, atau pelajaran?"

"Dua-duanya."

[Sweet] RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang