Rasyana mengembangkan senyuman kala melihat putri cantiknya berjalan mendekat. Suasana rumah cukup ramai, sebab ada acara arisan yang ia adakan hari ini. Beberapa teman Rasyana sudah berada di Gazebo halaman belakang.
Rumah cukup besar nan asri itu memiliki siklus udara dan pencahayaan yang cukup baik. Sehingga siang hari, rumah serba putih dan cokelat itu sangat sejuk dan nyaman. Udara tetap dingin, sekalipun AC tidak dinyalakan, dan matahari terang menyengat di luar sana.
"Masyallah, meni geulis pisan anak Bunda, ih!" Puji Rasyana tanpa menyembunyikan binar di mata. "Sudah video call Teh Risa?"
"Sudah, bunda."
"Cantik bajunya, Neng. Emang, yah, firasat bunda tuh engga bisa diragukan!"
"Bunda beli di mana? Cantiik, Dea suka hehe."
"Di Big Mall. Kemarin bunda sama abah jalan-jalan sekalian cari barang buat arisan. Eh, ngeliat dress itu baru di pajang, ya sudah bunda ambil." Rasyana menaruh irisan semangka pada sebuah baki kecil. "Abah yang liat duluan, sih."
"Selera abah Haikal mana bisa diragukan."
Keduanya menoleh kala Haikal muncul di belakang Orchid. Wajahnya selalu terlihat ramah, di balik janggut yang mulai merebak disekitar wajah, tapi masih terpangkas rapi.
"Rambutnya abah ikat sini, neng."
Orchid mengangguk dan membiarkan Abah untuk mengikat rambutnya menjadi satu ikatan tinggi.
"Abah mau ke mana?" tanya Orchid, sebab kali ini Haikal terlihat berpakaian rapi.
"Mau ke rumah sakit."
"Eh? Abah sakit?"
"Tong bergerak heula, neng!" tegur Abah memperbaiki ikatan karena pergerakan kepala Orchid yang tiba-tiba. "Abah menang tender, hehe."
"Tender naon, Abah?"
"Ada proyek renovasi di Rumah Sakit Umum, Abah yang dapat." Perlahan Haikal menarik dua belah rambut Orchid dan mengencangkan ikatan. "Udah, nih."
Orchid menggoyangkan kepalanya dan membuat ikatan tersebut bergerak kecil. "Terima kasih."
"Sama-sama," balas Haikal sama cerianya.
Gadis itu menyengir manis. "Berarti Abah wangi uang dong sebentar lagi."
"Sebut, neng, kamu mau apa," goda Rasyana menaik-turunkan alisnya.
"Euumm... mau apa, yaaa?" Orchid memegang dagunya, berpura-pura memikirkan hadiah yang ia inginkan.
Haikal tertawa kecil dan mengusap puncak kepala putri kesayangannya itu. "Pikirkeun banyak-banyak, neng. Abah kasih semua-semua!"
"Siap, pak!" hormat Orchid bercanda.
Tawa kembali terukir antara suami-istri itu. Selalu gemas dengan tingkah laku ceria Orchidea. Haikal lantas mengulurkan tangan untuk Rasyana cium, serta pria itu yang mengecup kening istrinya sayang. Lantas di susul oleh Orchid yang juga mencium tangan Abah. Tak ketinggalan, Haikal setengah memeluk anak gadis itu dan mengecup puncak kepalanya hangat.
"Nanti Dea menginap di sini?"
"Engga tahu, Abah."
"Kalo pulang kemaleman, biar Abah yang antarkan, yah? Atau kalo nanti Dea mau pulang, kasih tau weh Abah."
"Kaan ada Raskal."
"Moal, ah. Abah lagi males sama Raskal," ujar Abah memasang wajah kesalnya. "Pokoknya Abah yang antar keun Dea kalo mau pulang."
"Iyaaaa, iyaaa."
Sepeninggal Haikal, Orchid membantu Rasyana dan Mba Uti untuk mengerjakan beberapa hal. Menyiapkan makanan untuk para tamu yang akan berdatangan sebentar lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Sweet] Revenge
Teen FictionDipertemukan oleh malam, dipisahkan oleh Senja. April, 21 Untuk kamu, teman kecil ku..