22 | Sky Full Of Stars

68 11 4
                                    

Now...

"Berbicara tentang masa lalu,"

Orchid menoleh ketika mendengar suara Arkasa di belakangnya. Wanita muda itu dengan senang hati menerima segelas Chamomile tea yang dibuatkan Arkasa. "Gimana dengan Dewata?"

"Dewata?" Orchid mengulangi nama yang disebutkan Arkasa. "Maksudmu, Dewata Nawa Sanga? Senior kita waktu di Sekolah dulu?"

Arkasa mengangguk, sembari duduk disofa yang sama dengan Orchid. "Kamu bahkan masih mengingat namanya dengan baik."

Saat ini keduanya berada di kamar hotel tempat Arkasa menginap. Sebuah suite senilai jutaan rupiah permalamnya. Aroma ruangan tersebut menjelaskan bahwa Arkasa adalah pemiliknya. Wangi maskulin nan segar, khas Pria tampan itu.

"Namanya sesuai dengan pengucapan Bali. Askara sangat menyukai budaya Bali."

"Cih, memangnya dia pernah ke Bali seumur hidupnya?"

Orchid tertawa kecil mendengar ucapan sarkas itu. "Mungkin beberapa bulan ke depan ia akan mengeksplore seperti apa Bali."

"Jadiiii..." wanita cantik itu menatap Arkasa dari balik Mug-nya, dengan tatapan sedikit menggoda. "Apa yang ingin kamu ketahui tentang aku dan Dewata?"

Ia menyandarkan tubuhnya kembali dipunggung sofa, dengan kedua kaki bertekuk didepan dada. Tersenyum kecil. "Hubungan manis yang berjalan singkat, namun berkesan?"

"Maksudmu, selama bersamaku yang kau temui hanya kesia-siaan dan keputusasaan?" Sarkas Arkasa lagi.

"Kenapa, sih? Kamu terlihat sangat emosional sejak tadi." Kerutan kening Orchid terlihat kala ia menatap wajah masam Arkasa disebelahnya. "Aku tahu, kau adalah orang yang paling enggan membicarakan 'mantan' . Tapi, sejak awal, kamu sendiri yang membahasnya."

"Diantara kita berdua, kamu adalah orang yang paling banyak memiliki mantan, Kasa."

"Tapi gak jadian, kan?"

"Justru itu!" Orchid berseru sedikit nyaring dan membuat lelaki disampingnya terkejut. "Dekat tapi enggak jadian itu yang berbahaya, Arkasa!"

Arkasa tampaknya tidak paham dengan maksud ucapan Orchid. Terlihat dengan dua alis tebalnya yang menyatu. "Apa, sih?"

"Hei, Arkasa. Aku tahu kamu adalah playboy kelas wahid di sekolah kita. Masa kamu gak tahu tentang hal ini?" Heran Orchid menatap mantan kekasihnya itu. "Bagi sebagian pasangan, mantan gebetan yang enggak sampai memiliki hubungan atau pacaran itu adalah yang paling berbahaya!"

"Mengapa?"

"Karena hubungan yang tidak tersampaikan! Perasaan yang masih tertinggal, karena bersama tapi tidak pernah menyatu. Kamu ini bagaimana, sih?!"

Arkasa terdiam beberapa saat, mencerna ucapan Orchidea padanya.

"Masuk akal," jawabnya beberapa saat. "Berarti, dari awal kita pacaran dulu, saingan gue sebenarnya Raskal, kan? Bukan Javas atau Dewata?"

"Eh?"

"Cuma bedebah sialan itu sosok yang gak pernah bisa lo dapatin, kan? Sekalipun, dia adalah satu-satunya yang selalu lo inginkan."

Orchid baru ingin membantah ucapan Arkasa dengan tertawa kecil. Pria itu tak terlalu serius ketika mengatakannya.

"Bukankah kita membicarakan tentang Dewata sebelumnya?"

Arkasa menggeleng. Ia menaruh gelasnya di meja, lantas mengambil milik Orchid. Ia perlahan mendekati Orchid dengan wajah datar, malas membicarakan masa lalu. Sama seperti dahulu.

[Sweet] RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang