Meninggalkan sepatu di rak teras rumah, Orchid masuk dengan sendal rumahan dan kaus kaki yang masih terpasang. Ia menutup pintu rumah perlahan agar tidak terlalu mengganggu.
Seperti biasa, suasana rumah terbilang sepi. Rama, adik kecilnya sudah jelas bermain di kamar Mama. Ayahnya baru pulang jam delapan nanti.
"Assalamualaikum, Ma," salam Orchid ketika melihat Lusi diruang tengah.
Lusi menoleh sekilas. Tangannya sibuk membersihkan meja. "Waalaikumsalam. Pulang sama siapa, Dey?"
"Sama Raskal." Orchid mengambil tangan Lusi untuk salim.
"Sudah makan?" Lusi mengelap tangan yang basah di daster. "Goreng telur aja, ya?" ujarnya sembari membelakangi.
"Eh? Ini ada udang, Mah?"
Orchid menatap piring udang saos tiram yang berada di bawah tudung saji, diikuti oleh Lusi.
"Kakak belum makan, Dey... kamu, kan, tahu kakak suka udang. Dan juga, kakak lagi ujian minggu ini. Mama gak cukup beli banyak tadi di pasar, kehabisan," Lusi berujar tak enak. "Dea makan telur aja, ya? Mama buatkan? Atau Dea mau Gami Telur? Santap satu deh udangnya, besok Mama buatkan lagi."
"Hehehe... gak apa-apa, Ma. Dea mam roti aja nanti sama susu, sekalian mau buat tugas. Tadi juga udah makan kok sama Raskal."
"Yaudah, nanti Mama antarin, ya? Gih, ganti baju dulu." Lusi mengelus kepala putrinya itu dan membiarkan Orchid menuju kamarnya. "Kalau mandi, jangan keramas ya!"
"Iya, Maa!!"
Orchid melangkahkan kakinya menuju kamar yang berada dibagian agak belakang, menghadap dengan taman di belakang rumah. Langkahnya memelan ketika melewati kamar Kakaknya yang tidak tertutup rapat. Memang Zahra -Kakak Orchid- sedang berada di rumah selama kurang lebih seminggu ini. Gadis itu melangkahkan kaki menuju sana.
"Ngapain, kak?"
Tampak Zahra sedang asik tertawa, duduk dengan kaki ditekukkan depan dada, tepat di meja belajarnya. Wanita muda itu tengah menatap ponselnya saat Orchid masuk.
"Eh, enggak kenapa. Baru pulang lo?" tanya Zahra masih sedikit tertawa.
Orchid menganggukkan kepala. "Lo belum makan, kak?"
"Ini gue lagi gofood,"
"Eh? Mama masak udang, tuh," Orchid menggerakkan kepalanya kecil.
"Gue lagi gak nafsu makan nasi sekarang."
"Kalo gitu, udangnya gue makan, ya?" tanya Orchid bercanda.
Zahra menggerakan kursinya membelakangi Orchid dan mengibaskan tangan. "Gak, gue mau makan ntar malem. Lo makan yang lain aja."
"Cih, pelit," desis Orchid dan menutup pintu kamar Zahra.
Gadis itu hanya tersenyum kecut dan kembali menuju kamarnya. Saat pintu tertutup, Orchid menunduk sedikit, perutnya berbunyi ternyata.
"Sudah biasa," senyumnya menyemangati diri.
Rasanya bukan hal baru bagi Orchid merasakan hal seperti ini. Di nomor sekian kan dalam urusan keluarga. Selalu kakak dan adiknya terlebih dahulu. Masalah Orchid bisa nanti-nanti.
Beberapa lama, merasa pekerjaannya sudah selesai, Lusi berniat menuju kamar untuk beristirahat. Ketika bell di pintu masuk berbunyi. Jelas itu bukan Dewa, sebab pria itu tak mungkin menekan bell terlebih dahulu. Ia memiliki kunci rumahnya sendiri.
Lusi membukakkan puntu bercatkan cokelat tersebut, dan sedikit terkejut.
"Wilujeng wengi, Ibunda Ratu," sapa Raskal ketika pintu terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Sweet] Revenge
Teen FictionDipertemukan oleh malam, dipisahkan oleh Senja. April, 21 Untuk kamu, teman kecil ku..