16 | Enchanted

64 12 6
                                    

Helaan nafas kecewa terdengar jelas ketika Orchidea tidak menemukan apapun di rumah yang sangat ia kenali itu.

Dugaannya salah, Sagaras tidak berkumpul di Markas mereka. Taksi yang mengantarkannya pun sudah pergi tanpa menunggu. Lokasi markas tersebut cukup jauh dari jalan raya, dan membuat Orchid harus berjalan kaki menuju luar.

Namun yang membuat Orchid resah adalah, ke mana Sagaras membawa Raysaka pergi? Lima ponsel lelaki itu pun sama sekali tidak bisa dihubungi. Tidak biasanya seperti itu.

Orchid berjongkok dan menutup wajahnya frustasi. Sungguh, ini mungkin bukan urusannya. Dan bukannya percaya diri berlebihan, namun Raskal tidak akan mendengarkan siapapun jika sudah berada di puncak amarahnya. Ia hanya tidak ingin kejadian lalu terulang kembali. Fakta tentang Sagaras membawa Raysaka membuat Orchid tidak dapat berpikir positif lagi.

"You look like shit."

Suara berat yang terdengar sangat dekat itu membuat Orchid nyaris terjengkal andai saja tangan besar itu tak sigap untuk menahannya. Dengan wajah tertutupi rambut yang berantakan, Orchid membesarkan matanya melihat siapa yang ada dihadapan.

"Ka Dewata?"

Dari apapun yang ada di dunia ini, sosok lelaki didepannya adalah hal yang paling Orchid hindari saat ini. Dewata mengulurkan tangannya untuk memperbaiki rambut yang menutupi wajah Orchid, namun gadis itu menarik kepalanya menjauh. Sehingga membuat Dewata menariknya kembali dengan tangan besarnya.

"Ka Dewa ngapain di sini?"

"Menurut lo aja?"

Kening Orchid mengerut tak mengerti, mendapatkan dengusan malas dari sang lelaki tampan berwajah setengah datar itu.

"Gue pikir lo anak yang pintar di sekolah? Masa hal begini aja lo gak tahu?"

"M-maksudnya?"

"Ck, lo pikir Raskal sama yang lain mau bawa mangsanya ke markas, di saat mereka tahu kalo lo cepat atau lambat dengar tentang Raysaka di bawa sama mereka? Main logika aja."

Medengar hal itu, perlahan wajah Orchid memerah dan menangis kecil. Entah karena hal bodoh yang baru saja ia sadari, atau karena malu dengan apa yang dikatakan Dewata. Gadis itu bahkan berteriak kecil.

Dewata mengerutkan kening dan menepuk-nepuk puncak kepala Orchid, dengan sebelah tangan bertumpu memegang dagu. Ia bahkan dari awal sudah ikut berjongkok dihadapan gadis itu.

"Gak perlu malu karena bodoh. Ayo bangun, gue traktir Mcflurry."

Dengan mudah tangan besar Dewa menarik pergelangan tangan Oci yang sejak tadi menutup wajahnya karena menangis. Setengah cengo, wajah sembab dan basah itu menatap Dewata di depannya.

"Mau-mau ke manaa?"

"Beli Mcflurry," Dewata menjawab ringan. Sebelah tangannya yang lain berada di saku celana.

"Gak, ah. Gue gak mau, kak!"

"Gue mau."

"Tapi..."

Langkah Dewata terhenti dan menoleh kearah Orchid yang masih mendumel karena tidak ingin mengikutinya.

"Ikut atau gue tinggal?"

"Eh?" Sesenggukan Orchid mendongakkan kepalanya menatap Mata tajam Dewata.

Dewata menahan tawa dari wajah datarnya itu. Wajah Orchid benar-benar berantakan. Bahkan hidungnya tampak sedikit berair dan memerah. Belum lagi anak rambut yang menempel di berbagai titik.

Ia membawa tangannya maju dan Orchid yang seketika mengikuti gerakan tersebut, lantas membiarkan gadis itu memasuki mobil Jeep tersebut. Dengan menggunakan jaket Saka, ia mengelap wajah dengan ujung lengannya.

[Sweet] RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang