39 | Love me like you do

76 7 2
                                    

Now ;

Rumah sakit terbesar pada kota itu sedang ramai. Banyak orang berlalu lalang pada setiap lantai. Entah karena seminar yang sedang berjalan pada Aula, atau memang pasien sedang bertambah.

Salah satu dokter muda melangkahkan kaki menyusuri lorong. Masih menggunakan jas putih khas petugas medis, dokter wanita itu tersenyum pada setiap orang yang menyapa atau sekedar berbalas tatap dengannya. Tak salah jika ia selalu menjadi dokter favorite dimana pun ia berada.

Sebelah tangan wanita itu memegang sebuah bucket bunga segar. Menuju salah satu kamar yang beberapa hari ini diisi oleh sosok yang cukup ia kenali.

"Dea?"

Orchidea mendongak, kala seseorang memanggilnya dari arah depan. Satu minggu sebelum pernikahan Javas, mereka saat ini sudah berada di Bali. Sebab pernikahan pria itu akan di laksanakan pada pulau seribu pura tersebut. Termasuk Raskal yang saat ini yang tiba-tiba saja berdiri di hadapannya.

Orchid tersenyum tipis. Membalas sapaan hangat pria tersebut.

"Seminarnya sudah selesai, Dey?" Raskal bertanya ringan. Balutan jaket parasut hitam dan celana pendek membuat pria berumur 25 tahun itu semakin terlihat tampan.

Yang di tanya mengangguk sekali. Jika Raskal berada di sini, itu artinya ada yang mengikuti pria tersebut. Mana mungkin Raskal berkeliaran seorang diri.

"Kamu mau ke mana?" Orchid berbasa-basi

"Ke depan, Bunda ada nitip barang,"

Orchidea mengangguk sembari membentuk huruf O pada bibirnya. Tatapannya ikut mengarah pada Raskal yang sedang melirik banner yang terpajang di beberapa titik. Senyum pria itu mengembang sempurna. Seolah itu adalah lukisan yang sangat ia sukai.

"Kamu terlihat cantik di sana," Raskal menoleh dan menatap wajah Orchidea. "Para audience hari ini pasti kaget ketika melihat kamu yang asli. Ratusan kali lebih cantik."

"Ck," Dea hanya berdecih kecil. Guyonan lama Raskal. Namun tentu saja Raskal tak bercanda dengan ucapannya.

"Kamu mau ke mana?" tanya Raskal akhirnya.

Raskal tentu cukup senang. Ini kali pertama Dea mau menanggapinya cukup lama. Semenjak terakhir kali mereka bertemu, percakapan keduanya tak lebih dari lima kalimat saja.

"Berkunjung. Bukankah Elona di rawat di sini? Aku kan dokternya juga."

"El– ahh, Elona.. Ya, dia ada di sini. Aku senang kamu masih mengurusnya walaupun dia bukan -seratus persen- pasienmu lagi."

"Selama dia menjalani perawatan, aku akan terus mengawasinya."

Raskal mengangguk paham. Matanya turun melirik bunga pada pelukan Orchidea.

"Dapatkan itu dari penggemarmu saat Seminar?" tunjuknya dengan gerakan bibir.

Orchid ikut menatap tangannya, ia menggeleng kecil. "Untuk Elona. Setidaknya aku datang tanpa tangan kosong."

"Aah– maaf, Dea. Elona alergi bunga sejak dulu. Kamu mungkin sudah tidak ingat lagi." Sesal Raskal tak enak hati.

"Oh? Benarkah?" kejut Orchid, ia menatap bunga lili itu prihatin. "Itu sebabnya kamu memberi Elona bunga kertas atau plastik. Maaf, aku benar-benar lupa."

"Bukan salah kamu, itukan sesuatu yang sudah lama buat diingat."

"Kalau begitu, aku akan taruh bunga ini di ruanganku saja. Atau memberikan pada pasien lain."

"Kalau mau taruh di kantor, kamu ingin aku yang membawanya? Aku kan melewati ruanganmu. Kamu bisa langsung ke kamar rawat Elona."

"Kamu yakin?"

[Sweet] RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang