NOW
Javas tidak bisa mengeluarkan kata apapun ketika melihat wajah sangar wanita di hadapannya yang kini tengah menggigiti sedotan dengan ganas. Hal yang sama berlaku pada tiga pria lainnya.
Siang ini Orchidea mendesak empat pria tersebut untuk menemuinya pada salah satu restoran lama yang masih setia melayani para tamu sejak belasan tahun lalu.
"Kalo lo gak ada yang mau —"
"Diamlah, Saqeel!" tegur Arkasa menyikut perut sahabatnya.
Sama seperti ketika mereka masih SMA, empat lelaki yang kini menjelma menjadi seorang pria tampan dan dewasa itu tetap menunduk takut pada sang dara.
Oci menghela napasnya. Meletakkan gelas di atas meja. "Apa yang sebenarnya kalian lakukan?"
"Lo mau ngomong apa, Ci? Gue sama Arkasa terbang lintas negara, Nazeem harus reschedule penerbangan, dan Saqeel ngelewatin opening bisnis dia hari ini, hanya karena lo minta ketemu." Javas akhirnya memberanikan diri bersuara.
"Jangan mengatas-namakan gue. Lo pun ngumpulin yang lain buat ngasih ini, kan?" Oci menghempaskan kecil undangan dengan design elegant gold itu. "Ini yang gue permasalahkan, Jav."
Javas yang mengetahui maksud Orchidea kini menatap wanita itu. "Oci, come on."
"No, Javas!" tahan Oci marah. "Aku meminta kalian semua datang. Maksudnya adalah lima orang, bukan empat di antara lima."
Wanita dengan outer baby blue itu menunjuk satu kursi kosong yang ada di antara ia dan Javas. "Di mana dia? Di mana Raskal?" lantas Oci mendorong undangan-undangan itu menjauh. "Kenapa hanya ada empat undangan yang lo bawa, Javas?"
Ia menatap satu persatu di antara mereka, dan menggeleng tak percaya. "Kalian gak berniat ngundang dia, kan?"
"We're already talk this shit about thousand times, Ci!" balas Nazeem lelah. "six years passed, bukan hal ini yang mau gue dengar pas kita ketemu."
"Nazeem bener. Bukan hal ini yang mau gue bahas ketika kita akhirnya ketemu bareng lagi," tambah Saqeel.
"Ya, dan sampai kapan we hiding from this situation?" bantah Oci cepat. "Kalian gak cape? Kita semua baik-baik aja. Kalian berteman sejak lama, Now all of you just somebody that used to know."
"Oci, cukup," tahan Arkasa lembut. Tangannya memegang lengan Orchid.
"Gak, Arkasa," tolak Orchid menoleh pada pria di samping. "Bilang ke gue, siapa sebenarnya yang punya masalah di sini? Ada yang bisa jelasin masalah apa yang jadi alasan kalian buat sejauh ini dari Raskal?"
"I'm one who has a problem here, not you! Not all of you!"
Oci menghempaskan tubuhnya kecewa. "Kita semua sudah pada dewasa, tapi kenapa masih seperti ini, sih? waktu terus berjalan, dan kalian masih terjebak dipermasalahan lama?"
"Permasalahan lama?"
Kini seluruh pandangan tertuju pada Nazeem yang menatap Oci dengan mata meruncing tajam. Saqeel dan Javas di sampingnya menatap waswas lelaki tersebut.
"Nazeem..." peringat Javas tajam.
Nazeem menggeleng tak peduli. "Gak ada permasalahan lama di sini, Ci. Dari awal hubungan sialan Raskal dan Elona sudah kami semua tentang! Peduli apa dengan perasaan teman? Elona cuma jadi penghancur bagi Raskal." Mata Nazeem tertuju lurus pada Orchid. "Lo sendiri lihat apa yang terjadi sekarang, kan?"
"Bedebah Raskal itu seharusnya bisa melanglang buana keliling dunia sebagai fotografer profesional! Tapi apa? Dia ngehabisin masa muda yang susah payah dia bangun, buat ngurus cewek sialan seperti Elona!"
"Nazeem!"
Kini suara menggelegar itu terdengar dari arah Arkasa. Beruntung mereka berada di wilayah tertutup, sehingga tak menarik perhatian.
"Lo diam, Arkasa," dingin Nazeem enggan mengalah.
"Mulut lo keterlaluan, Naz!" tegur Arkasa bersikeras.
Nazeem menggeleng tegas. Amarahnya sudah berada di batas kesabaran yang selama ini ia pendam. Semakin Arkasa menegurnya, semakin besar ego Nazeem untuk mengeluarkan segala kebenciannya siang ini. Wajah pria itu bahkan sudah memerah karena amarah.
"He fuck you, while he married another girl!"
"Nazeem, enough!!"
Bughhh...
Brakkk...
Satu pukulan keras, Nazeem terbanting menghantam meja di belakangnya. Javas bangkit dan menahan Nazeem yang kini terbatuk darah. Sementara Arkasa menahan Saqeel yang menatap sahabatnya itu penuh peringatan.
"Lo sudah dapat peringatan, Nazeem."
Nazeem berdiri dan mendorong tangan Javas dari tubuhnya. Ia mengusap darah di bibir pada lengan kemeja, menatap Saqeel sama kuatnya.
"Bukannya itu yang mau Oci dengar? Alasan kita ngebenci bedebah satu itu?" balas Nazeem marah.
Kepala Nazeem kembali mengarah pada Oci. Seolah tak habis lagi keluhan yang selama ini ia simpan.
"You pregnant, Ci!! Dan lo keguguran! Lo kehilangan bayi dalam rahim lo, kita semua kehilangan bayi yang emang gak seharusnya ada itu!" bentak Nazeem marah. Tangannya bahkan menghentak pada meja. Namun satu hal yang menarik perhatian, Nazeem meneteskan airmata. "Tapi apa Raskal tahu semuanya? APA RASKAL TAHU SAMPAI SEKARANG, BAHWA LO PERNAH HANCUR HABIS-HABISAN KARENA DIA?!!!"
Jengah dengan bentakkan Nazeem, Orchid menyiramkan air pada gelasnya mengenai wajah lelaki itu dengan wajah sama merahnya. Tangan wanita itu mengepal erat memegang gelas, hingga retak di beberapa bagian.
"Apologize, Nazeem." Peringat Orchid menundukkan kepala. Menahan emosinya mati-matian.
Nazeem menggeleng tegas. "Gue gak akan mau minta maaf, sebelum bedebah itu sujud di kaki lo."
Belum meminta maaf dengan baik, Nazeem lebih dulu menarik jaketnya dan meninggalkan ruangan itu tanpa ingin menoleh sekali lagi. Bahkan melirik Orchid pun enggan. Saqeel yang sejak tadi diam dalam amarah pun hanya bisa menghela napas.
"Biar gue susul dia," tangannya meraih undangan di atas meja. "Thanks atas undangannya, Jav. Semoga lancar sampai acara."
Javas hanya mengangguk dan membalas pelukan Saqeel yang terburu-buru mengejar Nazeem yang masih dalam emosi membara.
Sementara, Orchidea memegang pinggiran meja dengan tangan bergetar. Kepalanya masih setia menunduk hingga Arkasa membantunya duduk, barulah ia menutup wajahnya dengan telapak tangan.
"Apa... yang di bilang Nazeem itu benar, Ci? Alasan lo pergi tepat setelah pernikahan Raskal dan Elona?" ragu-ragu Javas bertanya akan hal yang baru saja ia ketahui itu.
"You lost your baby?"
Kepala Orchidea mengangguk lemah. Hal yang membuat Javas lemas seketika. Dari sekian tahun berteman, ini kali kedua kawannya itu memberikan tatapan kecewa.
"Kenapa gue gak pernah tahu,"
Orchid mengusap wajahnya kasar dan menggeleng. Ia mengambil undangan miliknya, dan mendorong satu lainnya kembali pada Javas.
"Apapun yang terjadi, gue mau Raskal ada di pernikahan lo."
***
![](https://img.wattpad.com/cover/265550610-288-k31286.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[Sweet] Revenge
Teen FictionDipertemukan oleh malam, dipisahkan oleh Senja. April, 21 Untuk kamu, teman kecil ku..