Now...
Buku kembali tertutup, lembaran kisah sekali lagi tersimpan.
Orchid dewasa menghela napasnya dengan lengkungan tipis di wajah. Tersenyum getir akan kisah yang pernah ia jalani.
Hari itu, adalah hari terakhir ketika Orchid akhirnya tidak melihat Raskal selama lebih dari seminggu. Lelaki itu mendapatkan masa hukuman dari sekolah. Pun juga di rumahnya sendiri. Javas mengatakan bahwa Raskal hanya akan di skorsing selama tiga hari, faktanya baru hari kesebelas lelaki itu kembali ke sekolah.
Pernah satu hari, ketika Raskal tak bisa di hubungi selama empat hari, Orchid datang ke rumahnya, sekaligus mengunjungi Abah dan Bunda. Saat itu, A' Angga sudah kembali ke Jepang, dan hanya tersisa Raskal, Bunda dan Abah saja.
Bukan Raskal yang membukakan pintu, melainkan Mbak yang bekerja di rumahnya, saat Abah dan Bunda tidak ada di sana. Mbak Kintan mengatakan bahwa Raskal sedang tidur siang dan tidak ingin diganggu. Namun, tak berapa lama, sosok yang dibicarakan terlihat melintasi dapur dan hendak menaiki tangga.
Raskal sempat bertanya pada Mbak Kintan, siapa yang datang, dan ketika matanya bertemu tatap dengan Orchid, lelaki itu segera bergegas balik kanan dan meninggalkan Orchid.
"Dea pulang dulu, ya? Raskal cape banget hari ini."
Orchid jelas ingat kalimat itu. Meski dikatakan dengan membelakangi, Raskal masih sempat memberikan senyuman, sekaligus raut menyesalnya pada Orchid. Dan saat itu juga ia melihat ada yang berbeda dengan Raskal. Sama ketika mereka berada di SMP dulu.
Bukan tanpa alasan Raskal mendadak enggan bertemu dengan Orchid. Bukannya Raskal kesal karena melindungi Orchid, ia harus mendapat masa skorsing. Raskal sudah terlalu sering berkelahi. Masa hukumannya hanya lima hari, tetapi karena satu hal, ia terpaksa menambahkan dengan izin.
Orchid tahu, sejak dulu, setiap kali Raskal berkelahi, apapun alasannya, maka ketika anak lelaki itu kembali ke rumah ia akan mendapatkan bogem yang sama dari Abah.
Abah melarang Raskal berkelahi hingga memukul orang lain. Dan membuat perjanjian, jika Abah mendapati Raskal berkelahi atau memiliki luka di wajah dan tubuhnya, maka Raskal juga akan mendapatkan hal yang sama dari Abah. Raskal menyanggupinya.
Itu juga alasan mengapa Raskal pindah ke Banjarmasin hampir empat tahun lalu. Sebab ia nyaris menghilangkan nyawa seseorang karena berkelahi. Maka Abah mengunci Raskal dengan cara seperti itu. Salah memang. Namun hanya seperti itu Raskal bisa mengontrol diri.
Dan saat berkunjung kemarin, Orchid tahu, luka yang ada di wajah Raskal dan perban di tangan bukanlah karena perkelahiannya dengan Raysaka kemarin. Semengerikan itu kah hukuman yang didapatkan Raskal dari Abah?
Bahkan, Rasyana saja tidak bisa menahan suaminya untuk menghukum Raskal. Sebab itu kesepakatan yang keduanya setujui. Juga, Abah sama sekali tidak pernah memukul atau menghukum anak-anaknya jika melakukan kesalahan. Tapi untuk berkelahi, hanya ada dua pilihan yang Abah berikan. Dan Raskal menyanggupi salah satunya.
Raskal memang sosok penyabar dan baik hati. Lelaki itu bahkan enggan melihat Rasyana memotong ayam atau ikan di dapurnya karena kasihan. Tapi, jika sesuatu mengusik orang terdekatnya, Raskal bisa merubah dirinya sendiri.
Orchid menghembuskan napas kecil dan menaruh buku diary itu di meja. Tanpa terasa hari sudah semakin larut. Ia harus bergegas pulang sebelum Rully mengeluarkan kata-kata tajamnya.
Saat ini Orchid berada di ruangan lamanya, di salah satu rumah sakit besar Kota Balikpapan. Menghabiskan sisa waktu dengan membaca kembali cerita lama, dengan berlatarkan pemandangan malam kota besar tersebut yang sedang di guyur hujan. Beruntung saat ini hanya rinai kecil yang tersisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Sweet] Revenge
Teen FictionDipertemukan oleh malam, dipisahkan oleh Senja. April, 21 Untuk kamu, teman kecil ku..