27 | Call Out My Name

88 14 6
                                    

"Ayo Tuan Putrii..."

"Tuan putri, yuhuuu!!"

"Tuhan, lama sekali tuan putri satu inii,"

Dewata menatap datar Orchid dihadapannya. Tangannya sudah sejak tadi menahan pintu mobil, namun gadis itu tak kunjung keluar. "Lo ini gak mau apa jadi Tuan Putri gue? Gak mendengar dari tadi dipanggilin."

"Bentar kenapa, sih, Kak?" ujar Orchid menatap ponselnya.

"Lo bales chat gue aja lama. Chat sama siapa, sih?"

Orchid akhirnya keluar dari mobil dan mengikuti Dewata yang masih mendumel kesal. Mereka tiba di hotel yang akan menjadi tempat acara Dewata malam ini. Beberapa orang menunduk kecil kala melihat tubuh jangkung itu melewati mereka.

"Calon mertua lo!" Kesal Orchid asal, dan berjalan lebih dulu hendak memasuki lift. Jengkel sejak tadi mendengarkan keluhan Dewata yang segera terdiam.

Dewata menatap gadis yang melewatinya begitu saja. "Masuk lo duluan ke lift, gue gendong sampe atas lo!"

"Apa? Pintu lift aja harus lo yang bukain, ha?" jawab Orchid mengacak pinggangnya.

"Independent lo? Bisa pencet pintu lift sendiri?" balas Dewata menekan tombol pada lift dan masuk lebih dulu. "Ngapain lo di situ? Masuk sini."

Orchid masih setia berdiri di depan pintu. "Ooh, sekarang gue jalan sendiri? Gak perlu di gandeng?"

"Buta lo? Jadi harus di gandeng?" Cuek Dewata menyandar pada dinding lift.

Malas membalas ucapan Dewata lagi. Orchid berdecak malas dan berjalan memasuki lift. Sengaja ia berdiri satu langkah lebih maju dibandingkan Dewata. Yang lelaki hanya tesenyum kecil dan mengulurkan tangan untuk menepuk puncak kepala Orchid, ketika gadis itu semakin menggeram kecil menolaknya. Akhirnya Dewata maju dan mengulurkan tangannya di bahu Orchid, mendekapnya dekat.

Meski kecil, sang gadis juga tak urung tersenyum. Hingga akhirnya mereka berjalan menuju salah satu kamar yang sudah disediakan oleh orangtua Dewata. Menurut lelaki itu, ibu nya sengaja meminta Orchid untuk datang lebih awal agar bisa memilih beberapa pakaian. Orchid sempat menolaknya, berkata bahwa ia sudah memiliki beberapa yang bisa digunakan. Tetapi ibu dari kekasihnya itu meminta langsung.

Kamar yang dipesan adalah kamar dengan tipe presiden suite. Ada beberapa kamar yang tersedia di sana. satunya diisi dengan deretan gantungan berisi gaun-gaun yang sangat indah. Banyak heels dengan berbagai design dan ukuran yang lengkap. Orchid sempat berdecak kagum.

"Keluarga lo kaya banget, kak? Bisa, ya, orang banyak banget duitnya."

Dewata hanya memainkan alisnya. Duduk santai di sofa sembari menunggu gadisnya itu memilih dress yang ia suka, bersama dengan stylish-nya. Sesekali Dewata akan memainkan ponsel untuk memeriksa sesuatu.

"Ini kependekkan gak sih?"

Suara Orchid terdengar setelah beberapa saat sibuk dengan wanita yang menemaninya sejak tadi. Dewata mengangkat wajahnya dan mendapati Orchid telah menggunakan sebuah dress berpotongan pendek, dan lengan panjang.

"Enggak. Lo suka?"

"Suka, sih."

"Ada lagi?"

"Ada, itu." Orchid menunjuk salah satu dress dengan bagian bawah A line, tetapi tanpa lengan. "Belahannya terlalu tinggi, kan, ya? Mama nya Kak Dewata emang milihin gini semua, apa?"

"Kalo mau, di kasih crop cardigan aja, mau?" Tawar sang stylish.

"Bisa sih."

Dewata menatap gadis yang kini dibingungkan dengan dua pilihan itu. Rambut panjang yang dicepol sembarangan membuat Dewata salah fokus beberapa saat. Tampaknya si gadis lebih nyaman dengan dress merah itu.

[Sweet] RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang