15 | Finger Crossed

80 12 2
                                    

"Lo kan yang namanya Oci?"

Nyaris terjatuh karena dari awal tidak memiliki kesadaran penuh, Orchid sedikit terhuyung dan menatap seseorang yang menarik tangannya kasar. Sedari tadi, lelaki itu memang sudah mengincar Orchid dari saat gadis itu turun angkot.

Tatapan Orchid beradu dengan Raysaka yang kini berdiri didepannya dengan wajah yang menampilkan banyak ekspresi. Salah satunya seperti senang mendapatkan mainan yang ia inginkan.

"Lo cewe yang buat gue di skorsing dan ngalihin perhatian Raskal, kan?" smirknya tipis. "Diliat lebih jelas, lo cakep juga, ya."

"Minggir." Sekuat tenaga Orchid melepaskan pegangan Raysaka dari tangannya, dan berniat menjauh.

"Waah... gak secepat itu dong cantik!" Ray kembali menghalangi jalan Orchid dan membuat kerutan di kening gadis itu terlihat jelas. "Raskal mana? Takut dia, makanya gak muncul di sekolah?"

Anak kelas sepuluh itu tertawa kecil. "Bukannya masa skorsing kami sama, ya? Kenapa dia malah lama-lamain?"

"Gue gak tahu."

"Wesss... jangan melunjak gitu laah," sekali lagi Ray menarik tangan Orchid, namun kali ini ia mendorong gadis itu hingga menabrak tembok di belakangnya. Ray mengunci Orchid dengan sebelah tangan. "Suruh dia datang. Lo kan yang bisa manggil Raskal secepat kilat? Gue denger-denger, dia paling nurut sama lo."

Jengah dengan ucapan Ray yang terlihat sombong dan sangat mengganggu, Orchid memberanikan diri untuk mendorong Ray, dan menatapnya tajam.

"Gue rasa, dengan tingkat kepopuleran Raskal, Lo bisa dengan mudah dapat kontaknya, dibandingkan nanya gue. Urusan lo sama Raskal, kan? Cari sendiri! Toh, kalo lo lupa, lo orang yang minta ampun waktu Raskal mukulin lo. Kenapa sekarang belagak nyari masalah lagi?"

Raysaka tampaknya geram dengan ucapan Orchid yang kelewat berani meski dengan nada bergetar itu. Wajahnya memerah, dan sebelah tangan yang menarik ikatan rambut Orchid kasar, hingga wajah gadis itu tertungak dan meringis kesakitan.

"Berani, ya, jalang kayak lo ngomong begitu?" wajah Ray mendekat kearah Orchid. "Lo pikir gue takut, hanya karena lo ada dikelilingi Sagaras? Atau... lo berani jawab karena lo lontenya Helios?"

Plaak...

"BANGSAT!!"

Bentakan keras itu jelas berasal dari Raysaka. Tetapi, bukan Orchid yang menamparnya. Wajah keduanya beralih pada sosok tinggi yang baru saja bergabung.

Lelaki itu memukul puncak kepala Raysaka dengan topi nya, dan menghempaskan uluran tangan Raysaka dari sisi Orchid, lantas membalik keadaan. Ia dengan mudah menyudutkan Ray ke arah dinding yang sama dengan Orchid setelah menarik gadis itu menjauh. Sekali lagi ia memukul kepala Raysaka dengan topinya. Pelan, namun tetap saja membuat Raysaka mengumpat marah.

Sebelah tangan lelaki itu mencengkram erat lengan Ray. Balas membuatnya meringis sakit.

"Lonte Helios cuma satu, Jerimi. Kenapa malah ditambah-tambahin?" Tatapan lelaki itu beralih pada lambang yang ada di lengan Raysaka, ia mendengus geli. "Masih kelas satu aja belagu banget. Nyari perhatian siapa? Helios? Atau Sagaras?"

"Lo siapa, anjing!"

"Ssshh..." desis lelaki itu kini beralih mencengkram kerah kemeja Raysaka erat. Matanya beralih pada Orchid di sampingnya. Ia sedikit menyipit kala melihat pipi dan kening gadis itu.

Orchid yang tahu ke mana arah tatapan lelaki itu segera memegang tulang pipinya dan menggeleng cepat. "Bukan, kak!"

Terlambat. Lelaki dengan badge kelas dua belas itu sudah lebih dulu menghentakkan lagi tubuh Raysaka keras mengenai dinding. "Beraninyaa-"

[Sweet] RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang