ATLANTIS

433 26 6
                                    

#fantasy #Sci-fi


Bahagia, rindu, dan lega. Mungkin seperti itulah yang tengah Saga rasakan. Pria 23 tahun ini tengah berada didalam pesawat dari Singapura menuju tanah kelahiranya, Indonesia. Kurang lebih satu minggu yang lalu, Saga memutuskan untuk berangkat liburan ke Istanbul. Sebelumnya dia telah menghabiskan waktu dua hari berada di Bali untuk mengalihkan pikiran. Saga kalut saat itu. Pria itu hanya ingin liburan sejenak sebelum kembali.

Masalah seolah mencintai Saga. Anak perusahaan yang hampir pailit ditanganya. Kabar perselingkuhan sang papa yang berujung gugatan perceraian. Kemudian tunanganya yang lebih memilih sahabat Saga. Sebenarnya Saga ingin mengajak serta Samara, adik perempuanya yang masih berusia sembilan tahun. Akan tetapi Samara dibawa sang mama ketika wanita itu meninggalkan rumah.

Samara adalah satu-satunya alasan Saga ingin segera pulang. Ia sangat menyayangi adiknya itu. Oleh-oleh untuk adik kesayanganya dari Istanbul juga telah banyak memenuhi isi kopernya. Bahkan teman yang secara tidak sengaja Saga temui di Bandara Istanbul juga turut memberi adiknya oleh-oleh. Kvasi adalah nama teman Saga, dan selama berada di Istanbul, Saga dipersilahkan untuk menginap dirumah pria itu. Berkat Kvasi, Saga bisa mengeksplorasi Istanbul dengan lancar.

Meski demikian, Saga merasa bahwa Kvasi sedikit aneh. Pria yang seusia denganya itu dapat berbicara bahasa Indonesia dengan lancar meskipun dia mengaku belum pernah sama sekali menginjakan kaki di Indonesia. Lalu perasaan asing ketika menapaki Istanbul juga tidak dapat Saga pungkiri. Jika seluruh dunia menganggap bahwa Amerika adalah negara maju paling modern, maka Saga akan dengan lantang mengatakan bahwa Istanbul adalah kota dengan fasilitas paling modern yang pernah ia lihat. Mobil yang dapat melayang, sepeda yang dapat dilipat, lampu-lampu akan menyala hanya dengan satu jentikan. Semua itu hanya contoh kecilnya saja, karena masih banyak hal-hal ajaib lainnya.

Bukan hanya Kvasi, Saga juga bertemu seorang gadis saat transit di Changi Airport. Namanya Ara, agaknya gadis itu mengingatkan Saga pada sosok wanita yang telah mencampakanya. Ara adalah warga negara Singapura, dia lahir dan besar di Singapura, akan tetapi orangtua Ara asli Indonesia. Ara sedang dalam masa libur kuliah. Ia memutuskan untuk menemui orangtuanya yang sejak tiga tahun belakangan telah kembali ke Indonesia.

Kini keduanya telah berada didalam kabin pesawat yang sama, duduk bersebelahan agar dapat mengenal satu sama lain lebih jauh. Saga tidak munafik bahwa dirinya tertarik pada sosok Ara. Dan sepertinya Ara juga merasakan hal yang sama, terbukti dari seringnya Ara memandangi Saga secara intens.

Pesawat sudah lepas landas dan awak kabin mulai membagikan Custom Declaration kepada para penumpang. Saga memperhatikan Ara yang tengah mengisi kolom nama pada lembar kertas tersebut. Kedua alis Saga naik mengetahui nama lengkap dari gadis itu.

"Sagara Wirawan Adirata?" Beo Saga. Ara hanya mengangguk ringan.

"Yang nggak tau pasti ngiranya aku cowok." Candanya.

Saga terkikik menyetujui lalu fokus pada kertas miliknya. Kini giliran Ara yang penasaran. Gadis itu melirik kearah pria disampingnya, mencoba mencuri pandang kertas milik Saga. Ara memincingkan mata berusaha menajamkan pandanganya. Gadis itu menatap Saga dan kertas milik Saga secara bergantian. Saga yang merasa diperhatikan akhirnya mengangkat kepalanya, menatap bingung kepada Ara.

"Nama kita sama kan?" Cengir Saga. Namun respon Ara justru terlihat bingung dan tidak percaya.

"Kenapa?" Tanya Saga jadi ikut bingung.

The Tales Tell Story [Kumpulan Cerpen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang