Festival Bulan Hitam (1/2)

64 6 0
                                    

#historical #fiksi

* * * * *

Playlist : Hijo de la Luna (Leydown cover)

* * * * *



'Pada suatu hari di sebuah kerajaan antah berantah....'

Harusnya kisahku diawali dengan intro legendaris itu. Lihatlah dimana aku sekarang. Namaku sebenarnya adalah Gayatri, mahasiswi sebuah universitas kenamaan di Indonesia. Namun disini aku kerap dipanggil Gaia Villefort bergelar Her Royal Highness The Princess of Westernland. Dalam satu kedipan mata, aku tiba-tiba menjadi putri mahkota yang sebentar lagi akan dinobatkan menjadi ratu Westernland.

Aku ingat, tepatnya sekitar dua minggu lalu, seorang lelaki mendatangiku, membawaku ke sebuah dataran tinggi di Eropa. Dia tampan? Oh, jelas. Mata hazel, rambut kecoklatan, dan gaya bagai seorang aristokrat. Pria itu memperkenalkan diri sebagai Aramis Dantès bergelar Grand Duke of Hasting. Sangat lucu. Saat itu aku mengira si bule Eropa adalah penggemar netflix, kalian pasti familiar dengan gelar Duke of Hasting. Tapi seketika aku menyesal telah meremehkanya. Aramis lebih dari sekedar Grand Duke, dia adalah kerabat kerajaan Westernland, sebuah kerajaan sihir.

Westernland adalah salah satu dari tiga kerajaan sihir kuno yang masih berjalan, selain Easterna dan Northerdem. Ketiganya berada di dataran Eropa. Masih memiliki rakyat dan sistem politik kekerajaan.

Bulan lalu, raja Westernland yaitu Raja Danglars meninggal setelah hampir satu tahun sakit-sakitan. Beliau tidak memiliki keturunan, putranya meninggal lebih tepatnya, dan ratu negeri itu juga telah lama wafat. Menurut kabar, aku adalah keturunan terakhir kerajaan Westernland.

Rumit sekali.

Dan semakin rumit kala aku diharuskan menghadiri sidang kerajaan. Sebutan untuk sebuah rapat antar petinggi kerajaan. Pokok bahasan utamanya adalah Festival Bulan Hitam. Jika didengar sepertinya itu adalah festival penting, apalagi fenomena bulan hitam hanya akan terjadi sekali dalam dua puluh lima tahun. Sayangnya aku justru dibuat bingung.

Sekarang ini baru pukul tiga sore dan Grand Duke Aramis sudah mengacaukan pikiranku. Kami sedang duduk berdua di taman istana timur, menikmati secangkir teh ala-ala bangsawan. Ah, aku lupa, bukankah kami memang adalah bangsawan? Bahkan aku adalah calon ratu.

"Your Highness harus lebih berhati-hati. Jangan percaya kepada siapapun termasuk saya. Dan mengenai Festival Bulan Hitam, saya sarankan agar anda mencari tau terlebih dahulu baru kemudian hapuskan festival itu."

"Anda baru saja meminta saya untuk melakukan sesuatu setelah memperingati saya?" Cecarku lebih lagi. Aramis tersenyum anggun.

"Itu hanya sebuah saran."

"Bukankah festival itu adalah perayaan yang selalu dinantikan?"

"Untuk kalangan bangsawan memang iya."

Aku mengerutkan dahi bingung. "Bagi rakyat Westernland juga kan?"

Dia mengangguk ringan lalu menyesap tehnya dengan anggun. Menatap dingin cangkir ditanganya. Aneh, Aramis yang aku kenal beberapa hari ini adalah sosok yang hangat. Tutur kata dan tatapanya padaku tidak pernah gagal membuatku ingin selalu mempercayainya. Dan sekarang Aramis menatap dingin cangkir teh itu. Aku jadi berpikir, apakah cangkir itu berdosa padanya? Atau rasa tehnya tidak sesuai dengan seleranya? Kalau memang tidak sesuai, lalu kemana larinya cairan teh melati dicangkirnya itu. Ah, sudahlah.

"Mendiang Raja Danglars berpesan kepada saya untuk menunjukan ruang utama menara sihir pada anda." Ucapnya setelah diam menatapi cangkir tehnya.

"Ruang suci yang hanya bisa dimasuki oleh pendeta besar dan raja Westernland itu? Saya boleh masuk?"

The Tales Tell Story [Kumpulan Cerpen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang