Gianna-Han

176 11 0
                                    


#fantasy #romance


•    •    •    •    •

Cerita ini adalah oneshoot dari cerita ber-chapter The Devil Obsession & The Dark World Series. Masih berhubungan tapi bisa dibaca terpisah.
Happy Reading!

•    •    •    •    •





Malam nampak tidak terlalu pekat. Mungkin karena rembulan masih dalam bentuk sempurnanya, meskipun tidak sesempurna malam itu, tapi setidaknya sinar rembulan cukup untuk menerangi lorong kastil tempat dirinya sekarang tinggal. Gianna-Han, seorang gadis biasa, merantau dari Korea menuju Amerika untuk menimba ilmu. Hidupnya berubah ketika bertemu dengan pria kaya yang sekarang telah menjadi suaminya. Count Tobias Alaric, atau Jey. Tobi atau Hoseok. Siapapun namanya, makhluk apapun dirinya, Gia dengan tulus mencintainya.

Gia menyusuri koridor, menuju kamar mereka. Sudah hampir tengah malam dan dirinya harus kembali setelah cukup berbincang dengan sahabatnya —Nicholas-Lee. Sahabat yang Gia temui ketika baru menginjakan kaki di Amerika. Dia yang Gia percaya ternyata adalah anti-hero dalam kisah hidupnya. Pria dari masa lalu yang terobsesi dengan sosoknya dimasa itu, Asmodeus yang akhirnya berdiri disisinya sebagai pelindungnya. Rumit memang, namun Gia menyadari bahwa hidupnya akan semakin rumit ketika memutuskan mencintai pria terkutuk seperti Jey. Kutukan yang harus Gia patahkan tentunya.

Gia berhenti didepan pintu kamar ketika mendapati sosok sang suami. Ia sudah mulai terbiasa dengan wujud berbeda Jey sebagai seorang iblis. Tubuh bermandikan api biru, mata hitam legam, dan urat-urat yang menonjol keluar diatas kulit putihnya. Seharusnya menyeramkan, melihat sosok iblis berada tepat didepan mata. Namun tidak dengan Gia. Ia sama sekali tidak terganggu dan kembali melangkah masuk kedalam kamar.

"Kau tidak akan menginap malam ini?" Tanya Gia sembari merapikan kasur untuknya tidur.

"Ku usahakan pulang."

Suara Jey sudah berubah, tidak lagi maskulin dan teduh, disaat inilah setiap orang pasti mengetahui bahwa Jey bukanlah manusia hanya melalui suaranya.

"Rafael dan Araqiel akan langsung mendengar teriakanmu, jadi jangan kuatir."

"Aku lebih mengkhawatirkanmu." Gia menatap lekat punggung suaminya.

Jey sudah siap melompati jendela. Pria itu tidak menengok sedikitpun. Gia tidak tersinggung, karena dia tahu bahwa Jey berusaha untuk tidak menakutinya.

"Jangan menungguku."

Itulah ucapan terakhir Jey sebelum ia melesat keluar jendela. Dan Gia hanya menghela nafas sebelum mengambil buku diatas nakas untuk dibacanya.

* * * *

Jey kembali dini hari itu juga. Satu jiwa pendosa sudah cukup membuatnya kenyang. Samael yang bersamanya membuat acara makan malam Jey jauh lebih mudah. Jey berjalan sepelan mungkin, berusaha agar tidak membangunkan Gia yang dipikirnya sudah terlelap. Gia tidur dengan posisi punggung masih bersadar dikepala ranjang, mata terpejam dengan deru nafas teratur, tampak damai dalam tidurnya. Tak bosan Jey memandanginya. Seulas senyum tanpa sadar tertarik dari setiap sudut bibirnya. Pria itu tidak menyadari bahwa istrinya masih terjaga. Jey berjalan pelan menjauhi ranjang untuk melepas baju yang ia kenakan.

"Cepat sekali, mangsamu dekat?"

Pertanyaan Gia membuat Jey terdiam sesaat. Pria itu membalikan tubuhnya hingga menghadap ranjang, tidak menduga bahwa gadisnya sedang meletakan buku yang sebelumnya dipeluk diatas nakas.

The Tales Tell Story [Kumpulan Cerpen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang