Cool One's Heels (2/3)

68 10 0
                                    

#romance #bagian-2

——————————————————

Cool One's Heels (Phrase) ==>
- Be keep waiting (source : Oxford language)
-To wait for a long time. Related with word 'stay, wait, hope, look for, look forward to' , and so on. (source : dictionary.com)
Retoris ==> majas yang berupa pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu dijawab. (source : wikipedia.org)
Bahasa ibu (bahasa asli, bahasa pertama) ==> bahasa pertama yang dikuasai manusia sejak lahir melalui interaksi dengan keluarga dan masyarakat lingkungannya.
Noona (Korean) ==> sebutan untuk perempuan yang lebih tua oleh laki-laki yang lebih muda.
Noona Romance ==> tema di drama korea yang menceritakan percintaan tentang perempuan yang berkencan dengan pria yang lebih muda. (source : idntimes.com)

——————————————————


Sebelumnya, Ana sedang berada di kediaman keluarga Lizy, teman sekaligus artis dibawah naungan perusahaan yang sama dengan Jeka. Ana mengenal Lizy juga karena Jeka. Lizy dan Jeka pernah memiliki hubungan spesial untuk waktu yang cukup lama. Dan weekend ini Lizy secara pribadi mengajak Ana untuk syukuran rumah baru kakak sepupunya. Sekedar kumpul-kumpul dan makan bersama di rumah baru.

Beberapa waktu sebelum hari ini, Lizy menghampiri Ana yang sedang menjalankan tugasnya sebagai manager Jeka. Lizy dan Jeka memang sering terlibat project berdua, baik iklan maupun drama. Kala itu Lizy dengan ramah langsung mengajaknya.

"Weekend ini ikut aku makan-makan di tempat baru sepupuku ya? Oppa ku mau mengenal kamu lebih dekat katanya. Rupanya dia sudah tertarik sama kamu sejak waktu ketemu di acara opening caffee. Mau ya.. ya-ya-ya..."

Lizy dengan senyum manisnya memang tidak dapat diabaikan, terbukti oleh Ana yang langsung saja mengangguk tanpa berpikir seolah terhipnotis oleh senyumanya. Ah, pantas saja julukan sebagai national little sister tidak pernah copot darinya, Lizy memang adik kecil idaman seantero negeri. Lizy pergi setelahnya, meninggalkan Ana dengan telinga berdengung karena Jeka terus saja menanyai Ana tentang ajakan Lizy. Pria muda itu juga sempat protes kenapa dirinya tidak diundang juga.

* * * * *

Tidak butuh waktu lama bagi Ana untuk menyelesaikan masakanya. Dan segera dihidangkan agar dirinya bisa mengejar acara hari ini yang sempat terganggu. Ana merapikan dapur dengan seksama, memastikan semuanya bersih tanpa ada yang terlewat. Sejenak, Ana merasa heran, Jeka makan dengan cara apa sampai tidak terdengar suara apapun, apakah lelaki itu menelan bulat-bulat makanan yang ada dihadapanya? Makananya saja atau bersama piringnya? Wah, gawat. Ana segera menoleh dan mendapati lelaki itu hanya menatapi sarapanya saja. Kedua tanganya masih setia diatas paha, sementara tubuhnya nampak melemas.

"Are you okay?"

Jeka mendongak, menatap Ana yang sudah berada dihadapanya dengan raut kuatir. Sebaris pertanyaan yang seharusnya perempuan itu tahu dengan pasti jawabanya baru saja Jeka dengar dari bibir wanita itu.

"You know I'm not." Jawab Jeka seadanya. Ana diam, menunggu lelaki itu untuk berbicara lebih banyak.

"Dua tahun itu lama noona. Uangku sudah banyak untuk membayar denda perusahaan. Biarkan aku keluar dari perusahaan." Jelasnya memelas.

Oh boy, here we go again. Batin Ana berteriak, sejujurnya ia sudah kehabisan alasan setiap kali pembahasan ini kembali dibuka oleh Jeka. Ana menarik kursi, memposisikanya disebalah Jeka duduk. Wanita itu duduk disana, menghadap Jeka yang juga sudah memutar posisi duduknya. Pembahasanya masih tetap sama, Jeka dengan segala keluhanya mengenai kontrak kerja yang tersisa dua tahun saja.

"Kapan aku pernah melarangmu untuk keluar dari perusahaan? Itu uangmu, otoritasmu, terserah kamu mau menggunakanya untuk apa. Hanya saja, yang menggajiku adalah perusahaan. Bukan berarti karena durasi kontrak kerjaku sama dengan milikmu maka aku juga harus mengikutimu."

"Itulah maksudku, uangku sudah banyak untuk membayar denda kita berdua bahkan sangat-sangat cukup untuk membiayai hidup kita berdua. Apa ini kurang meyakinkanmu, noona?"

Ana menghela napas lelah. Oh boy, lihatlah pria muda dihadapanya ini. Wajah putus asanya, mata lelah itu, dan tanganya yang menggenggamnya terlalu kuat seolah takut jika sedetik saja genggaman itu terlepas maka Ana akan menghilang. Selalu seperti ini. Ana akui ia sudah kebal dengan tawaran Jeka yang semacam ini. Akan tetapi kali ini terasa berbeda, Jeka nampak sama frustasinya dengan dirinya.

Satu hal yang tidak banyak diketahui publik, bahwa Jeka dan Ana sempat menjalin kasih jauh sebelum Jeka debut. Waktu itu semua terasa baik-baik saja, hingga suatu ketika perusahaan mulai menerapkan peraturan teramat ketat mengenai hubungan antara staff dan artisnya. Ditambah mengencani seorang public figure yang tengah digandrungi tidaklah mudah. Akhirnya keduanya memutuskan berpisah dan Ana minta untuk menjadi staff artis lain.

Namun seolah takdir sedang tidak berpihak kepada Ana, wanita itu justru ditugaskan untuk menjadi manager utama Jeka dengan kontrak kerja yang kuat. Ana yakin kalau ini adalah ulah Jeka, sengaja memilihnya menjadi manager dan selama tiga tahun belakangan. Padahal perusahaan memberikan kebebasan bagi setiap artisnya untuk memilih calon managernya. Tidak hanya sampai disana, selama bekerja dengan Jeka, lelaki itu seperti sengaja menunjukan keintimanya dengan gadis-gadis yang entah dipungutnya dari mana. Dari sekian banyak gadis yang pernah dikencani Jeka, hanya Lizy yang dipertahankan cukup lama. Lizy tahu siapa Ana bagi Jeka beserta masa lalu keduanya. Lizy memakluminya bahkan tulus saat menawarkan pertemanan dengan Ana. Itulah sebabnya Ana mengenal baik Lizy bahkan ketika gadis itu tidak lagi menjalin hubungan asmara dengan Jeka.

Ana melepaskan satu tanganya dengan susah payah dari genggaman Jeka. Lelaki itu nampak tak suka namun Ana tak mau ambil pusing karenanya. Wanita itu merogoh sakunya, mengeluarkan ponsel dari sana kemudian mulai mengetikan sesuatu. Jeka memincingkan matanya, bisa menebak apa yang wanita itu sedang lakukan. Ia menegakan tubuhnya, memutar posisi duduknya dan siap menyantap sarapanya.

"Lakukan. Jika sampai aku dengar managerku akan diganti, aku pastikan kurang dari 24 jam, selain aku, kau harus mempersiapkan diri dikejar-kejar wartawan."

Ana menghentikan gerak jemarinya, menatap horor lelaki yang tengah mengetikan sesuatu pada ponselnya sebelum meletakanya lalu kembali menyantap sarapanya dengan tenang. Seharusnya Ana tidak sekuatir ini jika melihat ketenangan lelaki dihadapanya itu. Namun, mengenal Jeka dengan waktu yang cukup lama membuat Ana memahami setiap jengkal dari sikap maupun gestur tubuh lelaki itu. Dan ketenangan Jeka saat ini patut untuk diwaspadai.

"Kau mengancamku? Apa yang akan—"

Ting!

Bunyi notifikasi ponsel Ana berhasil menginterupsi apapun yang akan wanita ini ucapkan. Ia melirik layar ponselnya, menunjukan satu notifikasi chat dari Jeka yang berisikan kiriman sebuah file, tidak hanya satu tapi cukup banyak. Ana mengerutkan dahi, sudah dapat mengira bahwa itu adalah file foto-foto kebersamaan mereka dahulu.

"Tidak akan ada yang berubah meskipun kau menyebarkan foto-foto kebersamaan kita dulu Jeka."

"Noona sudah melihatnya? Sepertinya kebersamaan yang kau maksud berbeda dengan kebersamaan yang aku maksud."

Lelaki itu menyeringai dibalik penekanan kata 'kebersamaan' dan 'noona' yang dia ucapkan. Ana semakin cemas dibuatnya. Wanita itu buru-buru memeriksa kiriman file dari Jeka dan langsung mendelik melihatnya. Oh ya ampun! foto macam apa itu!? Dan video apa itu? Bocah edan!




TBC


Copyright©060222 By_Vee

The Tales Tell Story [Kumpulan Cerpen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang