How Do I Love Thee ? (2/2)

133 16 2
                                    

#romance



Paginya, pukul sepuluh lebih tepatnya, Juan sudah berada dilorong gedung yang akan dikelolanya mulai hari ini. Ada rapat bulanan antar devisi serta pembahasan event anniversary toko buku offline yang dua tahun ini telah berdiri.

Suara kasak-kusuk mulai terdengar lirih dari luar ruang rapat yang akan Juan masuki. Ruangan yang sempat berisik tersebut mendadak sepi ketika Jihan yang diikuti Juan memasuki ruangan. Kabar datangnya direktur utama baru memang sudah menyebar tiga hari sebelumnya. Apalagi pegawai wanita, mereka langsung heboh saat mendengar bahwa direktur barunya adalah seorang pria muda berparas mirip idol korea lulusan universitas Stanford di Amerika.

Tatapan takjub dari setiap pasang mata yang ada didalam ruang rapat tidak lagi terelakan. Hanya satu orang yang sempat terkejut hingga menganga. Dia adalah Sovia, penulis dan bagian dari tim editor sekaligus target Juan pagi ini. Jihan mulai memperkenalkan Juan sebagai direktur utama sekaligus pewaris utama dari perusahaan penerbitan J Publisher and Advertising. Sovia melotot menatap horor pada wanita yang baru enam bulan ini menjadi kakak iparnya.

Juan mulai memimpin rapat, membahas perkembangan disetiap devisi termasuk rencana event yang akan diadakan toko buku mereka. Juan sengaja merubah suasana rapat yang biasanya tegang menjadi sedikit bersahabat. Bahkan pria itu tidak segan menyandarkan punggung dikursi, mengangkat kedua kaki diatas meja dengan gestur santai, membuka jasnya lalu melipat lengan kemejanya sebatas siku, mempertontonkan seni rajah disepanjang lengan kanan miliknya. Semua mata terfokus kesana, menatap penuh minat dan memuja. Namun lagi-lagi hanya Sovia yang menautkan alis melihat lengan kekar yang dulunya mulus kini penuh tato.

Berkat suasana santai yang Juan bangun, rapat berjalan menyenangkan. Bukan hanya pembahasan kaku dan berat yang para karyawanya lontarkan tapi terkadang ada beberapa yang iseng menanyakan hal-hal pribadi. Seperti arti tatonya, usia Juan, tipe wanita idamanya, hingga sebuah pertanyaan yang sebenarnya Juan tunggu-tunggu akhirnya dilemparkan padanya.

"Kalau Pak Juan belum punya pacar berarti saya boleh daftar dong jadi pacarnya bapak." Goda seorang pegawai wanita dari devisi editing.

Juan tersenyum menanggapinya. Mengangkat tangan kananya menunjukan cincin yang melingkar dijari manis pria itu. Juan terang-terangan menatap Sovia yang nampak masih fokus pada makalah ditanganya.

"Maaf, tapi saya sudah menikah."

Tatapan tajam Juan pada Sovia disadari oleh beberapa peserta rapat. Mereka menatap keduanya bergantian. Sovia menatap bingung semua orang. Matilah Sovia!

Seakan tidak cukup dengan tatapan penuh telisik dari rekan kerjanya, Sovia kembali dibuat pening dengan bahasan mendadak mengenai naskah novelnya. Sebenarnya wanita itu sudah menyadari kejanggalan dari novel garapanya. Pasalnya selama ini Sovia hanya membaca curhatan dari sang direktur melalui e-mail. Waktu itu Sovia tidak mengetahui bahwa calon direkturnya ini adalah pria yang teramat sangat dikenalnya. Pantas saja cerita dari curhatan sang direktur nampak familiar. Sovia menghirup lalu menghembuskan nafas pelan.

"Oke! Sepertinya sudah tidak ada lagi yang perlu dibahas. Rapat selesai sampai disini. Sovia, kamu ikut saya. Permisi."

Juan mengakhiri sesi rapat lalu beranjak keluar diikuti Jihan juga Sovia dibelakangnya. Wanita itu tanpa sadar memandangi punggung kokoh berbalut kemeja putih itu. Jas yang tadi dilepasnya, kini tersampir dilengan pria itu. Rambut hitam Juan sudah lebih panjang dari yang terakhir Sovia ingat. Terikat separuh menambah kesan maskulin namun juga berkarisma.

Diruang kerja Juan, Sovia ikut duduk diatas sofa tepat diseberang Juan. Tatapan wanita itu sungguh tidak terbaca oleh Juan. Rautnya juga tenang seakan tidak ada beban apapun yang menggelayuti hati serta pikiranya. Juan menghela nafas saja.

The Tales Tell Story [Kumpulan Cerpen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang