Let Go

122 10 7
                                    

#fiksi



Akhirnya aku disini setelah mendapatkan keberanian yang telah aku kumpulkan selama ini. Aku duduk di antara para tamu undangan yang lain di dalam aula resepsi sebuah gedung hotel ternama. Dekorasinya indah penuh dengan mawar putih yang melengkapinya semakin menawan. Kursi undangan ditata rapi dengan karpet merah menjulur sepanjang pintu hingga altar tepat ditengah-tengah jajaran kursi undangan.

Benar, aku sedang berada di acara pernikahan seseorang yang sangat aku kenal. Dia adalah sahabat, saudara dan seseorang yang telah lama mengisi relung hatiku. Dia pernah mencintaiku dan aku masih mencintainya, bahkan sampai detik dimana aku menghadiri pernikahanya.

Aku menghela nafas panjang berkali-kali sekedar untuk menenangkan hatiku. Melihat Keanu berada di atas altar sedang menunggu pengantinya membuat batinku bahagia sekaligus sedih bersamaan. Rasa itu semakin berkecamuk dalam jiwaku ketika Kimmy sang pengantin wanita memasuki ruangan diiringi oleh musik khas pernikahan. Aku tidak tahu apakah saat ini aku sedang bersedih karena menghadapi fakta bahwa cintaku telah menemukan kebahagiaan lain selain denganku atau karena aku merasa takdir tidak berlaku adil padaku.

Sebagai lelaki dewasa, aku tidak dapat dengan mudah menitikan air mata apalagi pada momen bahagia bagi mereka.

Prosesi demi prosesi ku saksikan sambil terus mencoba menguatkan hatiku sendiri setiap detiknya. Tidak ada satupun yang menyadari bahwa aku sangat terluka berada dalam situasi semacam ini.

Ketika prosesi dapat terselesaikan dengan lancar, yang berarti pasangan itu telah resmi menikah, ingin rasanya aku berlari keluar. Namun karena ini adalah pernikahan sahabat dengan mantan kekasihku sudah cukup menjadi alasan kuat aku masih berada disini.

Apapun prosesi pernikahan telah usai, satu persatu tamu undangan mulai meninggalkan aula hingga kosong dan hanya menyisakan kami bertiga. Keanu mengisyaratkanku untuk menghampirinya, aku tahu bahwa sesi foto ini akan menjadi sesi terakhirku untuk berdampingan dengan cintaku, setidaknya janji kami untuk berdiri di depan altar berdua telah terwujud walaupun dalam situasi berbeda.

Aku maju lalu berdiri di samping Kimmy. Wanita itu berdiri tepat diantara aku dan Keanu. Kimmy menggandeng erat tangan Keanu. Mereka tersenyum bahagia sementara aku memaksakan senyumku sendiri. Aku rasa Kimmy menyadari bahwa senyumku terukir secara paksa. Ia memandangku penuh penyesalan sementara Keanu menggenggam erat tangan istrinya mencoba mengatakan bahwa aku akan baik-baik saja.

"Joe, kamu yakin baik-baik saja?"

Aku tersenyum dan hanya mengangguk kepada Kimmy sebagai jawaban. Namun sepertinya Kimmy tidak yakin dengan jawabanku sehingga dia masih tetap bertanya dengan tatapan sendu padaku.

"Kamu dan aku bersahabat tidak dalam waktu yang singkat, berkali-kali aku meyakinkanmu bahwa akan kulakukan apapun untukmu bahkan melepaskan Keanu untukmu jadi ji—"

"Syuutt! Keanu bukan mainan yang bisa kau berikan padaku. Keputusanya sudah jelas bahwa dia memilihmu. Aku bahagia karena dia memilih orang yang tepat." Yakinku tak lupa menarik senyum padanya.

"Joe..."

Kimmy memelukku kemudian menyingkir dari posisinya untuk memberiku kesempatan yang mungkin akan menjadi kesempatan terakhirku bersanding sedekat ini dengan Keanu. Aku menarik nafas panjang untuk sekali lagi menenangkan perasaanku, sekaligus menahan keinginan gilaku untuk tidak membawa Keanu lari bersamaku.

Aku melirik tanganku dan menemukan Keanu sedang menggenggam tanganku selagi lensa kamera tak henti-hentinya menangkap setiap momen kami berdua. Aku tidak yakin apakah Keanu merasakan hal yang sama denganku. Tidak dapat kupungkiri bahwa aku masih merindukan segala sesuatu yang ada pada dirinya. Kehadiranya, sentuhanya, cintanya dan bahkan ciuman selamat tinggal darinya masih bisa aku rasakan.

Kimmy kembali menghampiri kami. Senyumnya begitu cerah, sama seperti raut bahagia yang Keanu tengah tunjukan. Kami bertiga berfoto bersama dan setelah fotografer menyerukan bahwa sesi foto kami selesai, Keanu memeluku dan meminta maaf padaku. Pria yang pernah mengisi kehidupanku dan masih menempati sisi sentimental pada diriku ini mengusap-usap punggungku.

"Aku percaya suatu saat nanti akan ada seorang gadis yang akan kau cintai lebih dari aku." Hiburnya padaku meskipun ia tau itu mustahil.

"Kamu tau aku tidak bisa. Maaf telah membawamu ke dalam duniaku. Aku senang Kimmy dapat menyadarkanmu." Ucapku tulus.

Aku tulus benar-benar bersyukur telah mengenalkan sahabatku Kimmy denganya. Berkat Kimmy, Keanu sadar bahwa jalan yang dia tempuh bersamaku tidaklah sesuai denganya.

Keanu melerai pelukanya, memegang pundakku mencoba memberiku semangat dan ketenangan.

"Justru kamu yang membukakan mataku bahwa hubungan seperti yang kita jalani bukanlah sebuah kesalahan. Hanya saja takdirku bukanlah bersamamu, melainkan bersama sahabatmu."

"Aku mengerti. Aku sangat mengerti."

Keanu menepuk pundakku. Kemudian kurasakan Kimmy melingkarkan lenganya dipinggangku. Aku melihat kesamping dan sahabatku itu tengah mendongak menampakan senyum cerahnya. Kimmy memang seperti itu, ceria dan tidak pernah menghakimiku yang berbeda. Aku membalas senyumanya ketika dia menggumamkan kata terimakasih padaku.


END




Copyright©250922 By_Vee

The Tales Tell Story [Kumpulan Cerpen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang