REGANTARA

572 25 10
                                    

#psychology #split-personality

Seorang remaja sedang duduk di halaman belakang gedung tempatnya dirawat. Entah sudah berapa purnama dirinya menjadi salah satu penghuni disana. Regantara Aditama, atau biasa dipanggil Regan. Remaja berusia tujuh belas tahun yang terpaksa harus mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit ini. Senja menjadi temannya melepas penat. Beberapa kali Regan menghela nafas panjang. Melihat kesekitarnya dan kembali menemukan beberapa pria berperawakan preman. Mereka adalah polisi yang ditugaskan untuk mengawasinya. Entah apa yang telah diperbuatnya akhir-akhir ini sehingga pengawasan terhadapnya semakin diperketat.

"Hai. Gimana?" Sapa seorang pria yang kini duduk bersama Regan.

Regan menoleh mendapati sosok pria dewasa berjaket hitam serta berperawakan tegas. Perwira Galih adalah salah satu dari aparat negara yang bertugas menangani kasusnya yang entah apa itu.

"Aku nggak tau. Semuanya masih terasa membingungkan." Tutur Regan sambil menundukan kepala.

Galih menepuk pundak pemuda itu ringan. "Masih nggak bisa komunikasi sama Felis?"

Regan menggeleng saja, lalu kembali meluruskan pandanganya, mengamati senja dengan warna jingganya yang hangat.

"Terakhir Felis bilang kalau bukan dia yang melakukanya. Tapi ada yang aneh om. Aku yakin itu bukan Felis yang ngomong. Aku..." Terdapat sedikit jeda pada ucapan Regan. Dahi pemuda itu mengerut seolah sedang memastikan sesuatu.

"Aku bingung." Lanjutnya sedikit ragu.

Hening seketika melingkupi suasana diantara dua lelaki itu. Galih menyandarkan punggungnya sambil melipat kaki dan tanganya, kemudian ia mulai berbicara.

"Regan."

Regan yang merasa dipanggil tentu saja mengalihkan perhatianya. Menoleh kearah Galih yang sedang menengadah menatap langit dengan bias warna jingga itu.

"Kamu tau kenapa penjagaan kamu diperketat lima hari ini?"

"Lima hari om? Bukanya baru dua hari? Kemarin Regan..." pemuda itu membolakan matanya dan tubuhnya sedikit meringsut. "Oh jangan lagi!"

Wajah Regan tiba-tiba pias. Raut ketakutan mulai nampak di sana. Pemuda itu membungkuk sambil meremas-remas rambutnya. Tubuhnya bergerak gelisah dengan bibirnya terus bergumam seakan sedang merapalkan sebuah mantra. Beberapa saat kemudian Regan berhenti bergerak gelisah. Cengkeraman dirambutnya juga mulai mengendur. Tubuhnya kembali ditegakan. Mata Regan menyorot tajam menyapu setiap polisi yang menjaganya, terutama kepada Galih. Seketika Galih menjadi waspada, instingnya mengatakan akan adanya bahaya.

"Well, hallo perwira. Bukanya udah gue peringatin buat gak ngusik Regan?"

Tubuh Galih mulai beringsut mundur mendengar suara dingin syarat akan ancaman itu. Ia kenal tatapan bengis itu. Teramat kenal karena selama proses penyelidikan, dirinya selalu berkomunukasi dengan sosok itu. Galih berdiri waspada, remaja itupun turut berdiri melangkah maju dengan gestur mengintimidasi. Seringai bengisnya tak pernah luntur menghiasi wajah pemuda itu.

"Lo... takut?"

"Felis Silvestris. Kamu sedang berada didalam pengawasan ketat." Galih mencoba memperingatkan.

The Tales Tell Story [Kumpulan Cerpen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang