7 Hari di Pulau Bali (1/3)

54 9 0
                                    

#fiksi-romansa

________________________

Song : NCT Dream - Hello Future
________________________


Suasana meja makan siang itu terasa aneh, setidaknya begitulah yang dirasakan Fifi. Di tengah perbincangan ringan antara keempat orang di sana, terdapat sepasang mata yang diam-diam terus mengamatinya. Dengan tatapan menelisik, sepasang mata itu kerap kali ia temui tengah memincing seolah meminta penjelasan, oh! atau mungkin pemiliknya tengah menimbang sesuatu di dalam benaknya.

"Tante kok diem aja sih? Makananya gak enak ya? Mau request yang lain? Anggi tadi ada minta dibuatin puding sutra, tante mau makan itu dulu?"

Barusan adalah Anggi, kekasih dari keponakan satu-satunya yang Fifi punya. Gadis yang baru menginjak kelas sebelas itu nampak baik dan manis, kontras dengan pria yang kini kembali menatap tajam ke arahnya. Om dari Anggi sekaligus pemilik rumah yang sedang Fifi datangi.

"Kamu masuk angin?" Tanya Citra, kakak kandung Fifi. Wanita yang melahirkan Mahesa—keponakan Fifi—enam belas tahun silam.

Citra adalah ibu tunggal sebelum ia dinikahi pria asing dan terpaksa harus tinggal di luar negeri. Sementara Mahesa baru akan menyusul setelah lulus sekolah.

"Rada pusing aja sih mbak. Bentar lagi juga sembuh kayaknya." Jelas Fifi sekenanya.

"Mau istirahat dulu aja? Rumah saya punya cukup kamar untuk ditiduri."

Om dari Anggi itu sengaja menekankan kata terakhirnya. Eros, begitu Anggi memperkenalkan om-nya. Lelaki itu tersenyum miring mendapati raut datar Fifi berubah kesal, hanya sepersekian detik sebelum wanita usia akhir dua puluhan itu mengembalikan poker face andalanya. Fifi sudah membuka mulut hendak membantah ketika Citra menginterupsi.

"Kalo Eros-nya gak keberatan, Fifi bisa minjem kamarnya buat tiduran. Dari pagi ini anak udah gak enak badan."

"Lah terus aku ditinggal jalan-jalan sama kalian?" Fifi mencoba protes.

"Tante nanti tinggal whatsapp maunya apa, biar mama yang beliin." Mahesa nyengir saja ketika dipelototi Citra.

"Lagian kita gak bisa langsung ke bandara tan." Mahesa kembali bersuara.

"Tiket semua full booked untuk hari ini dan besok. Terpaksa kita nginep dulu disini—"

"Loh! Mbak gak bisa asal nginep di rumah orang— aduh! Kok ditabok sih?" Kesal Fifi yang baru saja mendapat tabokan keras dilenganya.

"Dengerin dulu kalo orang ngomong. Mbak juga gak mau ngerepotin tapi bener yang Eros bilang, mending nginep disini dulu. Biar adikmu itu bisa puas pacaran 24 jam non stop dengan pengawasan."

Jelas Citra panjang lebar. Fifi melirik penuh curiga pada Eros, pria itu nampak tak terganggu dengan lirikan tajam Fifi dan malah menenggak segelas jus buah. Lirikan mematikan Fifi terpaksa harus terputus karena tabokan keras kembali mendarat dilenganya. Wanita itu mengaduh sambil mengusap-usap lenganya.

"Saya ada beberapa hal yang harus diurus di resort, jadi tidak bisa nganterin kalian ke Sukowati. Maaf ya mbak." Eros dengan senyuman ramahnya yang entah kenapa membuat Fifi semakin mual.

"Soal pasangan mesum itu ya om?" Tanya Mahesa polos. Eros diam namun sebelah alisnya naik pertanda dia tidak mengerti.

"Oh om Eros belum tau yank." Anggi kini menoleh kepada Eros sepenuhnya, wajahnya nampak serius. "Di resortnya om ada pasangan mesum, ya gak pa pa sih ya tapi gak di depan umum juga. Mana kepergok tante Fifi kan." Adu Anggi panjang lebar. Eros yang mendapat aduan hanya diam sambil sesekali melirik Fifi.

The Tales Tell Story [Kumpulan Cerpen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang