2 Tahun di Pulau Bali (2/2)

38 7 2
                                    

#fiksi #romansa

___________________________________
Playlist : Meghan Trainor - Drama Queen
___________________________________

Njelimet : rumit
Longor : bego, saking begonya sampe kayak idiot.
Ora usah bu : gak usah bu
Raine : mukanya
___________________________________




"Saya nggak akan kirim kamu kemana-mana, kamu bukan barang dan saya bukan mas-mas J*E. Kita ke Surabaya siang nanti."

Seketika Fifi berhenti mengemasi bajunya. Apa kata Eros barusan? Ke Surabaya? Ke rumah Fifi maksudnya? Apa Fifi mau dipulangkan? Wah, tidak bisa dibiarkan.

"Ngapain??"

"Mau ngaduin kamu ke bapak. Saya mau ngadu kalo anaknya gak mau punya anak sama saya."

"Loh! Kok jadi bapak dibawa-bawa."

"Ya biarin. Kali aja abis dapet pencerahan dari bapak terus kamu jadi mau punya anak dari saya."

"Mana ada konsep begituan Eros."

"Ada. Liat aja nanti. Itu kamu udah segitu aja packingnya? Kita dua minggu loh di sana."

"Eros jangan bercanda. Ngapain dua minggu di sana? Kerjaan kamu gimana?"

"Kamu nanya atau lagi nguji kinerja saya?"

Fifi terdiam. Wanita itu nampak berpikir dan entah apa yang ia pikirkan hingga matanya tidak berkedip saat menatap koper dihadapanya.

"Gak usah nyari alesan lagi, pesawat kita jam satu siang nanti.

Wanita itu mengerjap mendengar perintah Eros. Tidak bernada tinggi namun terasa seolah Eros tidak mau dibantah.

"Eros... kamu kan tau kalo-"

"Banyak anak kecil, anak-anak dari sepupumu yang tinggal deketan sama rumah bapak? Tiga bulan saya tinggal disana setelah menikah, ditambah kita sering nginep disana setelahnya. Saya tau situasinya."

"Berarti kamu ingat kan waktu salah satu anak sepupuku main nyelonong masuk rumah tanpa ngetuk pintu?"

Pertanyaan itu berhasil membuat Eros menghentikan kegiatanya. Pria itu tidak mungkin melupakan kejadian memalukan semacam itu. Bahkan rasa malunya masih membekas hingga sekarang.

Jadi, waktu itu, tepatnya dua minggu setelah acara pernikahan Eros dan Fifi dilangsungkan, Eros yang sudah merasa tidak sabaran akhirnya lepas kontrol diri. Masih pagi pikirnya, dan pada jam-jam seperti itu para anak-anak masih bersekolah. Sebenarnya Fifi sudah mengingatkan beberapa hal kecil, seperti kemungkinan anak-anak akan tiba-tiba muncul, atau sesederhana bahwa melakukanya di kamar akan lebih aman.

Tapi dasarnya Eros bebal ditambah dengan jiwa pengantin barunya yang masih meluap-luap, pria itu jadi gelap mata, ruang tengah rumah yang sedang kosong itupun akhirnya menjadi saksi, sepasang pengantin baru yang tengah bercumbu itu kepergok oleh salah satu anak dari sepupu Fifi.

Satu panggilan sederhana yang melengking mencari budhe Fifi cukup ampuh membuat Eros kelabakan. Pria itu melompat menyingkir hingga ke sofa paling pojok, memalingkan muka sambil melipat kaki. Fifi sendiri sudah memangku seorang gadis kecil berusia sekitar lima tahun sambil terkikik.

Puncaknya adalah ketika ibu dari si anak datang mencari buah hatinya. Wanita yang adalah salah satu sepupu Fifi itu nampak terkesiap mendapati situasi yang aneh itu. Lalu ucapan wanita itu yang sampai detik ini sukses membuat Eros malu.

"Mas Eros maafin Nisa ya, dia ganggu kalian ya? Kalo boleh saran, di kamar aja mas, dikunci yang rapet biar gak diterobos anak-anak."

Dan sejak itu Eros selalu merasa dilecehkan oleh sepupu dari istrinya itu. Wanita yang tengah ditinggal suaminya kerja di luar pulau itu selalu menatap Eros dengan tatapan lapar dan fokus wanita itu juga selalu kemana-mana. Bukan salah Eros jika apa yang gagal berusaha ia tutupi malah memancing imaginasi liar wanita yang melihatnya. Kalau sudah begitu, Eros akan menempeli Fifi kemana-mana jika sepupu istrinya itu sedang berada disekitar mereka.

"Kamu gak takut diliatin mbak Ranti lagi? Apalagi mbak Ranti udah jadi janda sekarang"

Pertanyaan Fifi berhasil menyadarkan lamunan Eros. Pria itu bergidik sendiri dan Fifi terkikik karenanya.

"Kamu gak boleh jauh-jauh dari saya pokoknya. Kamu gak mau kan suami kamu direbut janda."

"Emang kamu mau sama janda?"

"Kamu rela saya direbut janda?"

"....."

"Harta saya sudah atas nama kamu semua jadi gak ada ruginya-"

Eros terdiam, terkejut lebih tepatnya. Fifi langsung berdiri dan melompat kepelukan suaminya. Kaki wanita itu membelit pinggang Eros, tanganya mencengkeram kuat rambut pria itu, sementara bibirnya mencium ganas suaminya. Reaksi impulsif semacam ini memang sudah sering Fifi tunjukan, terlebih jika wanita itu membenci topik pembicaraan yang mulai melenceng diantara mereka berdua. Dan jika sudah seperti itu maka drama selanjutnya akan berlanjut lebih lama.

* * * *

Di Surabaya, tepatnya di kediaman bapak, pria tua itu menghela napas lalu tersenyum menatap ponsel miliknya. Pria baya itu baru mematikan panggilan dari menantunya beberapa detik lalu. Eros mengabarkan bahwa kemungkinan dia dan Fifi akan sangat terlambat sampai ke Surabaya, mungkin bisa tengah malam.

"Bapak kok senyum-senyum sendiri, kenapa?"

Seorang wanita yang terlihat lebih muda duduk disebelah bapak. Wanita itu menyajikan secangkir teh dan sepiring pisang goreng hasil buatanya.

"Fifi sama Eros jadi datang jam berapa, biar ibuk masakin yang banyak."

Bapak menatap istrinya, wanita yang dinikahinya beberapa tahun silam sebagai ibu pengganti bagi anak bungsunya. Fifi harus kehilangan ibu kandungnya saat anak itu masih remaja, mendiang ibunya sakit dan bapak berusaha mencari seorang wanita yang mampu merawatnya juga Fifi kala itu.

"Malem, bu. Atau besok pagi ya? Sepertinya Eros sudah bisa bujukin Fifi. Gitu kok ya masih ngadu ke bapaknya, minta dibantu bujukin istrinya supaya mau hamil." Kekeh bapak sambil geleng-geleng.

"Biar afdol pak. Bapak juga kangen kan sama mantu bapak itu? Nanti ibuk yang bikinin jamu biar Fifi cepet isi."

"Owalah, ora usah bu*. Itu sebentar lagi juga isi. Pil KB nya sudah dibuang-buangin sama Eros. Apalagi anak muda kayak Eros kan masih setrong."

"Ya kalo gak setrong, dek Ranti gak bakalan mupeng tiap liat mantumu itu pak."

Kali ini ibu yang terkikik mengingat wanita bernama Ranti itu selalu memasang wajah mesum pada Eros, dan berakhir dengan Eros yang selalu bersembunyi dibalik tubuh istrinya bahkan mertuanya.

"Mupeng iku opo?"*

"Muka pengen pak, mesum raine*"

"Owalah..."

Dan keduanya tertawa bersama sambil menikmati kudapan yang disajikan.

Lalu, bagaimana nasib Fifi?

Eros tetap datang ke rumah mertuanya, esok paginya. Dan pria itu harus sabar menghadapi mulut menyebalkan Fifi yang kerap mengeluhkan rasa sakit pada sekujur tubuhnya karena ulah Eros.



END





Copyright©201222 By_Vee

The Tales Tell Story [Kumpulan Cerpen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang