Scent of the Blood (1/2)

88 9 0
                                    

#fantasi #fiksi

* * * * *

Playlist : Maybe, I - Des Rocs

* * * * *


Menjadi dewasa itu ternyata merepotkan. Kita dipaksa untuk menanggung banyak hal, beradaptasi dengan segala situasi bahkan yang paling memuakan sekalipun, menerima hal-hal yang tidak disukai atas nama kesopanan. Jika semasa kecil kita berambisi untuk menjadi dewasa hanya agar bisa bebas melakukan segala hal yang kita mau tanpa adanya batasan dan larangan. Maka ketika kedewasaan itu datang, kita ditunjukan kenyataan akan misteri yang selama ini disembunyikan semesta.

Itu adalah curhatan singkatku. Keluhan atas masa dewasaku yang semakin kesini semakin membingungkan. Aku tidak lahir dari keluarga berkecukupan, memiliki kelainan jantung sedari kecil yang memaksa hampir seluruh penghasilan orangtuaku kala itu terkuras. Aku cukup pintar, kalau boleh aku bersombong diri, aku lumayan berprestasi jika saja diberikan kesempatan, namun nyatanya aku kalah dengan mereka yang memiliki koneksi luas. Dan itu selalu terjadi.

Nasehat orang tua yang mengatakan sekolah yang pintar agar mudah mendapat pekerjaan sehingga hidupmu akan jauh lebih mudah nyatanya tidak benar. Buktinya aku pintar, lulusan terbaik, tapi tetap saja selalu kalah dengan orang dalam.

Lulusan sastra sepertiku seharusnya memiliki jenjang karir yang lebih baik dari sekedar editor lepas. Lebih dari dua tahun bekerja sebagai editor lepas nyatanya tidak merubah apapun, mungkin sedikit berubah karena mulai pertengahan tahun pihak penerbit tempatku bekerja memberiku kesempatan, menjadi editor seorang novelis yang kabarnya adalah saudara sang CEO.

Aku kenal CEO perusahaan penerbitan ini. Perusahaan yang tidak terlalu besar ini memang sangat memungkinkan seluruh stafnya mengenal baik sang pemilik. Enrique Alexandr, sebenarnya terdapat marga Vlad pada nama depanya. Tapi Mr. Enrique tidak pernah mau menuliskanya. Entah karena rumor yang beredar dari balik nama Vlad atau terdapat alasan lain.

Nama Vlad akan selalu identik dengan Vlad Tepes, sosok kejam yang menjadi tokoh inspirasi legenda monster dunia—Lord Dracula. Ditambah kabarnya Mr. Enrique berasal dari Rusia. Jelas nampak dari nama dan struktur wajahnya. Rumor semakin meliar karena warna mata Mr. Enrique yang lagi-lagi kabarnya kerap berubah. Mulanya berwarna amber, pupil orange dengan sidikit hint coklat. Dan dilain waktu bisa menjadi hazel.

Hal lain yang membuat rumor bahwa Mr. Enrique adalah keturunan Dracula adalah kedatanganya yang seolah tidak bersuara. Sering kali para staf dibuat kaget sekaget-kagetnya karena kemunculan Mr. Enrique secara tiba-tiba. Pria itu seolah memiliki kecepatan memanjat tangga atau semacamnya.

Cukup dengan CEO tempatku bekerja itu.

Kini aku tengah berjalan menuju lobby. Sesekali membalas sapaan teman sejawatku lalu melihat jam tanganku. Jam 4 sore dan aku yakin Luna sudah menungguku di lobby gedung. Kantor kami berada di lantai 16 bangunan tinggi kawasan perkantoran kota besar ini. Cukup mentereng apalagi jika seseorang bertanya dimana kantorku, maka status sosialku akan naik meskipun nyatanya aku hanya seorang editor yang memegang satu penulis saja.

"Lan! Woey! Sini!"

Luna melambaikan tangan sambil tersenyum anggun. Aku selalu memuji penampilanya. Luna berasal dari keluarga berada tapi ia berbeda. Gadis yang seumuran denganku itu melamar sebagai staf humas tanpa menyertakan nama keluarga. Namun siapapun pasti akan langsung menyadari bahwa sebenarnya Luna masih bagian dari keturunan ningrat.

"Nginep di kosku ya Lan, besok aku libur." Bujuk Luna.

"Gak janjian kencan?" Tanyaku iseng. Luna tersenyum malu-malu lalu menggeleng.

The Tales Tell Story [Kumpulan Cerpen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang