41. Everything gonna be okay

319 24 2
                                    

HAI GIMANA PUASANYA?, SEMOGA LANCAR YAAA

semangat dikit lagi lebaran!

Happy Reading!

☁️☁️☁️

Tidak ada yang tahu kapan ia akan mati, sedih, dan senang, begitu pula dengan yang namanya sebuah celaka. Kita tidak akan pernah tahu kapan kita celaka, mungkin bila kita tahu itu semua dari awal kita akan berusaha untuk menghindarinya meski kedengarannya mustahil. Bolehkah Arasya merasa bersalah pada Arga setelah kejadian kemarin?

Dari pihak Arga memang tidak terlalu mempermasalahkan kejadian kemarin, namun karena itulah Arasya di rundung oleh rasa bersalah setelah insiden Arga yang menolongnya kemarin. Omong-omong Arga baru saja sadar, kata dokter keadaan Arga sudah mulai membaik dan Arasya sangat bersyukur mendengarnya. 

"Jangan sedih, everything gonna be okay. Gausah merasa bersalah karena ini bukan salah lo," ujar Arga pada Arasya yang berada di sampingnya.

Saat ini semua sedang menjenguk Arga. Kalian pasti tahu seramai apa kamar rawat Arga bila kawan-kawannya yang lain datang menjenguk, mengingat ada Lucas yang selalu membuat kerusuhan dimana pun dan kapan pun. Dan lagi mereka bertambah satu personil yang ikut menjenguk Arga, mantan ketua osis Wilston pun ikut menjenguk, Bara.

"Lo udah gapapa kan, Ga?" tanya Rafael yang tengah sibuk memakan buah yang berada di nakas samping brankar yang Arga tempati. Arga mendengus malas mendengar ucapan basa-basi yang di lontarkan oleh sahabatnya itu.

"Mata lo buta?" tanya Arga kesal. Rafael terkekeh dan melempar kulit jeruk ke arah Arga.

"Santai lah bos!" balasnya.

"Astaga!, Raf lo tuh ya jangan asal buang sampah dong!" ujar Syifa yang jengah melihat kelakuan semua anak laki-laki itu. Kalau niatnya menjenguk Arga hanya untuk numpang makan lebih baik tadi mereka tidak usah mengajak mereka utuk menjenguk Arga di rumah sakit.

"Iya iya!" balas Rafael sambil memungut kulit jeruk yang ia lempar ke Arga.

"Ceritanya gimana sih lo bisa sampe begini?" tanya Alex. 

"Kemarin gue niatnya ngambil baju yang ketinggalan di loker, tapi pas sampai sana gue liat Ara belum pulang," ujarnya membuat satu ruangan itu mendadak hening menyimak dengan seksama penjelasan Arga.

"Terus gue tunggu dia sampai dapat taksi onlinenya, gue sengaja gak samperin karena pasti Ara nolak. Tapi setelah lama gak ada taksi online yang dateng, akhirnya gue liat Ara lari dan gue ikutin Ara."

"Terus?" ujar Lucas.

"Gue liat ada mobil yang ikutin Ara, tapi gue gak mau berburuk sangka, akhirnya gue ikutin Ara lagi sampai pas Ara berenti mobil itu ngebut ke arah Ara, akhirnya gitu." jelasnnya malas, sejujurnya Arga cukup malas untuk menjelaskan panjang lebar, tapi agar semuanya jelas akhirnya ia mencoba menjelaskan kejadian kemarin.

Bara yang mendengar itu terdiam, sejujurnya ia tidak mau berburuk sangka, tapi ntah mengapa fiikirannya mengarah ke satu nama.

"Gue cabut duluan." ujar Bara memecah keheningan membuat mereka menoleh ke arahnya dengan alis terangkat.

"Cepet amat, mau kemana lo?" tanya Dimas.

"Ada urusan, cepet sembuh bro!" ujarnya pada Arga.

Mereka semua diam menatap kepergian Bara yang terkesan tiba-tiba, seperti ada sesuatu yang terlalu mendesaknya agar segera pergi dari rumah sakit. Namun tak mau berpikir keras mereka akhirnya kembali bergurau santai untuk menghindari keheningan.

ARAGA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang