9. Berkunjung

398 27 1
                                    

hello!, balik lagi nih wkwk, jangan bosen-bosen ya hehe.

cuma mau ingetin sebelum baca pencet bintang di bawah pojok kiri dulu oke, gratis ko gratis gak bayar thank u!😻

☁️☁️☁️

Arasya berdiri di depan rumah bernuansa putih itu, sudah berapa lama ia tidak berkunjung, dia merindukan semua kenangan yang pernah terukir disini. Jujur ia ragu untuk masuk ke dalam, apakah kehadirannya masih di terima?, atau mungkin sebaliknya.

Entahlah, Arasya juga bingung harus apa, sebenarnya ia takut jika kehadirannya disini hanya akan memperkeruh suasana, tapi apakah ia tidak boleh merindukan orang tuanya sendiri.

Akhirnya dengan langkah ragu ia memberanikan diri mendekati pintu utama rumah itu, tangannya yang bergetar mencoba untuk menekan bel rumah lamanya sampai ada seseorang yang membukanya.

"Non Asya?!" pekik wanita paruh baya itu, dia wanita yang selalu menjadi penyemangatnya saat di rumah ini, dia bi Asih, asisten rumah tangga yang sangat Arasya sayang. Arasya yang melihat itu tersenyum simpul, dan memeluk sang bibi.

"Apa kabar bi?, lama Asya gak kesini ya." ujarnya sambil terkekeh kecil di dalam pelukan sang bibi, sedangkan sang bibi malah menangis dan mempererat pelukannya.

"Bibi teh kangen sama Non, kenapa atuh gak pernah main," balasnya sendu membuat Arasya tersenyum hangat saat melepas pelukannya. "Non Asya sudah besar, makin cantik." ujar sang bibi sambil memperhatikan Arasya yang masih setia tersenyum.

"Asya juga kangen sama bibi, iya dong Asya udah besar kan bibi yang ngerawat sampai Asya jadi anak cantik." balasnya membuat hati sang bibi terenyuh mendengar penuturan Arasya, dari kecil Arasya memang di urus oleh bi Asih, makanya ia sangat sayang pada sang bibi.

"Eh, bibi teh lupa masuk dulu Non."

Arasya melangkahkan kakinya kedalam, keadaannya masih sama seperti beberapa tahun yang lalu, saat dimana ia harus memilih meninggalkan rumah yang tidak pernah sedikit pun memberi ia kenyamanan.

"Masih sama ya bi." ujarnya sendu.

"Masih Non, bibi panggilkan Tu--"

"Siapa bi!" teriak seseorang dari arah tangga, membuat Arasya menegang, ia merindukan sosok itu, namun ia juga membencinya.

"As--Asya?!" gumamnya kaget, namun sedetik berikutnya ia kembali merubah pandangan kagetnya menjadi datar.

"Papa, Asya kangen." ujarnya gugup.

"Mau apa kamu kesini?" tanyanya datar. "Uang kamu sudah habis?, butuh saya transfer?, ohh saya lupa kamu memang anak tidak tau dirikan, kesini hanya untuk meminta uang?" ujarnya membuat hati Arasya sakit ketika mendengar hinaan itu.

"Aku sama sekali gak berfikir ke situ Pa, uang yang Papa kirim aku gak pakai sepeser pun, aku cuma kangen sama orang tua aku sendiri apa salah?" tanya Arasya sambil berusaha menahan tangisannya.

"Oh, jelas itu salah, karna kedatangan kamu cuma buang-buang waktu saya." ujar Prayoga dengan santai, namun berefek besar bagi Arasya.

"Pa aku mohon, aku datang baik-baik, aku kangen sama Papa dan Mama, apa salah Asya sebesar itu sampai kalian gak menganggap Asya ada?" kali ini Arasya tidak bisa menahan derai air matanya.

ARAGA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang