10. Nomor tak dikenal

354 25 4
                                    

Hello hello back again ni wkwk, kangen gak?

jangan bosen-bosen ya dan seperti biasa sebelum baca kalian pencet bintang di bawah pojok kiri oke, gratis ko. udah deh

Happy Reading!

☁️☁️☁️

"Al, lo gausah main-main deh, lo pikir nyari donor ginjal itu gampang dan murah apa!" ujar Arasya sebal, bagaimana mungkin ia harus menguras uang jajan Alaska hanya untuk kepentingan dirinya, yang benar saja ia tahu Alaska ingin yang terbaik untuknya, tapi itu semua tidak semudah membalikkan telapak tangan.

"Gue mau lo sembuh, salah ya?" tanya Alaska.

"Lo sama sekali gak salah, tapi gue gamau uang lo kebuang sia-sia cuma demi gue." ujar Arasya lagi, Alaska benar-benar tak habis pikir mendengar jawaban Arasya, Arasya itu adiknya wajar saja kalau Alaska berkorban lebih untuk Arasya.

"Gue ini abang lo Sya, gue gak akan pernah nyesel sekalipun uang gue habis, tapi yang penting lo sembuh!" balas Alaska sedikit meninggi.

Arasya diam, ia hanya tidak ingin Alaska berkorban lebih untuknya, jika Papanya tahu Arasya lah yang akan di salahkan.

"Gue cuma gamau Papa nyalahin gue lagi Al, gue capek." lirihnya.

"Sya, masalah Papa itu belakangan, yang penting lo dapet donor ginjal dulu." Alaska bingung harus dengan cara apalagi ia meyakinkan Arasya.

"Gue tetep gamau, gue bisa cari uang sendiri buat cari donor ginjal Al."

"Dan gue tetep maksa lo, gak ada penolakan!"

☁️☁️☁️

Arga menatap lekat Arasya yang sedang tersenyum, entah kenapa jika Arasya tersenyum membuat dirinya ikut tersenyum juga meski tak tahu sebabnya.

"Dua hari yang lalu lo kemana?" tanya Arga membuat Arasya melunturkan senyumnya.

"Aku ke rumah lama." ujar Arasya.

"Terus?" ucap Arga, jika Arga sudah seperti ini tandanya ia ingin mendengar semuanya.

"Seperti biasa, aku di usir lagi, kamu belum kenal abang aku ya?" ujar Arasya memaksakan senyum, sebenarnya ia hanya mengalihkan pembicaraan saja agar ia tak perlu sakit untuk mengingat kejadian itu.

"Kenapa gak bilang gue?" ucap Arga, Arasya tahu di balik kata itu Arga sedang menahan emosi.

"Aku gamau bahas itu lagi." cicitnya membuat Arga menghembuskan napas pelan, dan membenarkan topi yang di pakai Arasya.

"Sorry, gue gabisa jaga lo." ujarnya.

"Kamu ngomong apasi?, kamu itu selalu siap sedia ko buat aku," balas Arasya tak suka. "Kamu mau tahu Alaska?" tanya Arasya excited.

"Alaska?" ujarnya bingung.

"Iya abang aku, dia ada di rumah, kita ke rumah aku ya biar aku kenalin kamu." jujur Arasya sangat senang dengan adanya Alaska di rumah, namun ia juga lelah jika harus di salahkan oleh Papanya.

ARAGA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang