38. Kebahagiaan kecil

380 27 6
                                    

halo! udah lama gak ketemu ya huhu. sorry.

udah lama gak up bagaimana kabarnya?, semoga selalu baik ya!

jangan lupa vote komennya maniezz, jangan bosen nunggu jg ya.

Happy Reading!

☁️☁️☁️

Hari sudah menjelang malam dan Arasya masih cukup sibuk di kafe, karena sudah lama tidak bekerja Arasya memutuskan untuk sedikit membantu meringankan beban Moza dan yang lain, ia cukup sadar diri setelah menghilang lama tanpa kabar. Sebenarnya ia masih tidak enak hati kepada semua terutama pada Zaki yang sudah menerimanya kembali padahal ia pergi tanpa sepatah katapun.

Mengingat Zaki ia harus banyak-banyak berterima kasih padanya, sebab tanpa bantuan darinya Arasya tidak tahu harus bagaimana. Arasya tersenyum melihat pelanggan yang cukup ramai, ah rasanya ia sudah sangat lama tidak melihat pemandangan ini.

"Sstt!, tolong anterin ke meja nomor sebelas dong." ujar Moza sambil menoel pundak Arasya yang sedang melihat sekitar. Arasya tersentak kaget.

"Ngagetin aja!, sini aku anter." ujar Arasya membuat Moza terkekeh.

Sebelum mengambil nampan Arasya melirik kertas yang berada di samping nampannya, tertulis jelas pesanan untuk Keysa dan Zea disana, sempat berfikir bahwa itu Keysa dan Zea yang sama tapi cepat-cepat Arasya mengenyahkan pemikirannya tentang itu lalu ia mengambil nampannya dan berjalan ke arah meja yang di tuju.

"Permisi pesanannya." ujar Arasya ramah sambil tersenyum.

"Loh Arasya?" ujar orang itu membuatnya mendongak. Arasya tersenyum kecil, ternyata pemikirannya benar.

Zea terkekeh melihat penampilan Arasya dari atas sampi bawah, Arasya yang merasa sedikit risih memilih berpamitan untuk segera kembali.

"Selamat menikmati," ujarnya lalu berbalik badan.

"Eh tunggu, nggak ada yang suruh lo pergi." ujar Keysa sambil memasang senyum sinisnya.

Arasya terpaksa berbalik badan kembali. "Masih ada yang mau di pesan?" ujarnya, sebenarnya ia takut Zea dan Keysa membuat keributan apalagi keadaan kafe cukup ramai.

"Kenapa sih buru-buru banget." ujar Zea santai. Arasya sedikit memaksakan senyum.

"Kerjaan saya masih banyak, kalau tidak ada yang mau di pesan lagi saya permisi." ujar Arasya.

Zea dan Keysa terkekeh. "Ternyata saingan lo kerja di kafe biasa," ujar Keysa membuat Zea mengangguk.

"Gue heran sama Arga, apa yang bisa di banggain dari orang kayak lo." ujar Zea sambil menunjuk Arasya. Arasya sebisa mungkin menahan agar tidak terbawa emosi.

"Maaf saya permisi." ujar Arasya, tapi saat itu juga Keysa menahan pergelangan tangannya.

"Duduk dulu kali," ujar Keysa pada Arasya.

"Lo mau uang?, gue bisa kasih asal lo jauhin Arga." ujar Zea membuat Arasya mengepalkan tangannya.

"Gimana? deal?" ujar Zea lagi.

"Maaf, tapi gue gak serendah lo yang rela bayar orang cuma demi satu cowok yang jelas-jelas terganggu sama kehadiran lo." sarkasnya, Zea yang mendengar itu mengepalkan tangannya marah.

"Munafik!, daripada lo capek-capek kerja mending lo terima aja uang dari gue, syaratnya gampang kan, lo cuma harus jauhin Arga," ujarnya masih berusaha tenang.

ARAGA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang