17. Zea yang sebenarnya

356 26 2
                                    

heyyo heyyo, apa kabar semuaaa? semoga selalu baik ya.

jangan bosen oke wkwk

sebelum baca jangan lupa pencet bintang yang ada di pojok kiri bawah ya!

Happy Reading!

☁️☁️☁️

Arasya melangkahkan kaki di sepanjang koridor dalam diam, bukannya apa-apa tapi jika ia berjalan sambil berbicara atau tertawa ia malah di sangka punya gangguan kejiwaan oleh siswa lain, pasalnya ia berjalan sendiri.

Sesekali ia tersenyum pada siswa yang menyapanya, Arasya memang ramah namun jika kebaikkan dan keramahannya di salah gunakan oleh orang lain jelas detik itu juga ia akan menjadi Arasya yabg berbeda.

"ASYA!" panggil Alex sambil berjalan tergopoh ke arah Arasya.

"Ada apa Tirex?" tanya Arasya masih dengan memandang Alex yang sedang bernapas terengah-engah. Alex mengatur napas sejenak dan kemudian tersenyum lalu merangkul Arasya.

"Gapapa manggil aja!" ujarnya membuat Arasya terkekeh aneh. "Manggil gak harus lari juga kali," balas Arasya lalu mereka kembali berjalan.

"Oh iya Sya, Alaska masih di rumah lo?" tanya Alex tiba-tiba. Arasya yang semula tersenyum kini kembali menatap kosong objek di depannya.

"Alaska udah pulang." balas Arasya lirih. Alex terdiam sebenarnya ada apa.

"Kemarin Papa kerumah, dia paksa Alaska untuk pulang kalau gak semua fasilitas Alaska bakal di sita," jelasnya, Alex mengepalkan sebelah tangannya, nampaknya ia salah paham dengan ucapan Arasya.

Arasya yang melihat raut perubahan dari wajah Alex seketika kembali melanjutkan ceritanya, ia tahu Alex akan berfikir bahwa demi fasilitas mewah Alaska rela meninggalkan adiknya.

"No!, tirex jangan salah tangkap, itu semua Al lakuin buat Asya. Dia mau Asya dapet donor ginjal makanya Al gak mau kalo Papa sampai sita fasilitasnya." lanjut Arasya, raut bersahabat kembali di tunjukkan oleh Alex mungkin jika Arasya tidak melanjutkan ucapannya Alex bisa pastikan besok Alaska akan babak belur.

"Kapan jadwal lo kontrol lagi?" tanya Alex, Arasya terlihat murung mendengar perkataan Alex.

"Minggu depan, doktet Farah bilang Asya gak boleh ngelewatin jadwal lagi," balasnya.

"Sya denger!, lo pasti bisa kita semua lagi cari donor buat lo, kita semua tau lo perempuan kuat dan hebat!" ujar Alex menyemangati.

"Kadang Asya capek, pengen nyerah aja rasanya." gumam Arasya, Alex yang mendengar itu seketika terlihat marah.

"Jangan ngomong gitu!, lo bisa pasti!" ujar Alex.

☁️☁️☁️

Arasya berjalan menuju perpustakaan sendiri, tadi sebenarnya ia bersama dengan Amanda namun saat sudah tinggal beberapa langkah Amanda malah berbalik lagi ke toilet.

Ia mengambil salah satu novel dan beralih duduk di bangku pojok dekat jendela. Saat ia sedang fokus membaca ia melihat sepasang kaki berdiri di depannya, Arasya mendonggak dan melihat siapa orang itu.

"Hai." sapa Zea saat Arasya memandangnya. Arasya mencoba untuk bersikap biasa saat melihat bahwa orang itu adalah Zea.

"Eh Ze." balasnya ramah kemudian Zea duduk di bangku yang terdapat di samping Arsya tanpa sepatah katapun.

ARAGA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang