36. Donor

472 23 7
                                    

Haloo apa kabarnya semua? duh udah lama bgt ya ga update, sorry aku agak sibuk beberapa minggu ini jadi up telat. Aku ga bisa janji untuk up tepat waktu ya sekarang takut ga tepat kyk sekarang huhu.

jangan lupa vote komennya ya!

Happy Reading!

☁️☁️☁️

"Kebahagiaan ataupun kesedihan, itu semua hanya bersifat sementara."

Arasya Stefani


"Alaska!" panggil Prayoga saat Alaska sudah berada di ambang pintu. Alaska menoleh melihat sang Mama masih menangis sambil memandangnya.

"Apa lagi?" ujar Alaska, sebenarnya ia tidak mau berlama lama di hadapan kedua orang tuanya, apalagi melihat Mamanya yang masih menangis. Katakanlah dia kurang ajar dengan orang tuanya sendiri, tapi jika kalian berada di posisinya sekarang kalian akan merasakan benci dan tak tega sekaligus.

Prayoga masih diam, terlihat jelas raut ragu. Alaska menghela napas, entah apa yang Papanya ingin katakan sekarang tapi yang jelas ia sudah tak memiliki banyak waktu untuk sekedar berbasa basi, ia harus melanjutkan pencarian donor ginjal untuk adiknya.

"Maaf Pa aku harus pergi sekarang." ujar Alaska lagi, setelah itu ia membalikkan badannya.

"Tunggu!, Papa mau ketemu Asya," ujar Prayoga cepat. Alaska yang mendengar sampai tersentak, apakah ia salah dengar?, Papanya yang sangat keras kepala dan tidak mau mendengarkan perkataan orang lain, kini ia ingin menemui anak yang telah di asingkan oleh dirinya sendiri.

Sedikit terkekeh Alaska kembali menatap wajah Prayoga.

"Gak usah bercanda Pa, ini bukan waktu yang tepat buat bercanda." ujar Alaska.

Prayoga memalingkan wajahnya ke arah lain, gengsi itu sudah terlihat jelas di mata Alaska. Alaska tersenyum kecil.

"Buat apa?" tanya Alaska. Prayoga dan Dina memandang bingung ke arah Alaska.

"Buat apa kalian mau ketemu, Asya?" ulangnya.

"Sebenernya kalian punya rencana apalagi si buat bikin Asya menderita?" ujar Alaska membuat Dina menggeleng kuat.

"Mama gak ada rencana apapun, Al. Mama cuma mau ketemu Asya." ujar Dina lirih. Alaska menyunggingkan senyum sinis.

"Gak biasanya kalian mau ketemu Asya, bahkan dulu kalian jijik banget sama dia." ujar Alaska sambil terkekeh.

"Alaska!, apa salah Papa ingin bertemu putri Papa sendiri?!" ujar Prayoga. 

"Papa nggak salah mau ketemu Asya, tapi aku masih ragu aja." ujar Alaska.

"Papa, mau mendonorkan ginjal Papa untuk Arasya." ujar Prayoga.

Alaska menatap tak percaya ke arah Prayoga, sebenarnya ada apa dengan Papanya ini.

"Gak usah kasih harapan kalo nyatanya Papa lakuin itu semua supaya Al balik kayak dulu." balas Alaska.

"Papa lakuin itu semua karena Papa merasa bersalah sama Asya, Al!"

ARAGA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang