Hai hai balik lagi, sebelum baca jangan lupa pencet bintang yang ada di pojok kiri bawah ya, thank u❤️
Happy Reading!
☁️☁️☁️
Arasya menatap depan dengan tatapan kosong, sekali lagi saat ini ia sangat kecewa pada Arga, apakah ia salah besar sampai Arga berkata sekasar itu padanya.
Meskipun begitu Arasya masih tidak mengerti dengan dirinya mengapa ia masih saja sayang dengan Arga. Salahkan selama ini ia berharap terlalu jauh pada Arga setelah apa yang Arga lakukan padanya. Jujur ia sangat sedih atas semua perlakuan Arga kemarin.
"Arasya!" tegur bu Maya, membuat Amanda menatap Arasya yang masih tak bergeming di tempat.
"Sya!" bisik Amanda sambil menepuk sebelah pundaknya. Arasya mengerjap dan menatap sendu ke arah Amanda.
"Arasya, kamu daritadi tidak mendengarkan penjelasan saya!" tegur bu Maya membuat Arasya terdiam.
"Keluar!, kamu saya hukum bersihkan lapangan utama sampai jam pelajaran saya habis!" ujar bu Maya lagi membuat Arasya berdiri dari tempat duduknya.
"Baik bu, saya permisi," ujar Arasya membuat semua menatapnya aneh.
Setelah Arasya keluar Alex berdiri dan menghampiri bu Maya yang sedang mengecek jurnal yang ia bawa.
"Bu saya izin toilet," ujar Alex membuat bu Maya menatapnya.
"Silahkan." setelah itu Alex berjalan keluar dan berlari kecil menuju lapangan utama, yap dia berbohong pada bu Maya nyatanya ia ingin menemani Arasya yang sedang di hukum.
Alex menatap punggung Arasya dengan senyum kecil, sahabatnya ini sangat susah untuk di ajak berbagi kesedihan bersama, Alex tahu jelas alasan Arasya yang murung belakangan ini.
"Mau di bantuin gak?" ujar Alex membuat Arasya berbalik dan menatapnya.
"Tirex ngapain?" tanyanya balik.
"Ya mau bantuin lo lah," ujar Alex santai, sedetik setelahnya Alex merebut sapu yang berada di tangan Arasya dan mulai menyapu area lapangan.
"Eh Asya aja." senggahnya namun bukan Alex namanya jika mau mendengarkan perkataan Arasya.
"Lo duduk aja," ujar Alex. "Ini biar gue yang selesai-in."
"Gausah, mending Alex masuk daripada di omelin bu Maya," balas Arasya mencoba mengambil sapu itu dari tangan Alex.
Alex menatap Arasya yang masih mencoba untuk mengambil sapu yang ada di tangannya.
"Duduk!, lo gak boleh kecapean," ujarnya membuat Arasya merenggut malas.
"Asya, kalo lo sedih itu berbagi, jangan di pendem sendiri," ujar Alex tiba-tiba membuat Arasya diam. "Apa gunanya gue kalo gitu." lanjut Alex lagi.
"Alex ngomong apasih?!" ujar Arasya sebal, sejujurnya ia malas kalau harus membahas masalah itu lagi. Ia juga sudah mencoba menjauh perlahan dari Arga.
"Lo gabisa bohong Asya, gue tau banget lo kayak apa," balas Alex santai.
"Asya males bahas itu!" ujar Arasya membuat Alex tersenyum maklum.
"Yaudah, duduk gih ini biar gue aja." balas Alex.
☁️☁️☁️
"Wahh gabisa gitu anjir!" ujar Lucas marah pada Dimas. Dimas tertawa menatap Lucas.
"Lo harus ikhlas Cas inget!" balas Dimas membuat Lucas tak terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARAGA (END)
Teen Fiction"Kebahagiaan ataupun kesedihan itu semua hanya bersifat sementara." follow dulu yuk baru bacaa, jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan komen ya!