halo semua, apa kabarnya? semoga selalu baik ya!
mau ingetin aja sebelum baca jangan lupa pencet bintang yang ada di pojok kiri bawah, thank u!
Happy Reading!
☁️☁️☁️
Hari ini hari ke sekian Arasya di rumah sakit. Masih dengan keadaan yang sama, Arasya tidak ada peningkatan drastis. Semua sudah melakukan usaha yang sangat keras demi mendapatkam pendonor ginjal untuk Arasya.
Hari ini hari senin, mereka tidak menemani Arasya disana, jam menunjukkan pukul sepuluh pagi yang tandanya mereka sedang istirahat setelah berkutat dengan mata pelajaran yang baru saja mereka lalui.
Alaska dimana?, kalian sudah tahu mengenai Alaska yang memang sejak awal tidak satu sekolah dengan yang lain. Sebetulnya Alaska berniat untuk pindah satu sekolah dengan yang lain, tujuannya hanya satu, untuk mengawasi Arasya. Tapi setelah ia berfikir lagi Papanya bisa sangat murka bila ia pindah sekolah dengan alasan menjaga Arasya, meskipun ia tidak perduli dengan ancaman Papanya untuk dirinya, tapi ia sangat takut bila Papanya menyakiti Arasya lagi.
"Lo udah hubungin Alaska kalo kita mau cari donor buat Arasya pulang sekolah?" tanya Ardo pada Alex.
Alex mengangguk. "Udah, dia otw langsung nanti." balas Alex.
"Arga!" teriakan cempreng itu membuat mereka semua menatap sang pelaku. Zea. Masih ingatkah kalian pada Zea?
Arga berdecak melihat sosok yang tengah berjalan ke arahnya.
"Apa!" balas Arga ketus. Mereka menatap malas ke arah Zea yang sedang memasang senyum manis ke arah Arga.
"Pulang sekolah jalan-jalan yuk." ajaknya sambil memeluk sebelah lengan Arga.
"Ck!, lepas!" ujar Arga risih. Bukannya di lepas Zea justru mengeratkan genggaman tangannya.
"Ayolah, kamu udah lama gak ngabisin waktu sama aku!, kamu terlalu sibuk ngurusin mantan kamu itu." ujar Zea tak suka.
"Gue bilang lepas." ujar Arga dingin. Zea berdecak namun ia tetap melepas genggamannya pada Arga, daripada Arga mengamuk dan mengakibatkan dirinya malu di kantin.
"Kita jalan-jalan ya?" pinta Zea lagi.
"Mending lo pergi, gue pusing denger suara lo." ujar Alex membuat Zea menatap Alex dengan pandangan tak suka.
"Gausah ikut campur deh lo!" ujar Zea.
"Ze, apa lo gak capek ngejar-ngejar Arga mulu?, jelas-jelas dia terusik." ujar Amanda.
"Maksud lo apa ya?, gue yang ngejalanin jadi lo gak usah sok tau!" ujar Zea.
"Gue tau, tapi lo rela ngerendahin diri lo sendiri di depan banyak orang cuma karena Arga." balas Amanda. Zea menatap nyalang ke arah Amanda.
"Lo gausah belain sahabat lo, meskipun lo ngomong gitu gue gak akan ngelepas apa yang jadi milik gue." ujar Zea.
"Gue jadi kasian sama lo," ujar Rafael tiba-tiba. Zea menoleh bingung ke arah Rafael.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARAGA (END)
Teen Fiction"Kebahagiaan ataupun kesedihan itu semua hanya bersifat sementara." follow dulu yuk baru bacaa, jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan komen ya!