43. Two people in one person

307 27 5
                                    

vote dulu ayoo!

Happy Reading!

☁️☁️☁️

Arasya menatap keluar jendela dengan pandangan kosong, ia masih tidak percaya bahwa mobil kemarin adalah suruhan dari Zea, sebenarnya Arasya tidak mau langsung percaya begitu saja pada Bara.

Meski pada faktanya Bara adalah kakak dari seorang Zea, jelas Bara lebih tau bagaimana watak seorang Zea, tapi ia juga tidak mau percaya langsung 100% pada ucapan Bara.

Bagaimana pun juga ia tidak boleh menuduh tanpa bukti.

"Udah lama?" Arasya menoleh dan sedikit tersenyum kecil lalu menggeleng.

"Belum," balasnya.

"Ada apa lo ngajak ketemuan?" tanya Zea dengan tatapan ke arah buku menu.

"Gue mau tanya sesuatu sama lo." balas Arasya. Zea menghentikan gerakannya lalu terkekeh.

"Soal?"

"Mobil yang tabrak Arga." ujar Arasya ragu. Zea yang mendengar itu terbahak di buatnya membuat Arasya terheran.

"Bara?" balas Zea membuat Arasya terdiam.

"Gue gak mau asal nuduh, makanya gue langsung tanya ke lo," ujar Arasya.

"Ya lo gak salah, apa yang lo denger itu... BENER!" balas Zea sambil tertawa keras, mengapa raut wajah Zea terlihat bahagia, padahal biasanya orang yang berada di posisinya akan merasa gugup dan bingung harus menjawab apa.

"Lo sadar apa yang lo lakuin salah?" tanya Arasya.

Zea menaikkan kedua alisnya sambil tersenyum miring.

"Harusnya lo yang mati, harusnya Arga milik gue, harusnya lo hidup menderita!" balas Zea sambil tertawa.

"Ze, sejauh apapun usaha lo itu gak akan pernah bisa bikin Arga balik lagi ke lo!" balas Arasya.

"Kata siapa?!, gue bisa rebut dia dari lo!, gausah seneng karna lo menang sekarang!"

"Sadar posisi!, lo yang dulu ninggalin dia, jangan mimpi Arga bakal balik lagi ke lo!"

Zea terkekeh mendengar penuturan Arasya.

"GUE YANG LEBIH PANTES BUAT ARGA!, LO CUMA NYUSAHIN ARGA, PENYAKITAN!" Arasya terhenyak mendengarnya, Arasya menatap sekeliling semua pengunjung cafe menatap ke arah mereka.

"Cara lo murahan buat dapetin Arga!, lo fikir gue sebodoh itu buat lepasin Arga?" balas Arasya, meski sejujurnya ia tidak seberani itu untuk melawan dan tangannya sudah gemetar menahan takut.

"DASAR ANAK PEMBUNUH!"

Detik itu juga air matanya menetes mendengarnya, Arasya merasakan sesak karena ucapan Zea. Pengunjung cafe sudah berbisik melihat keributan mereka berdua.

"Jaga mulut lo!, itu kecelakaan, Papa gue bukan pembunuh!" teriak Arasya.

Zea terkekeh mengejek.

"Itu semua fakta, dan lo harus bayar semua perbuatan bokap lo!"

"PAPA GUE BUKAN PEMBUNUH!" balas Arasya berteriak.

Zea diam lalu tertawa dan melirik vas bunga kecil yang berada di meja, dengan cepat ia meraih vas tersebut dan mengarahkannya pada Arasya.

Arasya dengan sigap menghalangi kepalanya dengan sebelah tangan, pengunjung cafe yang menyaksikan itu lantas berdiri kaget melihat tindakan Zea.

prang

ARAGA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang