22. Peringatan Alex

296 27 2
                                    

hai sebelum baca jgn lupa pencet bintang yang ada di pojok kiri bawah ya, thank u!

Happy Reading!

☁️☁️☁️

Arasya sedang bersama dengan Amanda, Lola, dan Syifa di ruang tamu rumahnya, jujur Arasya tak habis fikir dengan jalan fikiraannya Arga, kenapa ia lebih percaya dengan Zea di bandingkan dirinya?

"Maksudnya gimana sih Sya?, bener lo kunciin si Zea?" tanya Syifa pelan agar tak menyinggung perasaan Arasya.

"Lo tuh gimana si, gue udah bilang Zea sama Keysa itu sekongkol buat jebak Arasya." jelas Amanda tak sabar, ia bingung dengan Syifa sudah di jelasin masih saja tak mengerti juga.

"Lagian Arasya gak mungkin ngelakuin itu juga." sambung Lola. Arasya hanya diam menatap kosong televisi yang sedang menyala di depannya.

"Gue gak mungkin se jahat itu lo semua tau pasti." ujarnya lemas.

"Sebelum kejadian itu gue ketemuan sama Zea di taman Ros, dia nyuruh gue buat jauhin Arga," jelas Arasya.

"Gila ya tuh orang!" ujar Amanda emosi, jelas ia sangat marah apalagi setelah mengetahui respon Arga yang sebenarnya.

Tanpa ingin tahu penjelasan dari Arasya, Arga malah menyimpulkan bahwa disinilah Arasya yang bersalah, sahabat mana yang tidak marah jika sahabatnya di fitnah.

"Jelas gue gamau jauhin Arga, karna dia pacar gue dan Zea gak punya hak untuk nyuruh gue jauhin Arga." sambungnya.

Tak terasa Arasya kembali menangis ketika mengingat tuduhan yang Arga berikan kepadanya tadi.

"Udah Sya jangan nangis lagi, mending sekarang lo istirahat aja." ujar Lola.

"Iya Sya biar besok lo fit lagi." ujar Syifa.

"Mending sekarang lo ke kamar, jangan terlalu di pikirin Sya." ujar Amanda setelah itu Arasya mengangguk dan berjaan menuju kamarnya.

☁️☁️☁️

Arasya berjalan di koridor dengan lemas, mata yang sedikit sembab, hidung yang memerah dan penampilan yang agak urakan membuat siapapun mengira itu bukan dirinya.

Setelah sampai di kelas ia segera duduk di kursinya dan menelungkupkan wajahnya di belahan tangannya yang ia tekuk.

Saat ini moodnya sedang tidak bagus, ia juga berangkat naik bus bukan bersama Arga seperti biasanya, jujur ia kesepian. Arga benar benar tidak menjemputnya seperti biasa.

"Selamat pagi Asya sayang." sapa Alex yang baru memasuki kelas. Arasya mengangkat wajahnya membuat Alex kaget melihat wajah Arasya.

"Asya lo habis nangis?!" tanya Alex, Alex segera duduk di bangku sebelah Arasya yang masih kosong.

"Kenapa?, ngomong sama gue!, karna Arga?" tanya Alex tapi Arasya tak kunjung mengucapkan sesuatu.

"Lo diem berarti jawabannya iya!" ujar Alex, memang Alex belum mengetahui tentang masalah kemarin makanya ia merasa heran dengan Arasya.

Alex bangkit dan ingin berjalan menuju kelas Arga, namun dengan cepat Arasya menarik pergelangan tangan Alex.

"Gausah, Asya gapapa." ujar Arasya.

"Gapapa gimana!, lo lagi ada masalah?, cerita sama gue!" balas Arasya.

"Jawab Asya!" lanjutnya membuat Arasya menghela napas pelan lalu menceritakan yang sebenarnya. Alex mengeraskan rahangnya, sungguh saat ini ingin sekali rasanya Alex membogem Arga, sayangnya Arasya menahannya.

ARAGA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang