42. Reason

307 26 4
                                    

Happy Reading!

☁️☁️☁️

Kamar rawat Arga pagi ini kedatangan satu tamu, membuat Arga bingung dengan tingkah tamunya itu, ini masih pagi baru jam 10 pagi tapi entah ada keperluan apa tiba-tiba Bara datang.

Arasya yang kebetulan ada di situ juga sama kagetnya, sebab Arga dan Bara memiliki tingkat gengsi yang tinggi jadi mana mungkin bila tidak ada keperluan Bara datang dengan sendirinya.

Seperti sekarang mereka sama-sama terdiam dan tidak ada yang mau membuka suara, apalagi Arga yang membuang mukanya ke arah lain melihat Bara yang masih terdiam di sofa.

Arasya menghela napas jengah, kelakuan mereka mirip dengan anak sd yang sedang marahan, toh untuk apa Bara datang jika hanya berujung diam.

"Kalian tuh jangan kayak anak kecil, kalo ada yang perlu di omongin ya omongin jangan diem aja!" ujar Arasya kesal sendiri melihat interaksi keduanya yang seperti patung.

Bara berdeham memecah keheningan dan menatap Arasya yang sedang memainkan ponselnya.

"Ada yang mau gue omongin, Sya." perkataan Bara berhasil membuat Arga mendelik penasaran, kenapa kalo ada urusan dengan Arasya malah datang ke kamar rawatnya coba?, kenapa gak telpon aja kalo gini kan dia emosi sendiri liat interaksi mereka berdua.

"Ada apa?" tanya Arasya.

Arga berdeham membuat Bara menoleh ke arahnya.

"Lo ada urusan sama Ara apa sama gue si?!" tanyanya kesal, sebenarnya dari raut wajah saja sudah ketahuan bahwa Arga menahan gengsinya yang tinggi untuk berbicara dengan Bara, Arasya mendengus malas melihatnya.

Bara menggaruk tengkuknya yang tak gatal, tiba-tiba lupa dengan tujuan awalnya kesini untuk apa.

"Sama lo berdua. Ini soal Zea," balas Bara.

Arga dan Arasya menoleh ke arah Bara yang tengah menunduk.

"Gue gak tau harus mulai dari mana, sebelumnya gue mau minta maaf karena mobil yang mau nabrak Asya kemarin itu suruhan Zea," jelasnya membuat mereka berdua tersentak yang percaya.

"Lo tau dari mana?!, apa lo juga ikut andil dalam masalah ini?!" ujar Arga yang sudah emosi.

Bara diam tak bergeming, apa yang selanjutnya ia katakan?, terlalu banyak yang ia sembunyikan dari sahabatnya dulu sehingga ia bingung harus mengungkapnya dari mana sekarang.

"Jawab gue!" bentak Arga.

"Awalnya iya gue ikut dalam rencana Zea---"

"BAJINGAN!, lo pikir nyawa Ara mainan lo berdua hah?!" ujar Arga yang sudah emosi. Bara memejamkan matanya bingung.

"Dengerin gue dulu, please." balas Bara.

"Lo sadar kan dulu apa yang lo lakuin?!, sekarang lo mau ulang kejadian itu?!" ujar Arga.

"Ar--"

"Lo!--"

"Arga mending kita dengerin dulu penjelasan Bara." ujar Arasya menenangkan Arga. Arga diam dan kemudian menatap Bara meminta penjelasan.

"Dulu lo cuma salah paham, gue gak ada hubungan apapun sama Zea, gue kakak tiri Zea," ujar Bara lirih, Arasya membelakkan mata tak percaya.

"Gausah bercanda, jelas-jelas kalian berdua ngehianatin gue!" Arga terkekeh sinis.

Bara menghela napas, ia harus sabar karena siapapun yang mendengar ceritanya pasti akan bereaksi sama seperti Arga.

"Gue gak bercanda, gue cuma anak panti yang di asuh keluarga mereka. Sejak gue di asuh, Zea emang pernah suka ke gue, tapi gue gak bego dan sadar posisi gue itu kakaknya meskipun cuma tiri."

ARAGA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang