26. Zea atau Arasya?!

381 27 5
                                    

Hallo Aragars! apa kabar? semoga selalu baik ya.

sebelum baca jangan lupa pencet bintang yang ada di pojok kiri bawah okey, thank u!

Happy Reading!

☁️☁️☁️

Arasya tersenyum melihat Andin yang sedang mencuci piring, meskipun Arasya sudah menawarkan diri untuk membantu namun Andin bersikeras melarang Arasya untuk membantunya.

"Sini aku yang taro di tempatnya," ujar Arasya membuat Andin terkekeh.

"Kamu duduk aja sayang, atau kamu sama Alex aja sana," balas Andin, Arasya cemberut mendengar balasan Andin, bundanya yang satu ini terlalu memanjakannya, padahal bagi Arasya ini adalah kewajibannya untuk membantu, lagi pula ia sudah terbiasa bukan.

"Bunda, aku mau bantu, lagian bunda gak boleh terlalu capek." ujar Arasya lagi.

"Asya justru kamu yang gak boleh terlalu capek, inget minggu depan kamu kontrol lagi bukan?, nanti kalo bunda sempat bunda temenin kamu," balas Andin membuat Arasya tersenyum tipis.

"Bunda harus ikut, temenin aku kontrol," ujar Arasya.

"Nanti bunda liat bisa atau nggak ya,"

Alex mengacak rambut Arasya gemas membuat sang empu sedikit mendengus sebal.

"Apasih!, dateng dateng ribet!" ujar Arasya kesal.

"Lo ngapain disini, duduk sana biar gue ambil cemilan dulu ntar gue nyusul," ujar Alex sambil berjalan ke arah kulkas.

Alex adalah anak satu satunya di keluarga Arsenio, maka dari itu Andin sangat senang saat Arasya berkunjung karena Andin sudah menganggap Arasya sebagai anak perempuannya.

Jadi saat semua orang mengatakan bahwa persahabatan Alex dan Arasya sudah lebih dari sekedar sahabat saja itu salah besar, sebab di antara keduanya saling menyayangi layaknya kakak adik bukan pacar. Sudah jelas bukan, mereka memang bersahabat sejak kecil jelas mereka sangat dekat seperti seorang kekasih.

Tak salah memang bahwa semua orang beropini bahwa mereka sudah lebih dari sepasang sahabat, karena pada faktanya mereka memang seperti sepasang kekasih. Namun Arasya dan Alex sama sekali tidak perduli pada opini orang toh itu hak mereka untuk berkomentar yang jelas ia dan Alex memang hanya sahabat.

"Gamau orang Asya lagi liat bunda," ujarnya. Alex menoleh ke arah Arasya lalu menatapnya beberapa detik, ia berjalan membawa sekotak susu coklat kesukaan Arasya membuat Arasya tersenyum senang.

"Minum nih," titah Alex lalu ia ikut berdiri melihat sang bunda yang masih mengelap beberapa piring lagi.

"Alex kan gak terlalu suka susu coklat ko di kulkas banyak banget si?" tanyanya pada Alex, Alex yang sedang melihat bundanya melirik ke arah samping sedikit menunduk karena tinggi Arasya kurang dari bahunya.

"Buat lo doang itu." balasnya. Arasya terkekeh dan mencoba merangkul Alex dengan kaki yang berjinjit. Alex tertawa melihat Arasya.

"Minum susu yang banyak biar tinggi!" ejeknya sambil merangkul Arasya. Arasya yang merasa terhina mencubit Alex dan memelototinya membuat Alex terbahak.

☁️☁️☁️

Arasya, Amanda, Lola, dan Syifa sedang berjalan di koridor yang lumayan ramai, yap kalian pasti tau jam berapa koridor sangat padat dan juga sesak, pasti jawabannya adalah jam sepuluh dimana semua murid sedang beristirahat.

"Gilaa cacing gue udah demo woy minggir minggir!" ujar Amanda heboh membuat beberapa orang menyingkir.

"Sama cacing di perut gue juga udah minta di kasih makan!" ujar Lola, Syifa yang mendengar itu mengerutkan dahi bingung.

"Lo berdua melihara cacingan sejak kapan?!" tanyanya kaget membuat Amanda, Arasya dan Lola terdiam sebentar. Arasya tertawa mendengarnya, Syifa ini memang sedikit lemot anaknya.

"Itu perumpamaan doang Syif," jelas Arasya sedangkan Lola dan Amanda hanya diam sebab jika mereka menjawab Syifa akan semakin banyak tanya dan berujung Lola dan Amanda yang darah tinggi menghadapi kelemotan Syifa.

"Ohh gue kira kalian berdua beneran cacingan kan jorok." ujar Syifa sambil terkekeh membuat ketiga temannya geleng-geleng pusing.

"Yakali aja Syif gue melihara cacing, lo gak liat badan gue udah kurus kering begini!, yang ada gapunya daging gue tulang doang!" ujar Amanda mulai kesal dengan kepolosan Syifa. Lola tertawa keras membuat ketiganya menatap dirinya penuh tanda tanya.

"Anjir lo kesurupan La!" ujar Amanda membuat Lola menggeleng sambil menahan tawa.

"Gue ngebayangin lo tulang doang anjir!" ujarnya pada Amanda membuat Arasya dan Syifa ikut tertawa, sedangkan Amanda sudah kesal setengah mati.

Arasya menoleh ke arah pintu masuk kantin, senyumnya seketika memudar ketika melihat Arga yang sedang berjalan bersama Zea, ia tersenyum miris.

Baru kemarin ia merasakan senang karena sifat Arga kembali seperti semula padanya meskipun belum sepenuhnya, dan sekarang kesenangan itu telah hilang kembali, seolah kesenangan itu hanya bonus untuknya agar tersenyum meskipun hanya satu hari.

Amanda yang melihat perubahan raut wajah Arasya segera mengikuti pandangan Arasya. Amanda mengepalkan tangannya marah, ia bangkit dan berjalan menuju meja tempat Zea dan Arga.

"LO!" tunjuknya pada Arga.

"Brengsek banget ya lo!, kemaren lo ngapain baik baikin Arasya kalo sekarang lo sakitin dia lagi!" ujar Amanda marah membuat Lola, Arasya, dan Syifa ikut menahannya.

"Lepas!, lo lagi murah banget lo mau maunya jalan sama cowo yang udah punya cewe!" ujarnya sambil melirik Zea jijik.

"Apa urusannya sama lo!" balas Zea tak mau kalah.

"Oh jelas urusan ini urusan gue juga! sampah kayak lo harus di buang jauh jauh, dasar perusak!" Amanda berdecih jijik.

"Manda udah!" teriak Arasya. Seakan tuli Amanda tak mau berhenti berdebat dengan Zea. Kantin berubah ricuh saat ini, Arasya bingung harus apa.

"Dan lo," Amanda menatap Arga sengit.

"Lo pilih Zea atau Arasya?!" ujar Amanda lagi membuat suasana makin ricuh.

"Lo gak berhak ngatur gue," kini Arga membuka suara. Arga sedikit melirik Arasya yang sudah menangis bingung.

"Lo perlu gue beliin kaca yang gede ha!, lo ngaca harusnya salah lo apa gue gak mungkin ngatur lo kalo gak ada sebab yang jelas! Arasya itu udah gue anggap sodara gue dan lo dengan mudah bikin dia nangis?!" ujar Amanda menggebu gebu.

"Udah Man udah!" Arasya menarik Amanda yang sedang marah besar.

"Lo tanya salah sahabat lo itu apa!, jangan lo malah nyalahin Arga!" ujar Zea. Lola mulai tersulut emosi ketika dengan mudahnya Zea mengungkit masalah yang memang bukan salah Arasya.

"Hello!, gasalah ngomong lo?, dasar wanita ular bisa banget lo memutar balikan fakta!" ujar Lola mulai enek melihat tingkah menjijikan Zea.

"ADA APAAN NI BUBAR BUBAR!" ujar Dimas dan yang lain yang baru saja memasuki kantin.

☁️☁️☁️

heyyo heyyo jangan lupa vote komennya ya, thank u!❤️





ARAGA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang