Akhirnya aku up yang ini :')
Udah ada pencerahan setelah menghadapi berbagai macam tugas dan cobaan hehe :vSudah seminggu tidak ada kasus yang masuk. Membuat para pengacara dan paralegal seperti tidak ada gunanya datang ke kantor.
"Kapan kita ke lapangan lagi!?" Teriak Lucas yang sedaritadi gabut sambil melipat-lipat kertas hvs dan dijadikan pesawat, lalu diterbangkan kemana saja.
"Lucas! Ini jadi berantakan!" Kata Renjun dengan kesal. Ia sedikit terganggu dengan pesawat kertas yang sedaritadi beterbangan melewati matanya.
"Aku bosan, Jun. Makanya gini." Kata Lucas. Sekarang ia melipat kertas itu menjadi sebuah shuriken dan kembali melemparkannya ke sembarang arah.
"Aduh!"
Salah satu shuriken itu mengenai kepala Haechan. "Lucas!" Haechan mengambil shuriken itu dan melemparkan kembali ke Lucas.
Mark baru saja datang dan mengerutkan keningnya bingung kala banyak sekali kertas berceceran. "Ada apa ini?" Tanyanya.
"Tuh, kelakuan temanmu." Kata Renjun.
Mark berjalan ke mejanya dan membereskan sampah kertas yang dihasilkan oleh Lucas.
"Pagi, semuanya!" Hendery datang sambil membawa 2 kotak bekal yang cukup besar.
"Kau makan porsi kuli sekali, Dery." Kata Winwin saat melihat kotak bekal Hendery.
"Hehe aku tidak tahu. Dejun membuatkan banyak sekali makanan, katanya untuk kalian juga." Kata Hendery.
"Bagus, kebetulan aku lapar." Kata Lucas sambil mendekati Hendery.
"Ini buat nanti!" Kata Hendery sambil melindungi kotak bekalnya.
"Hai, kalian!"
Jungwoo datang sedikit berlari masuk ke kantor. "Kenapa kau berlari, Woo?" Tanya Haechan.
"Ada... Ada berita!" Kata Jungwoo setelah berhasil menarik nafas.
"Berita apa nih?" Tanya Renjun.
"Tadi aku melihat Hakim Oh berjalan bersama Tuan Seo!"
Mark menoleh. "Hakim Oh?" Tanya Mark.
Jungwoo mengangguk. "Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan, tapi terlihat serius." Kata Jungwoo.
"Waah.. apa akan ada sebuah kasus hari ini?" Tebak Winwin dengan semangat.
"Akhirnya ada pekerjaan!" Kata Lucas dengan senang.
"Memang kau yakin kasusnya untuk kita?" Tanya Mark.
"Mark! Jangan patahkan semangat begitu!" Haechan memukul pundak Mark.
"Permisi, gais!"
Jeno tiba-tiba datang sambil membawa beberapa berkas. "Ada apa, Jen?" Tanya Hendery.
"Aku mau kasih tahu kalau Tuan Seo memanggil kalian." Kata Jeno. "Bye!" Dan ia pun pergi ke ruangannya.
"Yes, kasus!"
💮💮💮
3 pengacara dan 4 paralegal itu sudah berada di ruangan Johnny. Disana juga ada Hakim Oh.
"Ada apa anda memanggil kami, Tuan Seo?" Tanya Haechan sebagai perwakilan.
"Izinkan saya yang menjelaskan." Sehun berdiri dari duduknya. Ia mengeluarkan sebuah lembar foto dan menunjukkannya pada mereka.
"Ini adalah lukisan milikku. Tournesols karya Vincent van Gogh." Kata Sehun.
"Wah... Anda memiliki lukisan ini?" Tanya Renjun yang terpesona sambil menatap potret itu.
"Ya. Saya baru membelinya dari pelelangan seminggu yang lalu." Kata Sehun. "Tapi, lukisan ini dicuri."
"Dicuri!?" Pekik Lucas.
Sehun mengangguk. "Ya. Di ruangan lukisan ini, ada sebuah surat yang tidak aku mengerti." Kata Sehun.
"Boleh saya lihat suratnya?" Tanya Mark.
Sehun mengeluarkan sebuah amplop dan memberikannya pada Mark. Segera Mark buka amplop itu dan membaca isinya.
'II. Sungai T.'
💮💮💮
Hari sudah mulai sore, mereka masih berpikir dimana lokasi sungai T ini?
"Sungai yang awalannya T dimana saja sih?" Tanya Renjun.
"Sungai Tancheon? Sungai Taehwa?" Kata Jungwoo sedikit ragu.
"Dua sungai itu ada dimana?" Tanya Mark.
"Dikatakan disini Sungai Tancheon dimulai di kota Yongin di Gyeonggi-do dan mengalir melalui Seongnam dan kemudian antara distrik Songpa-gu dan Gangnam-gu di Seoul sebelum masuk mengalir ke Sungai Han." Kata Hendery sambil mengutak-atik laptopnya.
"Lanjut, Sungai Taehwa berada di Ulsan yang mengalir ke Laut Jepang." Tambah Hendery.
Haechan melirik surat tadi. "Sungai T... Ada dua begini. Apa kita pergi kedua tempat itu saja?" Tanya Haechan.
"Itu akan memakan banyak waktu." Kata Mark. "Kita harus memilih salah satu." Lanjutnya.
"Lalu, bagaimana ini?" Tanya Winwin bingung.
"Sungai... Sungai... Oh!" Renjun menepuk tangan sekali.
"Kenapa, Jun?" Tanya Jungwoo.
"Aku ingat! Entah ini berguna atau tidak sih, tapi seingatku Tuan Oh pernah berkunjung ke Ulsan bersamaku sekitar 1 tahun yang lalu." Kata Renjun.
"Ulsan? Apa ke Sungai Taehwa?" Tanya Mark.
Renjun menggeleng. "Tidak, kami tidak pergi ke sungai itu, cuma tempat kasus waktu itu dekat sungai." Kata Renjun.
"Baiklah, sepertinya besok kita akan ke Ulsan." Kata Mark sambil tersenyum tipis.
"Kenapa kau yakin sekali kita harus ke Ulsan?" Tanya Haechan.
Mark melirik Haechan. "Dari analisisku, jika kita ke Sungai Tancheon, itu sedikit memakan waktu lama karena sungai itu mengalir ke beberapa tempat. Sementara Sungai Taehwa hanya berada di Ulsan." Kata Mark.
"Dan tadi Renjun bilang mereka pernah kesana, kemungkinan si pencuri itupun kenal dengan Tuan Oh dan tahu beberapa spot yang pernah didatangi oleh Tuan Oh."
"Memang Tuan Oh tidak pernah ke Yongin atau Gangnam?" Tanya Haechan.
"Seingatku rumah Tuan Oh ada di Gangnam. Jadi, mana mungkin si pencuri ada disekitar sana." Kata Renjun.
Mark terkekeh. "Dengar, adikku?"
Haechan menggeram kesal dan membuang muka.
"Keputusan akhir, besok jam 9, kita pergi ke Ulsan."
Bersambung...
Hai hai haii
Kangen buna gak?
Hehe maaf baru up yaa :"Makasih udah baca ^^
Jangan lupa vomment nya ^^
Maaf kalau ada typo :'v
Sampai jumpa~
KAMU SEDANG MEMBACA
99,9% truth from a lawyer
FanfictionHanya menceritakan kisah kisah para pengacara saat menghadapi kasus Warn! BxB Bahasa semi baku Kalo gak nyaman, jangan dibuka ;) Selamat menikmati~