Esok harinya, para pengacara dan paralegal sudah tiba di Seoul. Mereka langsung beristirahat di rumah masing-masing.
Mark yang baru saja sampai di kedai, langsung disambut senang oleh Taeil dan Doyoung.
"Mark, bagaimana di Busan? Apa kalian menemukan sesuatu?" Tanya Doyoung sambil menuntun Mark untuk duduk.
"Iya. Kami tahu jika gantungan kunci yang berada di TKP berasal dari tempat wisata disana." Jawab Mark senang.
"Benarkah? Bagaimana bentuk gantungan kunci itu?" Tanya Taeil yang meminta bantuan Kun untuk menaruh tas Mark di kamarnya.
"Bentuknya lumba-lumba. Seperti ini." Mark menunjukkan gantungan kunci itu.
"Lho? Rasanya ini mirip dengan milik Ilhwa." Ucap Doyoung sambil memegang gantungan kunci itu.
"Benar. Aku pernah melihat Ilhwa memakai gantungan ini di tas kecil miliknya." Ucap Taeil sambil memperhatikan gantungan kunci itu.
"Benarkah? Apa Appa dan Eomma pernah ke Busan?" Tanya Mark.
"Hmm aku tidak terlalu ingat. Tapi, Ilhwa pernah pergi selama seminggu dan kembali dengan gantungan itu." Ucap Taeil.
"Eomma pergi tanpa Appa?" Tanya Mark.
"Sepertinya iya. Soalnya dulu Hyungmin tidak pernah izin selama seminggu."
💮💮💮
"Haechan? Kau sudah pulang, nak?"
Ilhwa menyambut Haechan senang. Ia membantu Haechan membawa kopernya menuju kamar.
"Iya, Eomma." Jawab Haechan sambil tersenyum.
"Eomma sudah menyiapkan makan siang untukmu. Sebaiknya kau mandi dulu." Ucap Ilhwa.
Haechan mengangguk dan berjalan menuju kamar mandi.
Segera ia melepas semua pakaiannya dan menyalakan shower.
"Mark menyebalkan!" Geram Haechan.
Bagaimana ia tidak kesal? Mark terus menerus menempelinya dari Busan sampai Seoul.
Padahal ia mencoba melupakan perasaannya pada Mark karena mereka adalah saudara, tapi Mark seolah tak peduli.
"Argh! Kesal!"
Haechan menyelesaikan acara mandinya. Ia masuk kamar dan langsung memakai bajunya.
Setelah rapi, ia mengambil handphone nya. Ada notifikasi dari Mark.
💮💮💮
Haechan sudah berada di taman kota. Mark memintanya kemari. Tapi, sudah 10 menit ia menunggu, Mark belum juga datang.
"Kemana sih? Kok lama?" Gerutu Haechan sambil menatap handphone nya. Ia duduk di kursi taman karena lelah berdiri.
Grep!
Tiba-tiba seseorang menutup mata Haechan. Karena kaget, Haechan langsung memutar tangannya ke belakang dan memukul orang di belakangnya.
"Argh!"
Haechan menyingkirkan tangan itu dan berbalik kebelakang.
"Mark?!"
Haechan terkejut melihat Mark yang menutup hidungnya. "Apa-apaan kau ini?! Menutup mataku seenaknya!" Haechan memarahi Mark.
KAMU SEDANG MEMBACA
99,9% truth from a lawyer
FanfictionHanya menceritakan kisah kisah para pengacara saat menghadapi kasus Warn! BxB Bahasa semi baku Kalo gak nyaman, jangan dibuka ;) Selamat menikmati~