Haechan sedang menonton tv di ruang keluarga. Kebetulan ia dikasih libur oleh Johnny, makanya ia gunakan untuk bersantai di rumah.
"Haechan."
Haechan menoleh dan mendapati Ilhwa yang sudah rapi dengan koper di tangannya. "Eomma mau kemana?" Tanya Haechan penasaran.
Jarang sekali ibu tirinya pergi jauh.
"Eomma mau ke Jeju untuk 3 hari. Nenekmu disana sedang sakit." Ilhwa menyiapkan paspornya. "Jaga rumah baik-baik, ya. Sampai jumpa."
Ilhwa pun keluar rumah dan berjalan menuju taksi yang sudah ia pesan.
Setelah memastikan ibunya sudah jauh, Haechan langsung berlari menuju kamar ibunya.
Kamar yang rapi tanpa mengenal kotor. Ibunya memang cinta kebersihan.
"Maaf, Eomma. Tapi, ini demi kebaikan Mark."
Haechan menggeledah seisi ruangan itu dengan seksama. Mungkin saja ia menemukan sesuatu yang menarik.
💮💮💮
Mark sedang membantu Taeil di kedai. Doyoung pergi untuk berbelanja bahan makanan karena kemarin Kun lupa belanja.
"Kun hyung, ini untuk meja nomor 7 itu." Kata Mark sambil memberikan senampan makanan.
"Terima kasih, Mark." Kun langsung menghampiri meja nomor 7 itu.
"Mark, tolong buatkan pesanan ini." Taeil datang sambil memberi kertas pesanan kepada Mark.
"Baik." Mark langsung memasak.
"Maaf, aku lama." Doyoung datang dan langsung berlari ke dapur.
"Sini, biar Ahjumma yaang masak. Kau istirahat dulu." Doyoung mengambil alih tugas Mark.
"Terima kasih, Ahjumma." Mark berjalan menuju pojok dapur. Ia duduk di kursi sambil mengipas wajahnya.
Padahal ia hanya memasak, bukan berlari.
"Mark, ada yang mencarimu." Kun muncul dari balik jendela yang tembus ke dapur.
"Siapa?" Mark lekas cuci tangan dan mengelapnya pada lap.
"Adikmu." Kata Kun dengan senyum untuk menggoda Mark.
"Adik?" Mark berpikir. "Oh Haechan?" Mark langsung bangkit dan berjalan keluar dapur.
Dapat ia lihat Haechan yang sedang berbincang dengan Doyoung di meja sedikit pojok.
"Haechan? Ahjumma?" Sapa Mark.
Doyoung pamit untuk mengantar pesanan lain. Mark langsung duduk di kursi seberang Haechan.
"Ada apa mencariku, Chan?" Tanya Mark penasaran.
"Ini soal Eomma." Haechan mengubek tas kecil yang ia bawa. "Ini."
Haechan menunjukkan sebuah anting cantik dengan hiasan mawar putih.
💮💮💮
Mark sudah meminta rekan kerjanya untuk datang ke kedai.
"Anting ini mirip." Lucas menyandingkan 2 anting itu. "Jangan-jangan Eomma kalian?!" Pekik Lucas pelan.
"Bisa kau bereaksi biasa saja?" Gerutu Renjun.
"Jika benar ini anting milik Eomma kalian, apa motif beliau membunuh korban?" Tanya Renjun.
"Belum diketahui pasti. Tapi, aku yakin kita akan tau segera dari mulutnya itu." Kata Mark sok misterius.
"Kau ini kenapa, Mark?" Jungwoo mulai merasa pengacara jenius di depannya ini mulai gila.
"Kita harus menjebak Eomma kalian." Usul Winwin. "Kita coba mengajaknya ke lokasi kejadian. Bagaimana reaksinya. Jika ada tanda kecurigaan, kemungkinan ia yang melakukan."
"Tapi, bagaimana kita bisa membawanya kesana?" Tanya Hendery.
"Ah! Aku tahu!" Seketika mereka langsung menatap Hendery.
💮💮💮
"Begitu rencananya."
Mereka selesai menyimak rencana yang dibuat oleh Hendery. "Apa itu akan berhasil?" Tanya Haechan.
"Tentu saja. Kau hanya perlu melakukannya senatural mungkin." Kata Hendery penuh keyakinan.
"Baiklah, kapan rencananya akan dilakukan?" Tanya Mark.
"Eomma akan pulang 3 hari lagi dari Jeju. Apa hari itu saja?" Tanya Haechan.
"Kasian jika ia langsung diajak pergi kala baru pulang." Kata Jungwoo yang diangguki oleh Winwin.
"Besoknya saja. Jadi, dia tidak terlalu memikirkan hal aneh." Kata Winwin.
"Benar. Aku dan Lucas akan siap sebelum kalian datang." Kata Renjun bersemangat.
"Kau semangat sekali." Kata Lucas sambil menatap heran kepada Renjun.
"Memang kenapa? Gak boleh aku semangat?!" Renjun emosi. Lucas hanya menggeleng keras sambil melambaikan tangannya.
"Okay. Semua sudah siap dan kita harus melakukannya dengan baik." Kata Mark penuh intruksi.
"Siap!"
Setelah diskusi berat itu, mereka menyantap makanan yang mereka pesan, kecuali Mark yang langsung bekerja kembali.
💮💮💮
Setelah paralegal pulang, Jeno dan Jaemin datang ke kedai Taeil. Mereka diberitahu oleh Renjun lokasinya.
"Waah kedai ini cukup nyaman!" Kata Jaemin sambil melihat sekeliling.
"Lho? Ada Jeno dan Jaemin." Mark baru saja datang dan langsung bersiap menulis pesanan. "Mau pesan apa?"
"Emm aku hanya mau bulgogi saja dengan milkshake coklat." Kata Jaemin.
"Samakan saja dengan Nana." Timpal Jeno.
"Baiklah. Pesanan akan segera datang." Mark pun berlalu menuju dapur.
"Hei, Chan." Panggil Renjun.
"Apa?" Tanya Haechan.
"Gimana hubunganmu dengan Mark sekarang? Apa masih kakak-adek zone?" Tanya Renjun dengan gamblang.
Jaemin menepuk tangan Renjun. "Njun, kau itu apa-apaan sih." Tegur Jaemin.
"Tak apa, Na. Ya, seperti itu. Dia masih menganggapku 'adik'nya." Balas Haechan.
"Kalian itu membuat suasana semakin runyam saja. Jika saling suka nyatakan saja. Gemas aku." Sahut Jeno sambil menopang dagu di meja.
"Tidak semudah itu, tahu! Status kami yang adik-kakak ini membuat semuanya serba salah."
Bersambung...
Hai hai
Masih ada yang nunggu?
Apa kalian gak bosen sama ceritanya? :(
Mana momment markhyuck nya dikit kali :(
Hiks maaf gaes aku terlalu fokus sama kasusnya :(
Sampai lupa kalo ini ff markhyuck :'(
Makasih udah baca^^
Jangan lupa vomment nya^^
Maaf kalo ada typo :'v
Sampai jumpa~
KAMU SEDANG MEMBACA
99,9% truth from a lawyer
FanfictionHanya menceritakan kisah kisah para pengacara saat menghadapi kasus Warn! BxB Bahasa semi baku Kalo gak nyaman, jangan dibuka ;) Selamat menikmati~