📸 Case 4.7

1.2K 181 3
                                    

Esok harinya, Haechan sudah berada di kantor, yang lain belum datang. Wajar saja, ini masih jam 7 pagi.

Haechan duduk di mejanya dan merenungkan percakapannya dengan Taeil malam itu.

Flashback

"Eomma dan Samchon bertengkar soal Appa?" Tanya Haechan.

"Iya." Taeil mengangguk.

"Kenapa bisa?" Tanya Haechan.

"Saat itu, Ilhwa pulang dari acara bersama temannya ke Busan. Dia diantar oleh seorang namja. Saat aku bertanya, dia menjawab jika itu adalah Lee Kwangmin."

Haechan sedikit terkejut. "Kok bisa? Kapan itu terjadi?!" Tanya Haechan.

"Sekitar beberapa hari sebelum kasus Hyungmin." Jawab Taeil.

"Maaf jika ini sedikit menyinggungmu. Tapi, aku sarankan kau perhatikan tingkah Ilhwa."

Flashback end

"Haechan!"

Haechan tersentak kaget kala Renjun memanggilnya dengan keras.

"Apa sih, Njun?" Gerutu Haechan.

"Kau melamun. Ada sesuatu yang kau pikirkan?" Renjun mengambil kursi dan duduk di sebelah Haechan.

"Iya, sedikit. Aku hanya sedang memikirkan mendiang ayahku." Jawab Haechan bohong.

"Ooh begitu, maafkan aku." Ucap Renjun merasa sedih.

"Oh, ya. Ini jam berapa?" Tanya Haechan mengalihkan topik.

"Jam setengah delapan. Sebentar lagi yang lain datang. Bersiap untuk diskusi." Renjun pun membereskan mejanya.

Haechan mengangguk dan ikut beberes.

💮💮💮

Sekarang unit kriminal sedang berkumpul. Mark yang memimpin diskusinya. Paralegal mulai merapikan dokumen.

"Baiklah, kita mulai." Ucap Mark. "Dimulai dari Winwin."

"Baiklah." Winwin berdiri sambil memegang dokumen. "Dari hasil yang aku dapatkan saat pergi ke kantor jaksa, aku mendapatkan berkas dan foto tkp."

Winwin menunjukkan foto. Di dalam foto itu, ada seorang yeoja muda yang tergeletak di tanah dengan keadaan tak bernyawa.

"Dari hasil otopsi, korban yang bernama Han Kwanju tewas karena kehabisan nafas, kemungkinan pelaku mencekik korban hingga tewas."

Mark mengangguk. "Ada hasil lain? Bagaimana berkasnya." Winwin menyerahkan berkas kepada Mark.

"Berkas yang aku terima hanya seputar itu." Jawab Winwin.

Mark mengangguk. "Baiklah, bagaimana denganmu, Jungwoo?" Tanya Mark.

Winwin duduk, kini Jungwoo yang berdiri. "Aku datang ke tkp kemarin bersama Lucas. Memang tidak ada yang aneh disana, tapi, kami menemukan sesuatu."

Lucas menaruh sebuah anting dengan hiasan mawar putih yang cantik.

"Cantiknya..." Gumam Haechan.

"Hanya sebelah?" Tanya Mark.

"Iya. Sepertinya anting ini terjatuh saat korban dan pelaku saling membalas." Jawab Lucas.

"Ah! Korban tidak memakai anting saat itu." Hendery menyahut.

"Berarti pelaku yang memakainya." Ucap Renjun. "Tapi, kenapa polisi tidak menemukan anting ini?" Tambahnya.

"Mungkin karena anting ini tersembunyi di semak-semak. Apalagi ini kecil. Akupun susah mencarinya." Jawab Lucas.

"Berarti pelakunya itu yeoja." Sahut Jungwoo.

💮💮💮

Jam menunjukkan pukul 12 siang. Lama juga unit kriminal berdiskusi. Mereka sedang istirahat di kantin.

"Haechan, kau ada masalah?" Tanya Renjun yang sedaritadi melihat sahabatnya merenung.

"Tidak ada kok, Njun." Jawab Haechan dengan tersenyum.

"Apa ini soal ibumu?" Tanya Mark yang sedaritadi juga memperhatikan Haechan.

"Itu..."

"Lho? Kalian disini rupanya."

Mereka menoleh dan melihat Yuta, Jaehyun, dan Jeno berjalan menuju meja mereka.

"Eh ada calon istri." Ucap Yuta sambil menaik turunkan alisnya menatap Winwin yang sedikit ngeri melihatnya.

"Apa sih, Tuan Nakamoto." Ucap Winwin.

"Bagaimana kasus ayah Mark?" Jaehyun duduk di samping Mark.

"Sudah mulai mendapatkan titik terang." Jawab Mark.

"Njun, Chan, ada kabar dari Nana?" Tanya Jeno sambil duduk diantara dua uke itu.

"Bisa kau cari tempat duduk lain?" Gerutu Renjun.

"Dan lagi kenapa kau tidak tanya pada Tuan Jung?!" Gerutu Haechan.

"Aku tidak ingat jika Tuan Jung adalah pamannya Nana."

💮💮💮

Hari mulai gelap. Para unit kriminal baru saja menyelesaikan diskusi mereka.

"Haechan, aku antar pulang, ya." Tawar Mark sambil merangkul Haechan.

"Tidak perlu. Aku mau pulang sendiri aja." Tolak Haechan sambil melepaskan rangkulan Mark.

"Ayolah, adikku sayang." Mark mencubit pipi Haechan.

"Ish! Terserah!" Haechan mendengus dan berjalan lebih dulu.

Lucas menghampiri Mark. "Sepertinya ia tidak suka jika dipanggil adik olehmu." Ucap Lucas sambil menepuk pundak Mark.

"Tapi, kenyataannya dia adikku, walau tiri." Ucap Mark.

"Aku tahu kau bodoh. Tapi, jangan diborong semua!" Ucap Renjun kesal sebelum melangkah menuju mobil taksi yang ia pesan.

"Apa aku melakukan kesalahan pada Renjun?" Tanya Mark.

"Bukan begitu, Mark." Lama-lama Jungwoo ikut gemas dengan tingkah Mark.

"Kau tahu Haechan itu memiliki perasaan padamu. Lebih dari sekedar adik ke kakak." Winwin mencoba menjelaskan.

"Maksudnya?" Tanya Mark.

"Kau pikirkan sendiri. Gemas aku." Hendery menyahut. "Dan sebaiknya kau segera susul Haechan."

Mark langsung berlari menuju Haechan yang sudah menjauh.


Bersambung...

Hai hai~
Apa aku up terlalu lama?
Ada yang masih nungguin gak?
Makasih banyak banyak ;-;
Makasih udah baca^^
Jangan lupa vomment nya^^
Maaf kalo ada typo :'v
Sampai jumpa~

99,9% truth from a lawyerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang