Setelah menginterogasi Keluarga Hwang, 3 Pengacara itu pergi ke kantor polisi, sementara paralegal kembali ke kantor.
Jeongin sudah duduk dihadapan mereka, dibalik kaca. "Baiklah, dimulai dari tanggal lahirmu." Kata Mark.
Haechan dan Renjun menghela nafas.
Banyak pertanyaan yang dilontarkan oleh Mark seputar kehidupan pribadi yang dijawab baik oleh Jeongin.
"Baiklah, sekarang mulai ke kasus." Kata Mark. Haechan dan Renjun pun menyiapkan catatan mereka.
"Jadi, apa motifmu membunuh Tuan Hwang Hyunoh?" Tanya Mark.
Jeongin sedikit menunduk. "Karena marah." Kata Jeongin pelan.
"Marah?" Tanya Haechan.
Jeongin mengangguk. "Saat itu, aku membawakan makan malam seperti biasa, tapi beliau memarahiku karena masuk sembarangan ke ruangannya." Kata Jeongin. "Itu bukan yang pertama kalinya. Selama 1 tahun terakhir aku bekerja, beliau memang tidak pernah menghargaiku."
"Benarkah demikian?" Tanya Renjun tak percaya.
Jeongin mengangguk. "Aku lelah. Selalu direndahkan. Makanya, aku langsung menarik dasi milik Tuan Hwang dan mencekiknya." Kata Jeongin.
Mark mengangguk. "Baiklah. Terima kasih." Kata Mark.
Jeongin kembali mengangguk dan berdiri. Ia membungkuk pelan dan berjalan menuju pintu.
Mark memperhatikan gerak-gerik Jeongin. Haechan yang melihat itu bingung. "Ada apa?" Tanya Haechan.
Mark menggeleng.
💮💮💮
Mereka sampai di kantor. Disana, Lucas sedang memainkan laptopnya, Winwin yang sedang menyalin laporan, Jungwoo yang sedang menonton hasil rekaman tadi bersama Hendery.
"Bagaimana?" Tanya Mark.
Jungwoo menggeleng. "Rasanya ada yang aneh, tapi aku tidak tahu apa itu." Kata Jungwoo.
"Kau mau lihat hasil rekamannya?" Tanya Hendery. Mark mengangguk dan bergabung.
"Lucas, kau sedang apa? Kenapa tersenyum seperti itu?" Tanya Renjun kala melohat Lucas tersenyum sangat lebar.
"Aku sedang men-stalk media sosial milik Minju." Kata Lucas tanpa mengalihkan pandangannya.
Renjun menggelengkan kepalanya. Harusnya ia sudah tahu.
Haechan mendudukkan pantatnya di kursi dan membereskan catatan sebelumya. "Apa benar Jeongin yang melakukan itu?" Tanya Haechan yang yakin jika Jeongin bukan pelakunya.
"Tapi, Jeongin sendiri mengakui tadi." Kata Renjun sambil duduk di mejanya.
Mark menghela nafas. "Rasanya ada yang terlewat, tapi apa?" Tanya Mark.
"Oh, iya, Mark. Kata Minju, fotonya saat di Honey Sugar Cafe memang benar di post." Kata Lucas. "Disini dia cantik sekali."
Mark menghampiri Lucas untuk melihat fotonya. Memang disana ada Minju dengan beberapa temannya berfoto ria.
"Tunggu sebentar." Kata Mark. Ia kembali memperhatikan foto itu. "Winwin, apa kau punya rekaman kemarin saat kita ke rumah Keluarga Hwang?" Tanya Mark.
"Ada, kok." Winwin mengambil kamera miliknya. Beruntung ia saat itu gabut merekam kegiatan reka adegan. "Ini." Winwin memberi kameranya pada Mark.
Mark langsung melihat hasil rekaman kemarin. Ia tersenyum. "Gotcha."
💮💮💮
Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore. Jam pulang masih lama, tapi berterima kasihlah pada Yuta yang mengizinkan mereka semua pulang awal, katanya ia hanya menyampaikan amanah dari Johnny.
Karena tidak mau membuang waktu, Haechan langsung memesan taksi agar cepat sampai ke rumahnya.
Namun, hal sial terjadi.
Saat ia membuka pintu taksi, Mark ikut membuka pintu sebelahnya dan masuk begitu saja.
"Apa-apaan kau ini, Mark?" Tanya Haechan geram.
"Kenapa? Aku juga mau pulang. Sekalian saja." Kata Mark mengangkat bahunya.
"Tapi, 'kan rumahku dan Kedai Taeil Samchon berbeda arah." Kata Haechan.
"Aku pulang ke rumahmu."
"Apa?!"
Sepanjang jalan hanya keheningan yang menemani mereka. Supir taksi didepan sana hanya ikut diam. "Sudah sampai." Kata supir taksi itu.
Haechan membayar taksi itu dan keluar diikuti oleh Mark. "Kau mau masuk atau langsung pergi?" Kata Haechan sambil membuka pintu rumahnya.
"Mampir dong, adikku sayang." Kata Mark.
Haechan mendelik. "Berhenti memanggilku 'adik'!" Kata Haechan sambil membuka kasar pintu rumahnya.
Mark terkekeh. "Lalu? Kau 'kan adikku." Kata Mark menggoda Haechan.
Dengan kasar, Haechan melempar bantal sofa ke arah Mark. "Aku membencimu!" Pekik Haechan.
"Aku juga mencintaimu, adikku." Kata Mark setelah menangkap bantal lemparan Haechan.
"Ish! Menyebalkan!"
💮💮💮
Setelah merecoki Haechan, Mark pun pulang ke kedai Taeil. Disana sudah tidak ramai pengunjung.
"Mark? Kau baru pulang?" Doyoung datang sambil memberikan segelas air putih pada Mark.
"Iya, Ahjumma." Mark menerima gelas itu dan meminumnya.
"Bagaimana kasus kali ini?" Tanya Guanlin yang baru saja beres mengelap meja.
"Yaah cukup melelahkan. Banyak kejanggalan." Kata Mark sambil menghela nafas. "Aku masih memikirkan analisisnya."
Guanlin mengangguk. "Apa menyenangkan menjadi Pengacara?" Tanya Guanlin penasaran.
"Yaah lumayan. Kenapa?" Tanya Mark.
"Dulu cita-citaku menjadi Pengacara juga. Tapi, tidak kesampaian hehehe." Kata Guanlin sambil tersenyum memamerkan giginya.
"Benarkah? Tak kusangka." Kata Kun sambil menyenggol pelan bahu Guanlin.
"Ngomong-ngomong, aku ingin bertanya soal Renjun, boleh?" Tanya Guanlin dengan semangat.
Mark terkekeh. "Kalau kau mau info lebih detail, tanyakan pada Haechan."
Bersambung...
Hai hai hai
Gimana kabar kalian gaes?
Komen sebelumnya membuatku shock
Pikiran kalian sangat luas :')
Aku terharu ada yang menebaknya dengan uwaw
HeheheheheMakasih udah baca^^
Jangan lupa vomment nya^^
Maaf kalo ada typo :'v
Sampai jumpa~
KAMU SEDANG MEMBACA
99,9% truth from a lawyer
FanfictionHanya menceritakan kisah kisah para pengacara saat menghadapi kasus Warn! BxB Bahasa semi baku Kalo gak nyaman, jangan dibuka ;) Selamat menikmati~