Dengan bantuan google maps, mereka akhirnya sampai di Sea Life Busan Aquarium.
"Waah ini bagus sekali!" Pekik Winwin, Jungwoo, Renjun, Xiaojun, dan Haechan.
"Pasti ada banyak ikan-ikan lucu disini!" Ucap Jungwoo senang.
"Aku ingin melihat mereka!" Pekik Xiaojun.
"Ayo kita masuk!" Pekikan Renjun membuat para uke itu semangat.
Sedangkan para seme hanya menatap mereka dalam diam.
"Ternyata membawa mereka itu repot, ya." Ucap Lucas.
"Ditambah ada istriku." Timpal Hendery.
"Semakin berisik saja." Balas Mark.
"Hei! Cepatlah! Ayo kita beli tiket!" Haechan melambai dan para uke pun mulai berjalan ke loket tiket.
"Adikmu semangat sekali, Mark." Ucap Lucas sambil berjalan menyusul.
"Dia bukan adikku." Mark menggeram.
"Tenanglah, ayo kita pecahkan masalah ini." Hendery menepuk bahu Mark dan menyusul istrinya.
"Ya, kita akan pecahkan masalah ini dan aku akan mencabut label 'adik tiri' pada Haechan."
💮💮💮
"WAAHH!! INDAHNYA!"
Para uke memekik senang sambil melihat ikan-ikan yang berenang dalam aquarium yang melingkar.
"Jika tidak dihentikan, mereka akan buat malu." Ucap Hendery.
"Hei, kalian, ayo kita pergi." Ucap Mark sambil berjalan menuju lorong dengan aquarium diatasnya.
"Hei, Mark! Tunggu!" Haechan merenggut. Ia 'kan masih ingin melihat ikan lucu disini.
"Ayo, Chan. Disana ada ikan pari yang besar, lho!" Ajak Renjun. Haechan mengangguk semangat dan keduanya lari kecil mengikuti Mark.
Sisanya mulai ikut berjalan menuju lorong itu.
"Itu ikannya lucu!"
"Ikan parinya serem!"
"Itu nemo!"
"Dorinya mana?!"
"Aaa gemas!"
Itu sedikit dari pekikan mereka. Lucas, Mark, dan Hendery hanya menghela nafas sambil membungkuk maaf pada para pengunjung.
"Bisakah kalian tenang? Ini ditempat umum." Ucap Mark kesal.
"Tapi, mereka lucu, Mark!" Timpal Haechan, diangguki oleh para uke.
"Tapi, tidak perlu seperti itu." Balas Mark.
"Ish, kau menyebalkan!" Gerutu Renjun.
"Mark, itu toko souvenirnya." Lucas menunjuk satu toko yang berada di ujung lorong.
"Baik, ayo kesana." Mark memimpin jalan.
"Sayang, ayo kita pergi." Ajak Hendery pada Xiaojun.
"Kalian duluan saja, Dery. Kami akan tetap disini." Jawab Xiaojun tanpa mengalihkan matanya dari aquarium di sampingnya.
💮💮💮
"Ini gantungannya, 'kan Mark?"
Hendery memberikan sebuah gantungan kunci berbentuk lumba-lumba.
Mark mengeluarkan gantungan kunci yang ia bawa dan mencoba meneliti keduanya.
"Ya, ini sama." Gumam Mark.
"Apa kita membutuhkan sesuatu lagi disini? Mereka masih betah melihat ikan." Ucap Lucas sambil menatap malas pada para uke yang masih memekik gemas pada ikan.
"Kita butuh daftar nama pengunjung disini." Ucap Mark.
"Serius?!" Pekik Lucas dan Hendery.
Sungguh Mark ingin mencari nama yang tidak mereka ketahui di buku daftar nama pengunjung yang bejibun itu?!
"Ya, kita butuh itu. Barangkali ada nama yang kita kenal." Ucap Mark.
"Itu akan memakan waktu banyak, Mark. Ada yang lebih simpel?" Tanya Lucas.
"Aku tidak memikirkan apapun." Ucap Mark.
"Tapi, disini tidak ada daftar nama. Tadi saja kita hanya membeli tiket." Ucap Hendery.
"Kita berpikir bukan saat ini. Tapi, pada masa 13 tahun yang lalu."
💮💮💮
Mereka semua sudah keluar dari dalam aquarium besar itu. Hari sudah menunjukkan pukul 2 siang. Sepertinya mereka lupa makan siang.
"Dan akhirnya kita tidak jadi meminjam buku daftar nama pengunjung." Kekeh Lucas.
"Ya. Kenapa mereka membuangnya?" Geram Mark.
"Itu sudah 13 tahun yang lalu. Tentu saja dibuang karena memenuhi ruangan saja." Kata Hendery.
"Kalian masih membicarakan apa? Ayo kita cari makan!" Ajak Jungwoo.
"Iya, perutku sudah lapar. Ayo, Dery." Ajak Xiaojun sambil menarik tangan Hendery.
"Benar. Sebaiknya kita makan dulu, nanti kita coba tanya ke orang terdekat korban dan ayahmu." Ucap Lucas.
Mark mengangguk dan mereka pun berjalan mencari makanan.
💮💮💮
Hari sudah gelap. Jam menunjukkan pukul 8 malam. Mereka semua sudah berada di kamar masing-masing.
Di kamar 404, Mark sedang menonton TV sambil memakan keripik kentang yang ada di kulkas kecil kamar. Sedangkan Haechan sedang mandi.
Mark menguap. Film yang ditayangkan tidak menarik baginya. Dengan segera ia menghabiskan keripik kentang itu dan membuang sampahnya di tempat sampah.
Cklek
Haechan keluar dari kamar mandi dengan pakaian tidurnya. Ia melihat Mark yang sedang memainkan handphone nya.
"Mark, jika tidak ditonton, matikan tv nya!" Gerutu Haechan. Walau ini bukan rumahnya, tetap saja hemat itu perlu!
"Iya, Haechan sayang." Jawab Mark tanpa menatap Haechan.
"Hei! Kenapa memanggilku 'sayang'?!" Kesal Haechan.
"Memang kenapa memanggil 'sayang' pada 'adik' sendiri?" Tanya Mark sambil menatap Haechan kesal.
Jleb
Hati Haechan terasa sakit. Panggilan 'adik' sepertinya menjadi hal yang ia benci. Ia tidak suka Mark memanggilnya adik!
"Terserah!" Haechan membanting tubuhnya ke kasur. Masih merasa kesal. Pokoknya ia kesal!
Mark tertawa. "Haha! Aduh, adikku sayang." Goda Mark.
"Diam atau kuusir kau dari sini!"
Bersambung...
Hai hai~
Gimana gaes?
Ini agak lebih panjang kasusnya, maaf ya gaes
Oh iya, menurut kalian, gimana kalo aku bikin cerita sehari-hari gitu?
Kalian tertarik baca gak?
Gak juga gakpapa sih :v
Aku hanya ingin membuat cerita yang santai :v
Makasih udah baca^^
Jangan lupa vomment nya^^
Maaf kalo ada typo :'v
Sampai jumpa~
KAMU SEDANG MEMBACA
99,9% truth from a lawyer
FanfictionHanya menceritakan kisah kisah para pengacara saat menghadapi kasus Warn! BxB Bahasa semi baku Kalo gak nyaman, jangan dibuka ;) Selamat menikmati~