Esok harinya, para pengacara belum pergi ke kediaman Hwang karena ingin berdiskusi agar masalah ini cepat selesai.
"Sungguh ini janggal sekali." Kata Renjun. "Masa waktu mereka sangat aneh?!"
Haechan mengangguk. "Aku juga baru sadar saat lihat rekaman. Kok bisa?" Tanya Haechan bingung.
"Entahlah, ini sepertinya yang aman Tuan Minho, Tuan Jisung, dan Nona Yeji." Kata Winwin sambil berpikir.
"Benar. Tuan Hyunjin juga mencurigakan." Kata Jungwoo.
"Benar. Mereka semua mencurigakan." Kata Lucas.
"Waah sepertinya seru. Bagaimana kasusnya?"
Jaehyun datang dan ikut bergabung.
"Masih buntu, Tuan Jung." Kata Haechan sambil menghela nafas lelah.
"Oh, ya? Jadi si asisten rumah tangga itu masih di penjara?" Tanya Jaehyun.
"Iya. Sungguh disayangkan padahal dia imut." Kata Lucas sambil menggelengkan kepalanya.
"Berarti target kita adalah Nyonya Jimin, Nona Minju, dan Tuan Hyunjin." Kata Mark. Ia mengeluarkan bukunya dan menulis sesuatu.
"Apa yang kau tulis, Mark?" Tanya Haechan yang berada si sebelah Mark.
Mark tersenyum. "Aku memiliki sebuah analisis."
💮💮💮
Sekitar jam 1 siang, mereka sudah berada di Kediaman Hwang.
"Jadi, bagaimana? Terbukti Jeongin yang membunuh benar?" Tanya Minju sambil menatap mereka.
"Yaah tidak juga." Kata Mark sambil mengangkat bahunya.
"Hah? Bukankah kemarin kalian pergi ke kantor polisi?" Tanya Jimin heran.
Haechan menatap Jimin heran. "Kenapa anda bisa tahu?" Tanya Haechan bingung.
"Karena kemarin aku juga kesana dan tidak sengaja melihat kalian." Kata Jimin.
"Bagaimana bisa anda menyimpulkan kami bertemu Jeongin disana?" Tanya Renjun.
"Ya, mana kutahu. Aku hanya bertanya." Kata Jimin sambil mendengus.
"Jadi, bagaimana analisis kalian?" Tanya Hyunjin menyela.
Mark tersenyum. "Kami sudah menyimpulkan beberapa analisis." Kata Mark. "Ini belum terlalu akurat, tapi aku harap kalian bisa bekerja sama dengan baik."
"Baiklah, aku akan membantu sebisaku!" Kata Jisung dengan menggebu-gebu.
Kamera sudah siap di segala penjuru ruangan.
"Nah, tolong dengar baik-baik analisis kami." Kata Mark sambil menatap mereka satu per satu.
"Kami merasa janggal kala Nona Minju bilang ia berada di Honey Sugar Cafe pada jam setengah 5 sore. Benar?" Tanya Haechan setelah membaca analisis di bukunya.
Minju mengangguk. "Iya, itu benar." Kata Minju dengan yakin.
"Tapi, saat itu juga Tuan Minho berada disana dan ia tidak melihat anda." Lanjut Haechan.
Minju sedikit membulatkan matanya. "Mana aku tahu. Mungkin saja aku pergi sebelum Minho datang." Kata Minju.
Mark mengangguk. "Baiklah, masuk akal." Kata Mark. "Sekarang, soal dasi. Benar, 'kan dasi yang menjadi alat pembunuh?" Tanya Mark. Mereka semua mengangguk.
Renjun membaca analisisnya. "Di dasi tercium bau wine, tapi dibaju Jeongin malah tercium bau sup. Apa itu tidak aneh?" Tanya Renjun.
"Kenapa kau memikirkan itu? Mungkin saja saat suamiku memakai dasi itu, ia tak sengaja menumpahkan wine." Kata Jimin.
Renjun mengangguk. "Baiklah."
"Lalu, waktu kepulangan Tuan Hyunjin." Kata Mark. Hyunjin menganggukkan kepalanya. "Anda bilang dari pagi sampai jam 4 anda di kantor. Lalu, jarak dari kantor kesini sekitar setengah jam. Berarti anda sampai disini jam setengah 5."
Hyunjin terdiam. Mark tersenyum. "Dan dari sini ke kantor kami butuh waktu sekitar setengah jam juga. Anda sampai ke kantor kami jam 5 lebih. Berarti sebelumnya anda disini, benar?" Kata Mark.
Minho dan Jisung menatap tak percaya pada Hyunjin. "T-tapi, Hyunjin datang setelah kami datang, bagaimana bisa begitu?" Tanya Jisung.
"A-aku juga tidak melihat mobil Kak Hyunjin saat pulang." Kata Yeji.
"Aku tidak tahu yang akuratnya bagaimana, tapi aku yakin Tuan Hyunjin datang sebelum kalian." Kata Mark.
"Jadi, bisa jelaskan bagaimana waktu ini tidak sinkron?"
💮💮💮
Sekitar 10 menit mereka hanya diam.
Tak ada yang mau membuka suara.
"Masih betah diam seperti ini?" Tanya Mark. "Aku butuh kebenarannya." Katanya. "Jikapun analisis kami salah, kalian bisa membantahnya dengan tegas."
Minju menatap pada Mark. "Aku tidak tahu mau menyanggah bagaimana. Tapi, yang jelas, aku datang kesini saat Tuan Hwang sudah terbunuh." Kata Minju.
"Hendery."
Hendery masuk ke ruangan kala Mark memanggil. "Tolong fotonya." Kata Mark.
"Ini, Mark." Hendery memberikan 2 foto pada Mark.
"Lihat ini baik-baik." Kata Mark. "Ini adalah foto yang kami ambil dari media sosial milik Minju." Kata Mark sambil menunjukkan 1 foto.
Foto tersebut menampakkan Minju dan teman-temannya. "Disini Minju mengenakan kemeja berwarna krem dengan corak coklat dan dasi hitam." Kata Mark.
Ia menunjukkan foto kedua. "Ini diambil saat kita melakukan reka adegan." Kata Mark. "Disini, Minju mengenakan dress berwarna pink tanpa dasi."
"Apa kau ada waktu untuk berganti baju?" Tanya Mark membuat Minju terdiam.
"Baiklah aku mengaku."
Bersambung...
Hai hai hai
Hayolo siapa yang mengaku?
Hehehehehe
Gimana gais?
Ayo kita berdiskusi lagi heheheBtw, setelah aku dipanggil bunda
Hatiku terdobrak, terjungkal, terguling-guling :')Jadi, boleh gak kalau kalian panggil aku bunaa??
Lucu aja gitu :v
Makasih udah baca^^
Jangan lupa vomment nya^^
Maaf kalo ada typo :'v
Sampai jumpa~
KAMU SEDANG MEMBACA
99,9% truth from a lawyer
FanfictionHanya menceritakan kisah kisah para pengacara saat menghadapi kasus Warn! BxB Bahasa semi baku Kalo gak nyaman, jangan dibuka ;) Selamat menikmati~